【 O2 】

293 39 0
                                    

Aroma wewangian kopi dan teh mulai merasuki indera.

Cafe, adalah tempat yang telah ditentukan di mana dia dan temannya akan mengobrol kemudian berjalan-jalan bersama.

(Name) tak kunjung melihat surai blonde yang sudah sangat ia tunggu kedatangannya. Mungkin dia datang terlalu awal? Atau mungkin temannya sedikit mengulur waktu untuk sekedar mengumpulkan niat pergi ke luar rumah.

Teh yang ada di meja sudah ditenggak satu teguk oleh (Name), usahanya menghilangkan rasa bosan hasil menunggu temannya yang masih kunjung tak datang.

"Ya ampun, kenapa Navia masih belum datang juga ya.." (Name) bergumam pada dirinya.

Pasalnya, dari sekian banyak orang yang sedang menikmati suasana di Cafe, (Name) merupakan satu-satunya orang yang duduk seorang diri di dalam sana.

Krincing

Bunyi bel dari pintu Cafe membuat pandangan (Name) beralih menatap ke sumber suara, berharap bahwa suara pintu yang terbuka itu ditimbulkan oleh teman yang sedang dinantinya.

Dan ternyata harapannya terwujud oleh pemandangan surai blonde di ambang pintu yang pakaiannya terlihat sangat menonjol dibanding orang-orang di Cafe.

Navia──segera berjalan menuju meja yang orangnya terlihat tak asing baginya.

"(Name), maaf membuatmu menunggu! Huh, lagi-lagi Silver menahanku untuk tidak bepergian sendiri." Navia menghela nafas. memberitahu alasan singkat apa yang membuatnya sampai di tempat perjanjian tak tepat waktu.

"Padahal aku berharap bisa langsung bercerita padamu tentang yang terjadi di rumah, tapi ternyata kamu sama saja, Navia." (Name) berujar dengan wajah dan nada suara yang kecewa.

Navia berjalan lebih dekat ke arah (Name), "Heh, ayolah jangan marah begitu padaku. Apa yang mau kamu ceritakan? Pasti tentang Wriothesley lagi kan."

(Name) mengalihkan pandangannya dari Navia, kemudian meletakkan kedua tangannya di depan dada. "Tak ada yang mau aku ceritakan soal kak Wio. Misalnya saat dia masuk ke kamarku tadi pagi hanya karena mengkhawatirkanku, atau kak Wio yang tak menghiraukan salam perpisahanku saat pergi tadi."

"Dia secara tak langsung sudah memberitahu apa yang terjadi.." Navia berkata dalam hatinya ketika melihat (Name) yang masih mengalihkan pandangan tapi masih tetap bercerita.

Navia tersenyum simpul di sana, melihat (Name) yang memang masih terlihat kekanakan kalau sudah menyangkut tentang kakaknya. Tak ada satu pun hari tanpa Navia yang selalu mendengar cerita tentang Wriothesley dari (Name), Navia selalu setia menampung segala cerita walau yang (Name) ceritakan tak pernah jauh berbeda alurnya.

"Oke oke, sekarang kamu bisa menceritakannya sambil menikmati pesanan kita." Navia mengelus rambut (Name) lembut, berusaha membuat hatinya luluh dan tak marah lagi.

Dan yang mendapat elusan lembut di kepala menikmati sejenak momen itu. (Name) lemah terhadap orang yang memberi perlakuan kasih sayang padanya seperti yang sedang Navia lakukan.

"Kalau begitu Navia pesan saja, untuk hari ini aku yang traktir!" (Name) berujar bangga dengan senyum yang disunggingkan.

"Wah kamu baik sekali, (Name). Kalau begitu aku terima dengan senang hati." 

"Mudah sekali untuk meluluhkan hatinya." Navia berkata lagi dalam hatinya. Kali ini sambil tersenyum.

Dan dimulailah sesi bercerita dari (Name) kepada Navia. Yang satu bercerita dengan penuh khidmat, sedangkan yang lain mendengarkan dengan seksama, sesekali memberi komentar pada hal yang diceritakan.

Sambil menikmati teh juga kue yang mereka pesan, keduanya begitu larut dalam suasana di Cafe sambil berbagi cerita dan tawa.

Andai, seandainya, Wriothesley bisa (Name) ajak untuk menikmati hal seperti ini, dia akan menangis haru karena bahagia.

Tapi untuk saat ini sepertinya cukup. Karena bersama dengan temannya──Navia, euforia juga turut menyertai hatinya di sana.



𝐀𝐓𝐓𝐄𝐍𝐓𝐢𝐎𝐍 ー⌗WriothesleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang