Bagian lima

260 34 7
                                    

Sorry for typo(s)

Maaf ya lama gak update

”Kak Minhyung!”

Serunya disertai candaan kecil ketika melihat Minhyung sedang berkonsentrasi penuh memandang satu titik lingkaran di ujung pohon. Dewa itu sangat tampan, jika dilihat dari samping poros wajah terpahat sempurna. Tidak diragukan lagi memang putra Ares. Ia kembali memanggil lalu menggerakkan tangan kecilnya berniat mengganggu, agar mendapatkan perhatian sepenuhnya namun semua seakan percuma buktinya ia masih saja menatap ke depan.

”Menyebalkan!”

Donghyuck paham betul hampir beberapa hari ini Dewa itu selalu memberikan perhatian lebih kepada benda berbentuk lingkaran itu mengabaikan Donghyuck entah apapun yang dilakukannya yang mana langsung membuat Demigod itu menggerutu tanpa ampun. Tentu saja tidak di gubris Minhyung sepenuhnya.

”Baiklah jika kakak tidak mau menjawabku, aku akan pergi bermain bersama dengan para nimfa saja!”

Suara nyaring Donghyuck masuk kedalam gendang telinga tanpa permisi, entah kenapa Minhyung tidak menyukai ketika ia berniat bermain-main dengan beberapa Nimfa di pinggir sungai.  Beberapa hari lalu ia melihat Donghyuck terlalu bersemangat sehingga melupakan makan malam, ia sempat bertanya dan remaja itu sudah makan bersama para nimfa.

Minhyung tidak menyukainya, ia sudah berlarut-larut menunggu Donghyuck untuk makan bersama namun apa yang ia lakukan seakan percuma saja, hasilnya selera makan miliknya hilang secepat mungkin.

”Duduk dengan tenang disitu jangan coba-coba pergi ke sungai-”

”Malas! Lagian disini juga tidak punya teman lebih baik bertemu Sungchan!” Jelasnya lagi.

Sungchan adalah salah satu penjaga perbatasan. Dewa itu selalu berdiam diri menemani Donghyuck jika memasuki wilayah sungai yang terlalu dekat dengan ibu kota namun ia terlewat baik tidak pernah mengusir Donghyuck malah selalu mengajak bercengkrama dengan riang. Seperti mendapatkan jenis bunga baru perasaan itulah yang kerap sekali Donghyuck rasakan bila bertemu dengan teman-teman baru. Ia tersenyum-senyum mengingat candaannya bersama Sungchan yang kerap sekali menghibur.

”Kenapa kamu ingin bertemu dengannya sedangkan aku jelas-jelas menemanimu dari tadi?!”

Oh Donghyuck lupa jika Minhyung selalu memiliki pemikiran sendiri membuat asumsi yang jelas-jelas hanyalah bualan belaka dalam artian jauh dari kenyataan. Jika di lihat secara saksama justru Donghyuck yang menemaninya bukan malah sebaliknya.

”Lihatlah aku yang menemani kakak dari tadi mana mengabaikan lagi? Bukankah menyebalkan!?” cemberut ia menggembungkan pipi menirukan beberapa ikan di sungai. ”Sudahlah.” Donghyuck memalingkan wajah.

Minhyung menghela nafas panjang lalu menaruh alat panahan miliknya. ”Kamu sedang merajuk?” Ia menatap kepala bundar berwarna coklat cerah berbalut hiasan daun kering berwarna coklat keemasan. Entah kenapa terasa kontras sekali dengan wajah Donghyuck. ”Aku tidak datang jauh-jauh hanya untuk melihatmu merajuk seperti ini. Baik jika itu maumu.”

Donghyuck melihat Minhyung hampir pergi ia berlari mendekat memeluknya dari belakang lalu mendusalkan kepalanya. ”Maaf ya kak.” ia benar-benar ketakutan jika tiba-tiba orang itu pergi tanpa pamit seperti dulu.

Yang lebih tinggi tersenyum kecil namun sebisa mungkin mengurungkan muka agar Donghyuck tidak melihatnya bisa besar kepala nanti jika ia melihatnya. Sungguh Minhyung tidak memiliki niat untuk membuat hubungan apapun berhadap Demigod ini.

”Kamu tersenyum?” ia memiringkan kepala melihat Minhyung dari samping, senyuman tipis masih terpasang apik. Entah kenapa hati Donghyuck berdetak keras, perutnya terasa penuh kupu-kupu. Ia paham perasaan ini, hal yang jarang sekali didapatkan sejak bertahun-tahun jauh dari Minhyung.

Perasaan bahagia.

Matanya semakin lembab, tanpa permisi beberapa tetes air turun. Minhyung menyadarinya baru saja ia ingin menoleh pelukan hangat Donghyuck membuatnya berhenti. Demigod itu semakin mengeratkan pelukannya.

Ia sadar, Donghyuck sedang menangis dan ia adalah sumber masalahnya.

”Donghyuck maafkan- ”

”Jangan bicara.” seakan tahu apa yang akan ia katakan sebisa mungkin menghentikan. Sungguh untuk sekarang ia lebih baik tidak mendengar apapun berpura-pura tuli untuk sekedar mendengar. Takut bila tidak sesuai pemikiran miliknya. “Aku tahu kak Minhyung hanya akan melakukan perintah, tidak ada unsur menyakitiku, begitukan?”

Menjawab itu sangat sulit bagi Minhyung jujur saja ia tidak mau memahami perasaannya sendiri, hampir beberapa tahun bersama Donghyuck membuatnya merasa kelelahan namun ada beberapa perasaan yang selalu ia tolak. Ia menghela nafas panjang mendorong Donghyuck agar tidak memeluknya lalu ia bergegas pergi tanpa suara.

© Lilbuna

Minhyung tahu ini, namun ia berusaha menolak. Tubuhnya semakin berat hampir sekitar lima jam terduduk di atas pohon, hari kian menggelap tapi ia sama sekali tidak memiliki niat untuk kembali ke rumah. Merasa semakin frustasi ia berteriak membuat burung-burung berterbangan meninggalkan hutan. “Sial semakin memikirkannya semakin pusing! Apakah lebih baik aku pulang ke kota saja.” Mulutnya tidak henti menggerutu ia selalu saja mengatakan hal-hal random. Mungkin saja Minhyung sudah memasuki masa kegilaannya.

“Kakak!”

Mendengar suara lantang Donghyuck buru-buru ia melirik ke bawah turun dengan cepat. Kenapa Demigod ini dengan berani masuk ke kawasan hutan di waktu yang kian malam? apalagi terdapat mahluk-mahluk kegelapan seperti cerberus dan beberapa nimfa pemburu. Ini sangat berbahaya bagaimana jika terluka, sungguh apa yang sebenarnya dipikirkannya.

Minhyung mencengkram kedua bahu rapuh di depannya. “Donghyuck, Donghyuck apa yang kamu pikirkan! Kenapa malam-malam menelusup masuk ke area hutan disini sangat berbahaya apakah kamu tidak mengerti dengan jelas? Bagaimana jika terjadi hal buruk padamu! Kamu bukan anak kecil lagi, seharusnya sudah mampu berpikir.”

Oh sial! Minhyung benci mengakui ini namun di pikirannya hanya dipenuhi kekhawatirannya terhadap Donghyuck, sungguh demi apapun kepalanya hampir meledak jika benar seperti itu. Rasa takutnya membuat amarah miliknya meledak, ia sama sekali tidak sadar jika tubuh Demigod di depannya bergetar seiring dengan gertakan Minhyung.

”Kakak maafkan Donghyuck jangan marah lagi,”

Tangannya bergetar menyentuh pipi Minhyung. Dewa itu terdiam menatap wajah memerah miliki Donghyuck, reflek ia memajukan wajah menciumi bibir Donghyuck. Rasanya sangat lembut ketika ia menjilat benda kenyal itu, sedangkan remaja di depannya hanya diam namun terlihat menikmati saat dengan berani Minhyung mengubahnya menjadi ciuman sedikit kasar disertai balutan lidah. Ia tidak mengerti tapi rasanya ia sudah tahu perasaan apa ini, cepat atau lambat ingin sekali mengatakan secara jujur tapi sangat sulit untuk sekarang.

Hal yang bisa ia lakukan hanya sebatas mencium bibir melumatnya sampai membengkak sampai keduanya lemas, bersandar di dekat pohon

Malam ini bulan purnama sudah menjadi saksi jika Minhyung jatuh cinta pada Donghyuck.


[TBC]

Halooow lama kali ya, masih ada yang nunggu

© Lilbuna

OlympusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang