"sendirian Ren?"
"Iya. Mama masih ada urusan, nanti siang baru kemari" jelas Renata kepada Tari, dokter sekaligus Direktur Utama Hope Hospital.
"Kayanya baru kemarin deh aku lihat kamu nangisin orang sampai sebegitunya" ledek Tari saat mereka sudah masuk di dalam lift.
"Sayang banget ya sama Bara?"
Renata hanya tersenyum ragu,
"Nggak tau mbak"
"Kok nggak tau? Masa gak sayang sama suami sendiri?"
"Memangnya mba Tari sayang sama mas Gyan?"
Tari tertawa kecil mendengar pertanyaan Renata,
"Kan kamu tahu bagaimana awal rumah tangga kami. Tapi kesabarannya dia menghadapi keras kepalaku berhasil membuatku luluh Ren"
Belum sempat mereka berbincang lebih jauh, pintu lift yang mereka naiki sudah terbuka.
"Ren..." Panggil dr.Tari saat Renata sudah keluar dari lift.
"Peluk dia, bilang seberapa sayangnya kamu sama dia. Dia bisa sadar secepat ini setelah perdarahan sehebat kemarin itu benar-benar luar mujizat."
Renata hanya tersenyum sebelum meninggalkan Tari yang ada di dala lift.
Renata memasuki kamar rawat inap Bara saat lelaki itu sedang berbaring dengan posisi kepala yang ditinggikan.
Tanpa sepatah pun kalimat, Renata segera memeluk lelaki yang sedang terbaring di atas ranjang tersebut.
"Terimakasih ya, terimakasih karena sudah kembali hidup"
Tidak ada respon apapun dari Bara membuat Renata akhirnya melepaskan pelukannya.
"Mas, are you okey?"
"Maaf, tapi kenapa Presdir memeluk saya?"
Ucapan Bara seperti sebuah tamparan keras yang diterima oleh Renata. Kakinya mundur beberapa langkah dengan fikiran yang masih mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.
"Kamu gak ingat kalau aku istri kamu?"
"Istri? Saya tidak mungkin menikahi seorang Presdir" Ucap Bara dengan ekspresi bingung yang membuat Renata memijat kasar kepalanya.
"Apa buktinya kalau kita suami istri?" Lanjut Bara coba meminta kejelasan.
"Ini" Renata mengangkat tangan kanannya, menunjukkan jari manisnya yang dihiasi dengan sebuah cincin pernikahan.
"Tapi saya tidak memakainya"
Renata menghela nafas dengan ekspresi frustasi,
"Ini, ini foto pernikahan kita" Renata menunjukkan foto-foto resepsi mereka berdua, tetapi Bara tetap tidak mempercayainya.
"Kamu mau foto akta nikah kita? Oke ambilin di rumah"
Belum sampai Renata beranjak dari sisinya, Bara sudah menarik tangan wanita itu,
"Saya rasa ini jauh lebih akurat untuk mengembalikan ingatan saya" ucapnya sebelum menarik tengkuk Renata yang membuat bibir mereka bisa bertaut satu sama lain.
Tidak ada perlawanan ataupun penolakan dari Renata, wanita itu seperti membeku saat bibir lembut Bara dengan lembut bertemu dengan bibirnya sampai akhirnya Bara melepaskan ciumannya.
"Lumayan. Mungkin kalau lebih lama saya bisa ingat lebih banyak"
Sadar kalau Bara sedang mempermainkannya, wanita itu dengan seketika memukul lengan Bara lembut karena membuatnya hampir pingsan untuk kedua kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
FanfictionSambara Gasendra Adyatama harus menjalani pernikahan kontrak dengan Renata Wicaksono, putri bungsu pemilik W-Group yang menolak perjodohan dan mengharuskannya membawa calon suami ke hadapan orang tuanya dalam satu minggu. Bagaimana kisah mereka akan...