Motor sport hitam itu telah tiba dalam derasnya hujan. Tika yang sedari tadi menunggu, buru-buru menghampiri Genta dengan payung yang dibawanya.
"Aduh, Kak Genta basah! Kenapa nggak pake jas hujan?" tanya Tika sembari menuntun Genta untuk duduk di kursi.
"Minum dulu, Kak!" Gadis itu memberikan segelas kopi hangat yang memang dipesankan untuk Genta.
"Thank you, padahal gue tadi udah minum," ucap Genta seraya menerima kopi tersebut.
Gadis itu membalasnya dengan senyuman. Penciumannya memang tak diragukan. Aroma alkohol dari tubuh Genta begitu menyeruak.
Perlahan rasa takut menyerang pikiran Tika. Bahkan dirinya teringat pesan Aksa beberapa hari yang lalu.
"Kalau ada cowok bau alkohol, jangan deket-deket deh! Bahaya!"
Gadis berambut dark brown itu diam-diam memilin bibirnya.
"Kak Genta pulang aja, aku bisa, 'kok pulang sendiri. Lagian aku juga bawa payung," kata Tika berusaha meyakinkan.
Sayangnya cowok itu tak menurut begitu saja. Netra cokelatnya menatap Tika dengan lekat.
"Nggak. Gue nggak mau calon istri gue kehujanan."
Gadis itu cemberut. Jika sudah begini Genta akan sulit untuk diluluhkan.
"Kak Genta, nggak dengerin aku waktu itu?"
Genta menggeleng. Tangannya kini bergerak untuk merapikan poni gadis itu.
"Lo nggak serius bilang kayak gitu."
Kini giliran Tika yang menggeleng tak setuju. Rasa kesal pun datang kembali dalam benaknya.
"Aku udah mutusin aku nggak bakalan nikah! Aku nggak mau punya sua--eehh!" Belum selesai dengan kalimatnya, lengan Tika tiba-tiba ditarik Genta untuk mendekati motor.
"Pakai jas hujannya, habis itu kita pulang," ucap Genta seraya menyodorkan jas hujannya.
"Kenapa nggak Kak Genta aja yang pakai? Aku bawa payung kok!" kata Tika seraya mengangkat payungnya lebih tinggi.
Genta tergelak. Diraihnya payung berwarna kuning tersebut lalu menutupnya.
"Kalau pakai ini pas naik motor, nanti lo bisa terbang. Lagian baju gue udah basah, nanggung."
Gadis itu bersungut sebal. Mata sipitnya menajam menatap Genta dengan raut kesal.
"Maksudnya aku kurus?"
Genta menanggapi dengan tawa gemas sembari membantu memasangkan jas hujannya.
"Bercanda. Yaudah ayo, keburu malem!"
Di tengah derasnya hujan, dua insan itu telah beranjak meninggalkan minimarket. Tak ada yang tahu bahwa malam ini adalah awal dari luka seorang gadis periang.
⛓
Di lain tempat, Marco kembali berdecak saat mendapati Aksa masih sibuk dengan ponselnya.
"Lo kalau nggak serius ngerjain pulang aja deh! Gue kerjain sendiri!" ujar Marco seraya merebut lembaran HVS dari tangan Aksa.
"Bisa sabar nggak lo?! Gue lagi nunggu kabar dari Tika!" sahut Aksa tak kalah galak. "Dari tadi dia belum kasih kabar ke gue!"
Marco praktis merotasikan bola matanya. Padahal Aksa baru saja tiba 30 menit lalu. Namun kekhawatirannya tentang sang adik begitu berlebihan.
"Tadi dia telepon gue."
Pernyataan Marco membuat Aksa kembali menegapkan punggungnya. "Serius?! Ngomongin apa lo sama dia?"
"Kepo!" jawab Marco acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lunatic
RomanceR 18+ Karena obsesi, Genta berhasil menghancurkan kehidupan seorang gadis ceria bernama Tika. Bukannya jera, cowok brengsek itu justru menyesal kenapa bukan dari dulu ia melakukannya. Di sisi lain ada Erdylene Lyodra. Gadis yang statusnya adalah tu...