Yoongi

241 3 0
                                    

BRAK
BRAK
"Yoon, tolong jendelanya!

     Kedua tanganku sedang berlumuran tepung jadi aku hanya bisa pasrah dan memanggil keras-keras nama kekasihku saat melihat jendela dapur bergerak-gerak saling membentur satu sama lain karena ulah angin kencang.
     Sore ini hujan turun begitu deras disertai suara guntur yang menggelegar. Musim sudah mulai berganti dan aku masih menjadi Kang Hyera si pengangguran yang super sibuk. Iya, aku sudah tidak bekerja lagi. Perusahaan tempatku bekerja melakukan kecurangan. Lebih tepatnya ada satu orang yang tidak menyukaiku dan ia membuatku dikeluarkan dari perusahaan itu. Aku difitnah melakukan pencucian uang. Sialan sekali memang wanita ular itu. Ia adalah staff baru tetapi sudah berani berbuat sejauh ini hanya karena ia tidak suka aku naik jabatan dan bos mengolok-oloknya.
     Bosku mengoloknya? Tentu saja semua ada alasannya. Wanita bernama Shin Jiyeon itu sudah berkali-kali mendapat SP lantaran beberapa pelanggaran kecil dan satu pelanggaran besar yaitu ia sempat menghilangkan uang tunai perusahaan senilai 3 juta won. Meskipun jumlahnya tidak besar, namun pada akhirnya permasalahan itu berhasil membuat nama baik Shin Jiyeon turun drastis dan buruk di lingkungan kantor.
     Lalu ia tidak punya pilihan lain selain menyeretku ke dalam masalahnya dan mengkambing hitamkan aku.
     "Hei, kau melamun?"
     Aku sedikit berjengit kaget saat ada dua lengan melingkar di perutku. Kulirik jendela dapur. Ah, sudah aman, sudah ditutup.

 Ah, sudah aman, sudah ditutup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Memikirkan apa?"
"Tidak ada."
Yoongi membersihkan noda tepung kering di permukaan lenganku. "Kalau tidak ada kenapa bengong?"
"Bengong kan gratis, Yoon."
"Hujan deras gini bengong, takut kemasukan."

     Aku tidak menanggapi kalimat Yoongi, memilih melanjutkan pekerjaanku yang harus selesai dalam 2 jam ini karena pemilik toko kue sudah meneleponku berkali-kali.
     Selama menganggur, aku memutuskan untuk beralih membuka usaha kue kering dan dititipkan ke toko kue terkenal langgananku karena ternyata mereka mau menerimanya. Mereka bilang banyak pelanggan yang suka kue-kueku.
     Aku sangat bersyukur, setidaknya di balik musibah yang aku alami, Tuhan masih memberiku jalan lain. Bakat terpendamku memang sudah saatnya kegunakan.
     "Sebentar, Yoon, lepas dulu. Aku mau cuci tangan dan mengambil loyang."
     Yoongi bergerak ke arah lemari dapur lalu mengorek isinya. Alih-alih aku selesai membersihkan tanganku, Yoongi sudah menemukan loyang yang akan kupakai. Kekasihku itu gesit sekali, meskipun terkadang masih kurang peka dengan sekitar.
     "Terima kasih."
     Aku segera memindahkan buntalan adonan di atas tatakan kayu yang sudah kusiapkan lalu meratakannya. Kemudian mencetaknya kecil-kecil menggunakan cetakan stainless dengan berbagai macam bentuk. Baru setelah itu kupindahkan ke dalam loyang untuk dipanggang.
     Selama aku mengerjakan sisa pekerjaanku, Yoongi sama sekali tidak berpindah tempat. Pria itu masih berdiri dan memelukku dari belakang. Hanya diam, benar-benar tidak membicarakan apapun. Aku sedikit merasa janggal dengan tingkah Yoongi karena sepertinya ada hal yang sedang mengganggu pikiran pria itu.

"Yoon?" panggilku pelan.
"Iya?"
"Kau kenapa?"
Yoongi mengangkat dagunya dari pundakku. "Aku kenapa?"
"Kenapa diam saja dari tadi? Ada masalah?"
"Tidak."
"Lalu?"

     Yoongi kembali meletakkan dagunya di atas pundakku sambil mengeratkan pelukannya. Tubuhku sedikit maju karena terdorong oleh gerakan tubuhnya.

"Tidak ada apa-apa."
"Bohong."
"Tidak, Sayang."
"Kau tidak pandai berbohong."
Yoongi mengecup pipiku. "Aku hanya memikirkanmu, memangnya tidak boleh?"

     Aku menghentikan pekerjaanku sejenak lalu sedikit menoleh ke kiri, menatapnya lewat sudut mataku.

"Memikirkanku? Kenapa?"
"Aku memikirkan yang terjadi padamu baru-baru ini. Kau yakin tidak mau membawanya ke ranah hukum?"

     Kuputar tubuhku dan kusentuh lengan Yoongi dengan lembut, berusaha menyalurkan ketenangan agar ia tidak terlalu cemas memikirkan permasalahanku. Aku baik-baik saja, sungguh.

"Tidak perlu... aku tidak mau kau ikut kesulitan."
"Aku tidak suka kau berbicara seperti itu."
Dahiku berkerut, tidak paham dengan kata-katanya.
"Aku tidak suka kau bersikap seolah aku adalah orang lain," jelas Yoongi ketika ia menyadari reaksi bingungku.
"Aku tidak pernah menganggapmu begitu, Yoon. Kau itu kekasihku, sudah hampir 5 tahun, mana mungkin aku punya pikiran semacam itu."
"Lalu kenapa kau tidak ingin kubantu? Menyeretnya ke pengadilan dan membuatnya dijatuhi hukuman bukanlah hal yang sulit untuk Min Yoongi. Wanita itu sudah kelewatan. Apa kau sadar? Dia tidak sekedar membencimu tapi dia merusak nama baikmu, reputasimu, Kang Hyera."
"Aku tahu."
Yoongi mengangkat satu alisnya skeptis. "Lalu?"
"Aku hanya tidak ingin terlibat keributan, aku sudah cukup marah atas apa yang ia lakukan, jadi aku tidak mau menambah kemarahanku lagi. Aku ingin hidup dengan tenang. Hanya itu, Yoon."

     Yoongi membuang napas beratnya, ada nada kesal di sana. Aku tahu Yoongi sangat geram dengan wanita bernama Shin Jiyeon itu yang terang-terangan sudah menghancurkan karirku. Tapi menurutku membalas perbuatannya saat ini bukanlah hal yang penting dan tentunya aku tidak mau mengotori tanganku apalagi mengeluarkan uang hanya untuk memenjarakannya. Buang-buang waktu. Yakin saja, orang seperti itu tidak akan bertahan lama dengan keberuntungannya. Sebentar lagi ia pasti akan terjatuh dan terjerembab lebih hancur daripada orang yang sempat ia buat hancur. Karma buruk itu nyata.

"Apa kau mau pindah saja?"
"Pindah apa?"
"Pindah tempat tinggal," jelas Yoongi sambil mendekap pinggangku. "Kalau kau merasa tidak nyaman di sini."
"Kau bicara apa? Aku tidak akan pernah meninggalkan kota ini. Aku banyak mendapatkan berkah dan keberuntungan dari kota ini. Lihat saja, bahkan aku dipecat dari perusahaan tetapi langsung bisa membangun kembali keberuntunganku dengan membuka usaha kue. Bahkan yang mengambil kueku bukan toko kue biasa, tapi toko kue terkenal. So, i'm totally okay," aku berbicara panjang lebar sambil tersenyum agar Yoongi merasa lega dan tidak melanjutkan pembicaraan ini.
"Really?"
Aku mengangguk meyakinkan. "Of course."

     Yoongi tidak menjawab lagi. Ia mendekatkan wajahnya ke wajahku lalu meraup bibirku dan dilumat secara perlahan. Aku memeluknya erat sambil tetap mendongak mengikuti irama ciumannya.
     Hanya 2 menit kami berciuman. Yoongi melepaskan bibirku dan beralih menatapku. Matanya seperti samudera yang belum kujelajahi sepenuhnya. Dalam dan menyimpan banyak misteri yang hampir selalu membuatku penasaran. Tetapi aku tidak peduli, Yoongi adalah kekasih yang baik selama ini dan aku mencintainya begitupun sebaliknya.

Yoongi mendesis lirih. "Kenapa kau cantik sekali?"
"Aku hafal dengan kalimatmu yang satu ini," sarkasku.
Yoongi tersenyum tipis. "So? Let's do it quickly."
"Shit, Min Yoongi!" aku mengumpat ketika kekasihku itu tiba-tiba sudah melepas kancing kemejaku dengan cepat dan tidak sabaran.

     Aku merotasikan bola mata. Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang panjang.
  
  
(Next)
  
  
  

  
  
  

Jangan lupa follow!

Tinggalin jejak vote dan komen ya <3
Apresiasi kecil buat author biar makin cepet nulis lanjutnya ✨

ONE SHOT BANGTAN [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang