3. Kejadian Di Taman

71 17 4
                                    

KETIKA MANTAN MENJADI MANTU (3)

"Kamu mau melamar Elina?" tanyaku memperjelas.

"Iya, boleh kan?" sahut Zaki santai. Meski begitu tubuhnya tetap terlihat menggigil kedinginan.

"Jangan bercanda, Zak. Elina itu masih kecil. Sekolah aja belum lulus."

"Tinggal beberapa bulan lagi kan kelulusannya? Tenang aku sabar kok menunggunya." Kini bibir pucat pria itu mengulum senyum.

"Dasar pe do fil!!"

"Pedo fil?" Mata sayu Zaki mendelik mendengar umpatanku.

"Apa namanya kalo bukan pedo fil pria yang suka sama anak kecil?"

"Anak kecil mana yang udah tau pria tampan dan berduit?" Kendati sorot matanya sayu, tapi Zaki terlihat percaya diri, "lagian sebentar lagi usianya genep delapan belas tahun kok."

Aku bergeming untuk menghela napas perlahan. "Sebenarnya mau kamu apa, Zak? Kenapa tiba-tiba mau melamar Elina?"

"Aku mau membantu meringankan beban kamu, Zah." Kali ini tatapan Zaki terlihat serius diiringi desisan kedinginan dari bibirnya, "Elina sudah cerita semuanya. Kalian hidup serba pas-pasan, ya udah daripada Elina open BO sana-sini mending aku halalin saja. Kasihan kalo sampe dia rusak."

Aku menatap pria yang hari ini tampak rapi memakai kemeja putih dengan lengan digulung sesiku. Air hujan membuat lekuk tubuhnya jelas tercetak. Rambut Zaki yang cepak benar-benar sudah basah kuyup. Maklum hari ini hujannya memang lumayan lebat.

Heran juga dia tetap setia menunggu aku di sini. Sudah begitu tidak cari tempat berteduh. Salah sendiri sekarang kedinginan.

Oh iya kemarin Elina cerita kalau saat ini Zaki adalah sosok pengusaha muda yang hebat. Dia bilang jika Zaki mempunyai beberapa cabang toko ponsel dan juga pemilik jasa mobil travel. Pria itu pun memeliki beberapa ruko yang disewakan.

"Kamu serius mau melamar Elina biar dia gak rusak? Yakin bukan karena modus tertentu?" tanyaku kemudian.

Zaki sendiri malah mengerutkan kening. "Modus tertentu? Kamu pikir aku masih mengejar kamu? Gak lah ada Elina yang masih perawan ngapain milih bekas orang," ejeknya dengan santai.

Omongan dengan nada meremehkan dari Zaki tentu memantik rasa kesal di hatiku. "Dari mana kamu tahu kalo Elina masih perawan? Kan dia open BO."

"Elina sendiri yang bilang kalo aku adalah pelanggan pertamanya. Dan biarpun udah ngabisin duit dua puluh juta aku belum mau nyentuh dia."

"Kenapa?"

Bibir Zaki seketika meringis. "Mau tau aja atau mau tau banget?"

"Zaki!" Meski lirih tapi aku menatapnya tajam.

Tidak disangka Zaki justru meraih tanganku untuk ia genggam. Aku cukup tersentak saat tersentuh kulit tangannya. Badan Zaki sudah bukan hangat lagi, tapi panas.

"Ih apa sih!" Aku mencoba untuk menepis.

Namun, Zaki justru kian mengetatkan pegangan.

"Elina bilang kamu sudah lima tahun jadi janda. Apa kamu gak kesepian, Zah?" Mata yang terlihat lemah itu menatapku lekat.

"Zak, tolong lepas dong! Gak enak dilihat orang," pintaku sambil menatap sekeliling.

KETIKA MANTAN MENJADI MANTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang