enam

291 22 1
                                    

Sudah tiga hari renjun disini, di tempat yang asing bagi dirinya bersama orang-orang yang berkata bahwa dia adalah anak kandung mereka yang hilang. Tinggal di tempat yang sangat luas bahkan kamar tidurnya saja sebesar kosan dia dulu.

"Membosankan, harusnya jam segini aku sudah ada dicafe untuk bekerja bersama mark" Renjun menghembuskan nafas berat lalu berdiri dan berjalan kearah kamar mandi.

15 menit berlalu akhirnya renjun keluar dari kamar barunya dan berjalan menuju dapur dirumah barunya ini, mengambil air lalu meminumnya dengan perlahan.

"Renjun" Panggil seseorang dari belakang tubuh Renjun. Dia Na jaemin kakak dari renjun sendiri. Pagi pagi seperti ini dia ada dirumah, tembun sekali.

"Ada apa kak, eh—apasih manggilnya" Bingung renjun saat ingin memanggil jaemin dengan sopan. Jaemin yang mendengar itu tertawa memperlihatkan senyum manisnya hingga orang yang ada didepannya terpesona.

"Panggil Nana saja" Ucap jaemin lalu memberikan sebuah kotak kepada Renjun. "Ini ponsel, aku membelikannya untukmu karena aku melihat kau tidak punya ponsel. Ini juga ada kartu dan—ah semoga kau suka" Sambung jaemin menjelaskan apa yang baru saja tadi ia beri.

Renjun tersenyum mengerti, setidaknya disini dia akan tidak bosan karena memiliki ponsel. "Terimakasih, aku sangat suka" Renjun tersenyum kepada jaemin sebagai tanda bahwa dia menyukai ponsel yang baru saja kakaknya itu berikan.

"Apa kau butuh bantuan untuk memakai ponsel?" Tanya jaemin. Jaemin takut kalau adiknya itu tidak bisa menggunakan ponsel.

"Aku bisa sendiri kok" Cicit renjun sambil membuat gestur tangan arti bahwa dia bisa.
"Aku mau ke kamar dulu ya, mau nyoba ponsel baru hehe" Pamitnya kepada jaemin dengan senyuman yang masih belum luntur sama sekali.

•••••••••••••••••

"Ma, jujur saja aku sangat bahagia renjun telah kembali tapi—aku rasa dia masih belum bisa menganggap kita keluarganya" Ucap jaemin sambil melihat ke arah sang mama. Winwin tersenyum, ia mengelus rambut jaemin dengan lembut lalu tersenyum.

"Mama yakin bahwa suatu saat pasti dia bisa menerima semua ini, semuanya butuh waktu" Balas Winwin masih sambil mengelus rambut sang anak.

"Pangeran ingin bertemu dengan renjun" Ucap Yuta yang dari tadi hanya menyimak pembicaraan sang anak dan istrinya. "Pangeran ingin berbicara dengan renjun, aku harap kita bisa meyakinkan renjun untuk pergi bersama pangeran" Sambung yuta lagi.

"Ayah apakah ini tidak terlalu cepat" Ucap jaemin. Jaemin merasa ini terlalu cepat, dia tau bahwa sudah ditakdirkan bahwa sang adik dan pangeran akan berjodoh namun adiknya itu baru ditemukan 3 hari yang lalu.

"Ayah tau itu jaemin, tapi mau bagaimana lagi jika pihak keluarga kerajaan yang menginginkan itu" Balas yuta.

Jaemin tau bahwa ayahnya itu hanyalah seorang biasa yang anaknya diberi anugrah sebagai jodoh pangeran. Aneh sekali memang kekerajaan ini, bagaimana bisa menganut sistem perjodohan, dan keluarga Na memang sudah terbiasa menjadi jodohnya dari jaman leluhur dahulu. Ah sudah biasa, untung saja jaemin tidak dijodohkan.

••••••••••••••••••
Renjun masih saja berkutik dengan ponsel baru pemberian kakaknya itu, dia sangat kagum karena sepertinya model ponsel yang sekarang dia pegang pasti adalah ponsel mahal.

Mencari beberapa medsos yang biasa ia pakai namun aplikasi tersebut sama sekali tidak dapat ditemukan, tidak mungkin aplikasi tersebut dihapus sampai tidak meninggalkan jejak sedikitpun. Renjun tidak tau bagaimana dirinya bisa hidup tanpa tzitter sekarang ini.

"Ah setidaknya ini mirip sama tzitter, twitter ngga terlalu buruk" Renjun berucap sambil terus mencari beberapa aplikasi lainnya diponsel.

"Oke sekarang ada instagram buat gantiin insta terus sama si twitter, ah yang penting saat ini ada" Keluhnya lalu merebahkan dirinya pada kasur miliknya.

Disaat mata renjun mulai terlelap terdengar suara seseorang masuk kedalam kamar tersebut membuat renjun kembali terbangun dari tidurnya.

"Ah mama, ada apa ya" Batin renjun saat melihat sang mamanya berjalan ke arah nya. Renjun bangkit dari rebahan dan duduk di sudut kasur.

Winwin duduk disebelah renjun lalu tersenyum hangat kepada renjun.
"Renjun" Panggil Winwin. "Mama ingin bicara boleh" Sambungnya.

"Boleh—Ma" Balas renjun.

"Nak, kamu pasti mengerti kan kenapa kamu bisa ada disini,  di lihat dari beberapa foto yang terpajang dari kamar ini dan tes juga pasti kamu mengerti" Ucapnya. Renjun menggangguk tanda bahwa dia mengerti.

"Apa kamu bisa menerima itu, renjun" Tanya Winwin. Renjun termenung dikepalanya banyak sekali pertanyaan, dari pertama dirinya disini renjun selalu dilanda kebingungan, dia sama sekali tidak mengerti apa yang telah terjadi.

"Jujur aku tidak bisa mengatakan bahwa aku sudah menerima atau belum, aku masih telalu kaget dengan semua ini, aku bahkan merasa asing dengan kota ini ma—" Balas renjun.

—aku melihat disini seperti dunia asing, aku tidak tau ini dimana dan bagaimana bisa aku jadi keluarga kalian. Dahulunya aku hanyalah anak panti di kota dan bagaimana bisa sekarang ini malah berubah 90°" Ucapnya sambil menghembuskan nafas berat.

"Aku tidak mengerti jujur, aku tidak bisa mengerti apa yang telah terjadi." Cicitnya lagi.



THE ARCHILLES || HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang