3. HUKUMAN

114 17 1
                                    

Assalamualaikum...salam toleransi semua nyaa. apa kabar nih? masih pantengin kan??. yaudah yuk langsung baca, Terimakasih!!
Selamat membaca!🖤

Muhammad Fathur Al Fatih
"Jangan kalah dalam menghadapi hawa nafsu, jika kalah berarti sama saja  menjerumuskan diri ke dalam ambang api"

****

Setelah mereka tertangkap basah mereka berdua di bawa ke ruangan yang sangat familiar jika di mata Raya, ruangan apa lagi kalau bukan ruang BK?.

Lalu mereka memasuki ruangan tersebut, mereka disuruh oleh satu guru atau bisa di bilang guru khusus BK, Pak Bian guru killer yang terkenal karena muka nya yang garang.

Sementara mereka di hukum berdiri di pojokan ruangan serta satu kaki mereka yang di angkat ke atas juga tangan mereka yang menjewer telinga nya sendiri.

Dan lagi - lagi Pak Bian hanya duduk di kursi andalan nya sambil meminum kopi nya dengan nikmat.

Raya yang melihat seperti itu Ia membisikkan sesuatu ke Gisel. "Sel, diliat - liat Pak Bian kaya gitu serem juga gak sih?" bisiknya.

"Iya emang, Lo baru nyadar?" Bisik Gisel kembali.

"Vibes nya kaya om - om gitu gak sih ihhh" Ucap nya sendiri sambil merinding setelah memperhatikan penampilan Pak Bian, Ia memakai kaca mata, tinggi jakung serta kumis tipis.

Bagaimana tidak seram coba?.

Pak Bian yang memperhatikan gerak gerik mereka kini mulai aneh, kenapa dirinya jadi di lihat seperti itu.

"Ngomongin apa kalian?" Tanya nya dengan tajam.

"Enggak, astaghfirullah Pak gaboleh sudzon dosa lohh nanti" Ucap Raya, sambil mempertahankan keseimbangan nya.

"Ajarin saya dosa kamu sendiri aja belum tentu bener..."

"Kamu lagi Gisel kamu ini anak Guru kenapa malah ikut - ikutan si Raya?" Ujar Pak Bian melirik ke arah Gisel yang hanya memperhatikan mereka berdua saja dari tadi.

"Lah saya? saya aja dari tadi diem...kalau soal anak guru sih itu gak ada hubungan nya Pak..Saya murid...Ibu saya guru beda jangan di sama - samain Pak" Jawab nya sambil melakukan gerakan tangan seperti sedang mengajari anak kecil, Membuat Raya yang melihatnya terkekeh memang sahabat nya ini sangat duplikat dengan dirinya.

"Berani kamu?!" Ucap Pak Bian sambil memukul meja.

Seketika membuat mereka berdua terdiam seribu bahasa, karena jika Pak Bian sudah marah habis dia bisa di keluarkan.

Menjelang beberapa menit kemudian tiba - tiba ada suara ketukan pintu, yang membuat semuanya menoleh terutama Raya.

"Masuk" Suruh Pak Bian dengan nada yang di keraskan.

Pintu perlahan mulai terbuka terlihat seorang pemuda laki - laki dengan kemeja putih nya juga sarung hitam yang dipakai nya membuat Pak Bian salah fokus dengan penampilan pemuda tersebut.

"Assalamualaikum...saya wali nya Raya" Salam pemuda tersebut, setelah salam nya sudah di jawab dirinya di persilahkan untuk duduk berhadapan.

LENTERA TAKDIR [ Hiatus sementara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang