1

639 43 0
                                    

Renjun si pemuda manis berperawakan mungil, langkah kakinya yang lunglai tak bertenang itu ia paksakan untuk terus berjalan menyusuri  gang gang sunyi dan gelap disana. Wajahnya yang lesu ia tekuk se-tekuk-tekuknya, tangan kanannya menyeret tas selempangnya sedangkan tangan kirinya memegnag map berisi kertas lamaran pekerjaan.

Sudah selama sebulan ini ia kesana kemari mencari pekerjaan, namun hasilnya nihil tidak ada satupun perusahaan atau toko-toko yang menerimanya, restoran sekalipun. Padahal bisa dibilang Renjun itu segalanya bisa.

Bugh

"Argh, sialan!" Renjun memukul keras tembok disampingnya, dia sudah kepalang frustasi. Karena lelah ia duduk kan tubuhnya disekitaran sana, ia tak peduli entah itu kotor terkena tai ayam atau apapun itu ia tak peduli.

Ia menatap lembaran-lembaran kertas berisikan identitasnya, matanya menyorot miris satu bagian, menghela nafas lelah ternyata bagian itu juga berpengaruh dalam mencari sebuah pekerjaan. Jika bisa dia juga tidak mau terlahir dengan keadaan seperti ini.

Tak lama setelah beberapa menit melmaun ponselnya tiba-tiba berdering, Renjun berdecak ketika melihat siapa pe nelpon. Donghyuck.

Halo?

Yak Huang! Kau dimana?!

Kecilkan suaramu, aku sedang tidak berniat beradu mulut dengan mu.

Hei, kau kenapa? Apa, ditolak lagi?

Kau tau jawabannya

Ah, yang sabar Renjun-ah.

Aku harus bersabar dengan gaya apa lagi? Apakah aku harus kayang lalu berteriak diatas gedung pencakar langit, bahwa aku orang tersabar didunia, begitu?

Eee, nggak gitu maksudnya. Udah deh, sekarang dimana biar aku jemput?

Gang biasanya

Oke, otw!

Renjun menghela nafas lelah, setelah beberapa saat menunggu akhirnya Haechan alias Lee Donghyuck. Dan sekarang Renjun berakhir rebahan di apartemen Haechan, sebenarnya itu bukan apartemen Haechan melainkan apartemen mereka bertiga, Haechan, Renjun, dan Na Jaemin.

"Njun-ah ganti baju dulu."

"Bentar Na, istirahat dulu. Capek."

"Iya tapi ganti baju dulu Renjun."

Pemuda Na itu kembali berdecak kala Renjun malah memejamkan matanya, sebenarnya tidak tega melihat wajah Renjun yang tampak sangat lelah itu, tapi ia juga tak bisa membiarkan temannya sakit dengan memakai pakaian yang kotor.

"Sudahlah Jaem biarkan dia istirahat, dia terlihat kelelahan." Mendengar itu Jaemin hanya mengangguk, setelahnya ia beberes lalu kembali tutun untuk mempersiapkan makan malam. Sebelum itu ia mengatakan kepada Renjun untuk segera membersihkan diri dan turun untuk makan.

Dibawah Jaemin melihat Haechan yang sedang membersihkan meja makan, "Chan?"

Haechan menoleh, "Apa?"

"Aku kasihan deh liat Renjun, udah puluhan perusahaan, toko bahkan restoran ia datangi tapi hasilnya selalu nihil."

Haechan juga terlihat menghela nafas, "Lagian dia dibilangin nggak usah kerja ngeyel, kan kita berdua udah kerja gitu kan."

"Namanya juga Huang Renjun pasti kepala batu." Haechan mengangguk menyetujui.

Brak

Bugh

Buagh

Jaemin dan Haechan  yang terkejut saling pandang, raut wajah khawatir sangat kentara diwajah mereka. "Renjun?" Setelah mengatakan itu, Jaemin dan Haechan berlomba-lomba berlari menuju kamar mereka bertiga untuk melihat Renjun.

Brak

"Renjun-ah, apa yang terjadi?!" Teriak mereka berdua bersamaan.

Renjun yang sedang berdiri diatas kasur menatap teman-temannya dengan pandangan bertanya, Jaemin menatap Haechan, mereka benar-benar seperti orang bodoh dengan wajah cengo seperti itu. Lihat saja, kamar berantakan, selimut dilantai, bantal entah dimana-mana, dan lihat jam weker kesayangan Jaemin pecah begitu saja. Ugh, itu jam adalah hadiah pertama dari kekasihnya.

Haechan meneguk ludah kasar, hawa-hawa dingin menusuk kulit Haechan. Ugh sepertinya Jaemin benar-benar dalam suasana tidak baik. Haechan mengkode Renjun dengan lirikan matanya, Renjun menukik kan alisnya tak mengerti. Tak lama matanya terbelalak ketika melihat jam kesayangan Jaemin sudah terjatuh dengan mengenaskan.

Gluk

Renjun turun dari atas kasur dengan perlahan, ia menunduk dalam sepertinya setelah ini ia akan mendapatkan ganjaran yang seharusnya ia dapat.

"Haechan-ah."

Haechan meneguk ludah kasar, dengan patah-patah ia menoleh ke arah Jaemin. "I-iya?"

"Kau tau kan harus apa sekarang?" Ucap Jaemin dengan senyum mengerikan.

"I-iya baiklah, Renjun sepertinya aku harus segera turun. S-semoga selamat." Setelah mengatakannya Jaemin langsung menendang pintu dengan kasar dan menciptakan bunyi yang nyaring.

Renjun lagi-lagi meneguk ludahnya kasar. "N-na a-aku bisa jelaskan."

"Oh, sepertinya apa yang aku lihat sudah cukup membuat ku tahu semuanya. Lebih baik kau persiapkan dirimu." Setelah mengatakan itu Jaemin mulai mengikis jaraknya Renjun semakin takut.

Sedangkan dibawah sana Haechan hanya bisa berdoa untuk keselamatan Renjun. Dengan keras dapat Haechan dengar teriakan minta ampun Renjun, Haechan jadi bergidik. Jujur saja ia pernah membuat Jaemin mengamuk dan itu sangat mengerikan.


























































Setelah peperangan sengit antara Jaemin dan juga Renjun kini Jaemin tengah menangis dipelukan Mark, kekasihnya. Tadi Haechan langsung menghubungi Mark, dia takut sesuatu yang lebih mengerikan terjadi. Dan lihat, benarkan sudah hampir 3 jam Jaemin menangis, Renjun? Dia sedang mandi.

"Sudahlah Na, jangan menangis Renjun pasti tidak sengaja."

"Ta-tapi jamnya rusak Hyung, i-itu kan hadiah pertama darimu hiks." Mark terkekeh, aigo kekasihnya ini lucu sekali. Jika tidak teringat batasan sudah pasti Mark akan melahap habis manusia ini.

Terlihat Renjun berjalan sedikit tertatih-tatih, oh jangan berpikir macam-macam. Ia berjalan begini karena Jaemin yang memukulinya tadi menggunakan sapu, sakit sekali.

"Bagaimana keadaan mu Renjun?" Tanya Mark

Renjun tersenyum kikuk, "sakit Hyung, pukulannya benar-benar tidak main-main."

Sedikit banyaknya Mark meringis, sepertinya membuat kekasih manisnya mengamuk bukan hal yang baik, lihat saja pergelangan tangan Renjun yang merah-merah.

Jaemin melepaskan pelukan Mark lalu menatap tajam Renjun, "Bisa katakan alasanmu mengacak-acak kamar dan membuat barangku rusak, Huang?"

Renjun tersenyum lebar, "Aku mendapatkan email, bahwa aku diterima bekerja sebagai fisioterapi petinju terkenal di negara ini!" Pekiknya senang.

"Benarkah?!" Pekik Haechan dan Jaemin bersamaan. Jaemin lantas berdiri dan langsung memeluk Renjun dengan erat, "Selamat Renjun-ah selamat!"

Haechan juga melakukan hal yang sama. Sedangkan Mark hanya menatap cengo kekasihnya, tadi saja dia menangis sesenggukan dan misuh-misuh sekarang malah berpelukan layaknya Teletubbies.

'Sungguh persahabatan yang unik!'





















































******
Tbc

Why Me? // NOREN (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang