1. A Glimmer of Hope

67 7 0
                                    

Tahun 1930

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tahun 1930

Jalanan kota di hari Minggu dipenuhi oleh banyak manusia dengan aktivitas yang bermacam-macam. Begitupun juga dengan dirimu yang terus menyelusuri jalanan trotoar di pusat kota. Netramu terus menelisik sepanjang jalan untuk mencari informasi terkait lowongan pekerjaan. Kamu berusaha menahan lapar demi mencari pekerjaan supaya kebutuhanmu terpenuhi.

Semenjak kedua orang tuamu meninggal satu tahun yang lalu, mau tidak mau kamu harus hidup secara mandiri. Kamu tidak mengharapkan pertolongan kepada keluarga ayah maupun ibumu yang sama-sama licik.

Kamu sudah menanyakan ke seluruh toko yang ada di pusat kota untuk mencari lowongan pekerjaan. Namun jawaban-jawabannya membuatmu ingin putus asa, menolakmu untuk kerja di toko mereka.

Kedua tungkaimu mulai terasa nyeri, akhirnya kamu memilih untuk duduk di taman dekat air mancur. Sembari memijat-mijat lutut dan betis, kamu memandang sekitar, yang dimana ada banyak orang-orang dapat menikmati hidangan, ada juga sebuah keluarga kecil yang sedang tertawa bahagia, dan ada juga pasangan yang saling berpelukan, menyalurkan perasaan cintanya. Sial, kamu menjadi iri. Bahkan mungkin disini hanya kamulah yang tersiksa. Kamu tidak pernah mendapatkan itu semua semenjak kamu dituntut untuk hidup mandiri.

"Kapan lagi aku merasakan masakan yang lezat itu." Gumam kamu.

Setelah dirasa nyeri di kakimu sudah mereda, barulah kamu kembali melanjutkan perjalanan mencari informasi lowongan pekerjaan.

Setelah 7 menit berjalan, kamu menemukan sebuah mading pusat kota yang disana terdapat kertas-kertas yang tertempel disana. Dengan semangat yang penuh, kamu pun mendekati mading tersebut. Saat sudah berada di depannya, senyuman mu menjadi luntur. Alih-alih mendapatkan informasi lowongan pekerjaan, justru kamu cuma mendapatkan kertas-kertas promosi para pejabat yang sedang menarik suara rakyat untuk dipilih menjadi wali kota.

"Sialan." Umpatmu.

Namun, matamu yang jeli membuatmu mengerutkan dahi ketika ada satu kertas kecil yang terselip di balik kertas-kertas sampah itu. Kamu pun menjadi tertarik dsn segera mengambil kertas itu.

Dibutuhkan seorang pengasuh

Gaji : £18,00.00 (GBP)

Kriteria :
- Wanita atau pria
- Berusia 21 tahun keatas
- Menginap
- Terbiasa melakukan pekerjaan rumah dan merawat orang
- Tidak takut apapun

Bawa kertas ini pada perusahaan konstruksi Willmott Dixon.

Kamu tidak bisa berkata-kata lagi. Saking terkejutnya karena melihat gaji yang segitu banyaknya tentu saja membuatmu tergiur. Tiba-tiba saja rasa laparmu menjadi hilang. Untuk kriterianya, menurutmu ini sangat cocok untukmu.

Sehingga, tanpa berpikir panjang kamu berjalan dengan riang menuju ke perusahaan yang telah disebutkan tadi. Harapanmu, pekerjaan ini belum ada satupun yang mengambilnya, karena kamu benar-benar membutuhkan uang untuk menjalani kehidupan ini.

Hingga membutuhkan beberapa menit untuk berjalan, kamu pun akhirnya tiba di depan gedung perusahaan yang megah. Di depan pintu sana, terdapat dua penjaga yang sedang berjaga disana. Kamu berinisiatif untuk menghampiri salah satu penjaga.

"Permisi pak. Disini saya ingin melamar pekerjaan sesuai kertas yang saya dapatkan." Ucapmu sambil memberikan kertas tersebut. Sang penjaga mengamati dengan seksama dan ia pun memintamu untuk mengikutinya.

"Baiklah, saya akan panggilkan atasan saya dulu. Anda bisa duduk dulu." Pinta penjaga saat sudah berada di depan sebuah ruangan. Kamu pun menganggukkan kepala dan menunggunya sembari duduk di bangku yang tersedia.

Tak lama kemudian, sang penjaga tadi muncul kembali dan memintamu untuk masuk ke dalam ruangan. Ketika sudah masuk, kamu menemukan atensi seorang pria paruh baya yang menatapmu dengan senyuman ramah.

"Silahkan duduk, nyonya." Ucap pria tersebut dan kamu mengangguk kepala dengan canggung.

"Apakah anda ingin menjadi pengasuh?" Tanya pria tersebut memastikan.

Kamu mengangguk kepala dengan semangat. "Iya, tuan. Saya membutuhkan sekali pekerjaan sehingga saya mau jadi pengasuh."

Pria paruh baya tersebut, Daniel Zefrio tersenyum. Namun, matanya menyorot kesedihan yang belum kamu sadari.

"Baiklah. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih banyak kepada nyonya, karena lowongan pekerjaan ini sudah ada sejak lama dan belum ada satupun orang yang mendaftarkan diri. Saya sangat bersyukur jika nyonya mau mengambil pekerjaan ini."

Kamu menyimak apa yang Daniel katakan tersebut, namun dari cara bicaranya, ada hal yang membuatmu penasaran. Padahal kata-kata yang diucapkan sebenarnya terdengar biasa saja. Namun, perasaanmu yang mengatakan ada sesuatu yang mengganjal.

To Be Continued

ETERNALLY || JAKE ENHYPEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang