8

491 48 2
                                    

"Bagaimana Rosé? Aku harus apa?" Lisa bercerita sembari tersedu-sedu.

Wanita yang dipanggil Rosé itu pun nampak berpikir. "Harusnya kau tidak bingung karena dia adalah tunangan mu." Ucap Rosé setelah berpikir keras.

"Masalahnya adalah aku sangat kecewa pada diriku. Dan dia adalah pria brengsek yang sering tidur dengan banyak wanita. Seperti yang kau tau, aku menikah dengannya hanya karena orang tuaku." Lisa begitu kecewa pada dirinya.

Lisa berpikir dia telah mengalami banyak hal disaat dia tertidur di ranjang Mingyu tanpa pakaian. Dia benar-benar kecewa. Lisa juga berpikir jika dia adalah wanita rendahan jika seperti itu.

"Oh, take it easy. Kau bukan wanita seperti itu Lisa. Semua orang tau itu. You're worth it!" Rosé menyemangati Lisa yang hampir patah semangat.

"Mungkin kau benar. Aku tidak akan memaafkan pria itu." Ucap Lisa dengan teguh pada dirinya sendiri.

"Begitu lah sahabatku!" Ujar Rosé dengan bangga.

Keduanya tertawa senang. Lisa dan Rosé adalah sahabat sejak kecil. Keduanya memiliki kehidupan yang berbeda. Rosé memilih untuk menjadi seorang seniman. Lisa sendiri juga tau Rosé menyukai hal-hal yang berhubungan dengan seni. Baik itu musik, lukisan, fashion atau yang lainnya. Rosé bahkan memiliki studio musik sendiri, tak jarang ia menciptakan sebuah lagu untuknya sendiri. Tapi pekerjaan utama Rosé adalah seorang designer. Rosé telah bekerja sama dengan beberapa perusahaan besar milik LVMH.

"Mungkin aku harus kembali ke kantor. Sekretaris ku sudah mengurus semuanya, aku takut dia kelelahan." Pamit Lisa.

"Hati-hati dijalan, jika ada masalah apapun, kau bisa cerita padaku!"

"Of course! See you again!"

Lisa keluar dari rumah Rosé dengan perasaan lega. Kepalanya sudah tidak sepusing tadi.

"Permisi, Anda nyonya Lisa?" Saat Lisa akan memasuki mobilnya, tiba-tiba pundaknya di tepuk oleh seorang pria.

"Iya, saya Lisa. Ada apa?"

Pria itu menatap sekelilingnya. Dirasa aman, dia mengeluarkan kain hitam dan menutup mulut Lisa dengan cepat. Lisa berontak karena mulutnya ditutup tiba-tiba.

"Maafkan aku, aku harus melakukan ini untuk temanku." Pria itu meminta maaf sembari mengikat tangan Lisa.

Pria itu memasukkan Lisa ke kursi penumpang di belakang dan dia mengambil alih kemudi Lisa. Lisa hanya diam dan berusaha melepas ikatan yang ada di tangannya.

"Nyonya jangan kabur, jika kau kabur aku bisa mendapat masalah. Aku malas berurusan dengan dia." Ucap pria itu mengungkapkan keluhannya.

Tangan Lisa berhenti bergerak. Dia mendengarkan dengan seksama. Tapi dia tidak bisa berbicara, dan itu membuat Lisa sedikit kesal. Dia ingin bertanya siapa yang menyuruhnya.

Sekarang Lisa memilih untuk diam. Tangannya masih berusaha untuk melepas ikatan di tangan.

"Kau tau, temanku ini memang sedikit gila. Tapi aku malas jika dia sudah mabuk. Lebih baik aku mengikuti apa perkataannya daripada melihat dia mabuk di bar dan aku harus menyelamatkannya dari banyak wanita yang menggodanya di bar."

Mendengar itu, Lisa sepertinya tau siapa yang dia maksud. Lisa menghela napas kasar.

"Apa dia membayarmu untuk itu?" Ucap Lisa tiba-tiba.

"Tidak, dia tidak membayar ku. Aku seorang bos juga, bukan hanya dia yang menjadi bos."

Lisa hanya mengangguk tak peduli.

Another DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang