(Lanjutan)
Seperti biasa, jemarinya lihai sekali untuk membuat tubuhku panas dan menggeliat di bawah tubuhnya. Yoongi masih belum berpindah dari leherku, menggigit dan menghisap kulit pualamku hingga aku yakin sebentar lagi pasti akan penuh dengan jejak merah. Sial, seminggu ini aku harus memakai pakaian berkerah tinggi dan membiarkan rambut panjangku tergerai."Oh shit, Yoongiii. You... you can't— aahhh."
Aku melirik ke bawah, di mana pria itu tersenyum menyeringai sambil terus menanamkan bibirnya pada puting payudaraku, menghisap dengan kuat hingga aku mati-matian melengkungkan punggung. Sudah hampir 2 minggu kami tidak bertemu dan tidak melakukan ini.
Aku menggigit bibir bawahku, memikirkan apa yang akan Yoongi lakukan selanjutnya. Tentunya seperti biasa, dia tidak akan membiarkanku istirahat dan kami akan bercinta sampai menjelang pagi."I can't what?" sahutnya dengan bibir yang sudah berada di perutku.
"Yoongi... can you just fuck me now? Ngghhh."Yoongi sudah membenamkan kepalanya di selangkanganku, menusuk dan bermain-main dengan lidahnya. Aku terkekeh sambil menelan desahanku sendiri saat memikirkan satu lelucon ini— Yoongi selalu menggunakan teknik lidahnya pada rap yang lincah saat ia sedang bercinta. Tongue Technology. Bahkan aku yakin aku bisa langsung datang hanya dengan permainan lidahnya.
"Jangan terburu-buru, baby."
Yoongi memasukkan dua jarinya ke dalam milikku. Aku mengerutkan dahi ketika ia hanya bergerak pelan, tidak seperti biasanya yang gesit dan sedikit ugal-ugalan."Ohhh shit, nghhh, Yoongiii!"
"Suka?"Aku hanya mengangguk karena sudah tidak sanggup berbicara lagi. Yoongi mempercepat gerakan jemarinya di dalam milikku yang sudah mulai berkedut pertanda akan segera keluar.
"Jawab aku, apa kau suka?"
Aku mengangguk dengan susah payah. "S-suka."
"Nice answer."Tiba-tiba, Yoongi mengehentikan pergerakan jarinya dan menjauh dari sana. Alisku melengkung ke bawah pertanda tidak suka. Kenapa ia melakukan itu saat aku hampir saja keluar. Sialan, kekasihku ini nakal sekali.
"How you dare," protesku tidak terima.
"Aku tidak mau kau keluar begitu saja, aku mau kita keluar bersama-sama."Setelah bilang begitu, Yoongi langsung membuka kedua kakiku lebih lebar dan memposisikan kejantanannya tepat di depan lubang vaginaku. Sebelum itu, ia menggosoknya beberapa kali terlebih dahulu lalu mulai memasukiku secara perlahan.
"Padahal kita hanya libur 1 minggu, kenapa rasanya sempit sekali?" tanya Yoongi sambil terus berusaha memasukkan miliknya.
"W-wait... Yoon, kau tidak pakai pengaman?"Yoongi mengeluarkan kejantanannya lalu memasukiku dalam sekali hentakan sambil menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaanku. Aku melotot lalu berusaha mendorong dadanya agar menjauh.
"Kau gila?"
Yoongi memejamkan matanya sejenak. "Apa kau tega membiarkanku tersiksa selama seminggu ini? Dan sekarang kau menyuruhku untuk memakai pengaman? Aku ingin merasakanmu tanpa penghalang apapun, baby..."
"No, morning after pillku habis. Aku belum membelinya lagi di apotek. Please, use your condom."
"Aku akan membelinya besok pagi."Bukan Min Yoongi namanya kalau langsung menurut. Pria itu mulai menggerakkan pinggulnya. Meski tidak secepat biasanya, namun ia mendorongnya dalam hingga menyentuh titik G-spot ku dan membuatku mengerang lebih keras.
Sore, hujan, dan dingin yang meraba membuat sesi bercinta kami menjadi lebih luar biasa."Ngghhh, aahh... Yoon, setelah ini... a-aku harus menyelesaikan pekerjaanku dulu. Ja-jadi, ngghhh."
Yoongi mencium pipiku lama sambil bergumam. "Hm?"
"Ja-jadi, tidak ada ronde kedua."
"Really?"
"Yoon, aku harus— ngghhh, aku harus mengantar kue itu ke toko besok pagi... haaahh."Pria itu semakin menambah kecepatannya hingga ranjangku berderit dan menimbulkan suara yang cukup nyaring di tengah heningnya hujan sore hari.
"Deal?" tanyaku memastikan ia menyetujui kata-kataku tadi.
Yoongi melumat bibirku sebentar lalu melepaskannya. "Deal."Yoongi menggenggam kedua tanganku dan meletakkannya di atas kepalaku. Irama pinggulnya semakin tidak beraturan. Aku merasakan miliknya berkedut hebat di dalam sana.
"Aargghh, i'm gonna come!" Yoongi mengerang sambil memejamkan matanya.
"Me too."Dan... kami terkulai lemas saat sudah mendapatkan orgasme secara bersamaan. Yoongi menenggelamkan wajahnya di perpotongan leherku sementara aku memeluk bahunya. Tubuh kami masih bergetar merasakan sisa-sisa orgasme yang kemungkinan terlalu banyak. Aku mulai mengatur napasku.
Hening menyelimuti kami berdua. Hanya ada suara hujan yang ternyata tanpa disadari sudah mulai reda. Kamarku masih setengah gelap lantaran hanya ada dua lampu tidur kecil yang menyala di samping kanan dan kiri ranjangku.
Yoongi mengangkat wajahnya, menatapku sejenak sebelum mendaratkan bibirnya di permukaan keningku, mengecup dengan lembut dan sayang."I love you."
Kupeluk lehernya dengan napas yang masih terengah-engah. "I love you too."
"Don't leave me, hm?"
"Never," ucapku tanpa ragu.
(End)
•
Jangan lupa follow!
Tinggalin jejak vote dan komen ya <3
Apresiasi kecil buat author biar makin cepet nulis lanjutnya ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE SHOT BANGTAN [M]
Fanfictionthis story will care about your wavering heart? absolutely not 🤫 enjoy to read! 💜 ⚠️21+