5. Siapa Farhan Itu?

71 19 3
                                    

"Tunggu!" tahan Zaki dengan tangan menyetop, "siapa itu Farhan?"

"Mau tau aja apa mau tau banget?" ledekku santai.

"Om-om yang naksir Ibu Zizah, Om," sahut Elina memberitahu. Dia kemudian menyuapkan potongan apel ke mulut, Zaki. Namun, pria itu menolak.

Aku melirik sengit ke arah Elina. Agak tidak rela saat Elina bilang Farhan adalah Om-om. Padahal usianya sepantaran dengan Zaki dan aku. Eh iya untuk ukuran Elina, Farhan memang pantas disebut sebagai Om.

"Siapa nama lengkap pria yang bernama Farhan itu?" tanya Zaki dengan tatapan mendalam.

"Ah percuma dijawab kamu juga bakalan gak tau," timpalku cukup yakin. Setelah itu beranjak menuju pintu.

"Azizah! Farhan itu siapa?"

Teriakan Zaki tidak kugubris. Begitu keluar kamar, pintu itu kututup rapat. Kaki melangkah menuju pintu exit.

Di parkiran baru teringat jika aku ke sini dengan mengendarai mobilnya Zaki. Motor aku sendiri masih tertinggal di Tamansari.

"Ah merepotkan sekali," keluhku merasa malas jika harus kembali ke Tamansari. Karena kalau jalan kaki lumayan jauh juga.

Setelah merenung aku mendapatkan ide. Akan kuhubungi Dudung, karyawan di toko. Kusuruh dia yang mengambil motorku. Aku sendiri lebih memilih naik ojek untuk tiba di toko.

Ojol datang sepuluh menit kemudian. Dengan kecepatan yang sedang pria berjaket hijau itu mengantarku hingga tiba di toko. Mobil Farhan terlihat di parkiran tokoku.

Pasti kalian bertanya-tanya siapa gerangan laki-laki bernama Farhan itu kan? Oke aku jawab. Jadi dia itu adalah orang yang ngasih pin jaman duit dua puluh juta kemarin. Uang yang akan kugunakan untuk mengganti uangnya Zaki. Sayangnya Zaki justru menolak.

Saat ini status pria itu masih single alias masih bujang. Seperti yang sudah kuceritakan di atas, umurnya Farhan itu sepantaran sama aku dan Zaki. Untuk orang kaya kayaknya wajar saja kalau di umur tiga puluh tahun masih melajang.

Aku bilang Farhan kaya karena dia seorang pelaku UMKM yang sukses. Dia punya brand snack dan minuman yang laris. Kedua produknya disuplai ke tokoku.

Aku mengenalnya delapan tahun terakhir. Saat itu dia masih mahasiswa tingkat akhir yang sedang merintis usaha. Sedangkan aku baru saja mempunyai bayi.

Enam bulan melahirkan Zayan, kondisi kesehatan Mas Rahmat terganggu. Dia sering drop di tempat toko. Setelah chek up beberapa kali ternyata terdeteksi terkena kanker leukimia.

Sebagai seorang istri yang baru punya bayi tentu aku syok mendengarnya. Apalagi sakit Mas Rahmat sudah terdeteksi di stadium kedua. Laki-laki itu sudah harus banyak beristirahat di rumah. Sehingga mau tidak mau aku yang terjun meneruskan bisnisnya.

Ada tiga cabang toko grosiran yang mesti aku kelola. Sayangnya perlahan-lahan kedua cabang tokotoko Mas Rahmat harus dijual untuk pengobatan. Bahkan aset berupa tanah dan mobil pun harus raib demi kesembuhannya.

Namun, Allah lebih sayang sama Mas Rahmat. Tiga tahun berjuang melawan penyakit, dirinya kalah dengan takdir. Zayan harus menjadi yatim di usia tiga tahun. Saat dirinya belum puas bermain dengan sang ayah.

KETIKA MANTAN MENJADI MANTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang