"Jake....."
Beberapa kali Daniel terus memanggil anaknya namun sang pemilik nama belum kunjung menampakkan batang hidungnya.
"Nyonya, silahkan anda duduk terlebih dahulu. Saya akan mencari anak saya di atas."
"Baik tuan."
Kamu memilih untuk duduk di sebuah sofa yang berdebu sembari melihat ornamen-ornamen sederhana di sekitar ruang keluarga. Di dinding terdapat foto-foto yang tertempel, mungkin itu foto keluarganya Daniel. Lalu kamu juga melihat ada lemari rak buku yang berjejeran rapi serta di depanmu ada satu piano yang mungkin habis dipakai.
Tak lama kemudian, kamu mendengar ada suara langkah kaki yang turun dari tangga. Kamu pun berdiri dan muncullah Daniel bersama seorang pemuda bersurai hitam yang menampilkan senyuman canggung.
"Nyonya, perkenalkan ini anak saya, Jake Zefrio. Tadi saya juga sudah memberitahu tentang anda kepada anak saya."
Kamu tersenyum lalu menunduk hormat. "Senang bertemu dengan tuan muda."
Jake yang dipanggil 'tuan muda' hanya tertawa canggung "Kau bisa memanggilku Jake, Nora."
"Baiklah."
Dan setelah itu Daniel tidak bisa berlama-lama berada disini dengan alasan desakan pekerjaan sehingga Daniel menyuruh Jake untuk mengenalkan ruangan yang ada dirumah. Usai Daniel dan sopirnya pulang, kamu dan Jake sempat berada dalam suasana yang hening dan canggung, sebelum Jake membuka suara.
"Uhm....kalau begitu aku akan mengajakmu mengelilingi rumahku supaya kau tahu." Ujar Jake dengan perasaan kikuk.
"Baik, Jake."
Kamu pun mengikuti langkah Jake dari belakang sambil menyimak penjelasan Jake dalam menjelajahi setiap ruangan dan terakhir kembali ke ruangan keluarga.
"Ternyata rumah ini luas juga ya." Ucapmu dan Jake menganggukkan kepala.
"Benar. Jadi, kau tidak harus membersihkan setiap hari. Oh ya, ngomong-ngomong......." Jake menggantungkan kalimatnya dan kamu pun langsung paham.
"Aku sudah tahu kamu, Jake. Tuan yang menceritakan tentangmu." Jawabmu smabil tersenyum.
Jake menyuruhmu untuk duduk di sofa dan menatapmu lekat. "Kenapa kau menerima pekerjaan ini, Nora? Padahal bisa saja aku menyakitimu."
"Aku sudah tidak tahu lagi harus mencari pekerjaan dimana. Aku hidup sebatang kara dan sangat butuh uang. Meskipun itu dapat mengancam nyawaku, namun bagiku itu sudah menjadi takdirku."
"Baiklah. Aku sangat berterima kasih padamu, Nora."
"Tidak masalah, Jake."
Kamu pun mulai memasak untuk menyiapkan makan malam dengan menu yang diinginkan Jake. Beruntung kamu memiliki skill memasak yang baik sehingga kamu dapat membuat hidangan tanpa ada kendala.
Hingga sampai setengah jam kamu menciptakan kepulan asap yang tercium sedap, akhirnya masakanmu telah jadi. Kebetulan Jake turun dari tangga dan langsung mencium bau makanan yang membuat perutnya keroncongan.
"Wah, kau pandai memasak ternyata." Puji Jake dan kamu tertawa kecil.
"Ya, dari dulu orang tuaku mengajariku memasak. Silahkan duduk, Jake."
Kamu menyiapkan piring yang akan diberikan kepada Jake lalu kamu menuangkan air putih ke dalam gelas dan memberikan juga kepadanya.
"Selamat makan, Nora." Ucap Jake setelah mengambil makanannya.
Hatimu muncul perasaan senang dikala netramu menatap Jake yang menyantap makanan dengan nikmat.
"Apakah masakanku enak?" Tanyamu sambil menopang dagu dengan tangan.
Dengan semangat Jake menganggukkan kepala. "Ini enak sekali, Nora. Sudah lama aku tidak merasakan masakan lezat ini."
"Terima kasih atas pujianmu." Ucapmu sebelum ikut menyantap makanan.
Hingga kalian menghabiskan makanan, kamu membawa piringmu dan milik Jake ke wastafel dan mencucinya. Netramu beralih ke jam dinding, menunjukkan pukul 8 malam.
"Nora, apa kau sudah tahu peraturannya kan? Tanya Jake yang masih duduk di kursi.
Kamu menoleh kearah Jake sebentar lalu kembali fokus pada cucian piring. "Sudah tahu, Jake."
"Syukutlah kalau begitu. Aku harap kau tidak takut padaku, Nora."
Kamu hanya menanggapi perkataan Jake dengan senyuman saja yang tidak dilihat oleh sang pria tersebut. Di dalam lubuk hati, tentu saja ia takut. Manusia mana yang tidak takut tinggal serumah oleh sosok manusia yang bisa merubah dirinya menjadi iblis. Kalau bukan karena gajinya menggiurkan, kamu pasti tidak jadi mengambil pekerjaan ini.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNALLY || JAKE ENHYPEN
Fiksi Penggemare•ter•nal•ly /əˈtərnəlē/ in a way that continues or lasts forever; permanently. The curse continues to exist, and it will not be limited. It will forever remain by your side. No matter how strong the apology, a fatal mistake will be punished foreve...