02. Gaduh

7 1 0
                                    

⚠️ PERHATIAN ️⚠️

Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca, sebab ini hanyalah karangan fiktif! Dan jika ada kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya unsur ketidaksengajaan.

Jangan lupa untuk follow akun penulis, juga tinggalkan jejak vote dan komen! Terima kasih!

• • ✧ • •

Harzan seketika panik bukan kepalang ketika dirinya dan empat kawannya melihat kondisi pasien di balik dinding wall-format display glass

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harzan seketika panik bukan kepalang ketika dirinya dan empat kawannya melihat kondisi pasien di balik dinding wall-format display glass. Pria muda itu berniat ingin masuk; menghampiri perkara yang ada, tetapi tindakannya dicegah langsung oleh salah satu rekannya di laboratorium tersebut.

Pria berambut cokelat di hadapannya tampak melarang keras dengan gelengan kepala dan tatapan yang menyiratkan sesuatu. Seakan-akan ada hal yang ingin pria itu sampaikan.

“Jangan bertindak gegabah, Harzan! Lihatlah dulu apa yang sebenarnya terjadi!”

Pria bernama Alexander itu menyodorkan specialty tablet glass miliknya kepada Harzan untuk memberitahu apa alasan dirinya melarang pria muda itu masuk ke dalam ruang pasien, dan alarm bahaya dibunyikan.

Kejadian yang tengah terjadi kali ini bukanlah hal yang sepele, dan bukan sesuatu yang bisa diselesaikan dengan mudah. Segalanya harus disikapi dengan penuh wiweka, dan kecermatan yang matang. Semua faktor terbentuknya penelitian khusus ini harus dititah dengan baik. Jika tidak, dampaknya akan semakin fatal.

“Hal yang dialami pasien kali ini terbilang dalam fase paling berbahaya. Daksanya memberi reaksi aneh ketika suntikan formula khusus milik kita diberikan padanya.”

Alexander kemudian menggeser layar specialty tablet glass untuk menunjukkan hal lain pada Harzan.

“Lihatlah! Pasien itu terlihat seperti mayat hidup, dan otaknya tampak mengalami kontraksi yang hebat. Bukankah ini hal yang harus diwaspadai dan terlihat janggal?” lanjutnya sembari menunjuk ke arah pasien, kemudian beralih pada salah satu gambar di layar specialty tablet glass yang memperlihatkan bagaimana gambaran otak sang pasien.

Seketika itu, Harzan melotot, kemudian diikuti oleh keempat kawannya.

“Memangnya formula apa yang kalian berikan pada pria itu?” Kenzo melirik tajam Alexander, memasang ekspresi curiga dengan dahi yang mengerut. “Kalian tidak memberikan sesuatu yang aneh, bukan?” Entah mengapa, cara pandangnya terlihat seperti tengah meneliti sesuatu.

Alexander menoleh ke arah Kenzo. “Tidak. Formula yang kami berikan padanya sama seperti formula pasien-pasien lainnya. Bedanya, pria ini memiliki gejala aneh--salah satu korban yang hingga kini masih belum bisa diidentifikasi penyebab gejalanya. Kami mencoba mencari tahu alasannya dengan cara lain, dan percobaan pertama kami lakukan dengan formula ini. Dan hal inilah yang kemudian terjadi pada sang pasien.” Ia kembali menunjuk ke arah layar specialty tablet glass di akhir kalimat untuk lebih memperjelas jawabannya.

VOC Yogyakarta, 2050 [II]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang