Bagian empat

230 42 8
                                    

Maaf banget kalau aneh ngetiknya setengah ngantuk...

Sorry for typo (s)

Menunggu memang sulit, butuh ketetapan hati dan kekuatan percaya. Bukan lagi perihal satu minggu seperti yang dijanjikan, ini sudah kelewat buruk hampir enam tahun Minhyung tidak kunjung datang lagi ke perbatasan. Jelas-jelas seperti kebohongan belaka. Donghyuck sudah bertambah umur yang tadinya hanya bocah sekarang menjadi remaja. Demigod manis itu selalu duduk berdiam diri di depan teras sesekali mendekati gerbang perbatasan meskipun kerap sekali di usir oleh para penjaga. Harapannya masih sama menunggu seseorang yang entah kapan kembali atau tidak. 

“Jangan mendekati gerbang perbatasan lagi,” Baru saja ingin berdiri, Donghyuck lebih dulu menghentikan tindakannya menatap ibunya dengan muka masam. Sepertinya Dewi itu sudah hafal dengan tingkah laku putra satu-satunya. Kenakalan anaknya selalu bertambah setiap tahunya. “Mama berbicara karena luka lebam milikmu belum sembuh, lagian kenapa kamu berusaha melewati gerbang, terkena pukul bukan?” 

Beberapa hari lalu Donghyuck pulang di penuhi luka lebam di area kaki awalnya tidak mau mengaku tapi ketika di paksa berbicara jujur akhirnya remaja itu mengatakan kejadian sebenarnya bila dirinya berusaha menerobos masuk kedalam ibukota lalu para pengawal memukulnya. Demigod itu makin memasang muka masam. Entah kenapa pikiran hanya tertuju pada Minhyung, sehingga luka-luka itu sama sekali tidak terasa sakit rindunya pada Dewa itu melebihi apapun. 

“Hanya ingin melihat sebentar, siapa tau kak Minhyung datang?” 

Entah harus bagaimana lagi di jelasakan bahwa harapan putranya sudah hangus. Minhyung tidak akan pernah kembali itu yang Aphrodite yakini. Hampir enam tahun ia mendengarkan beberapa berita berharap mendapatkan kabar tentang Minhyung meskipun secuil, itu sudah bisa mengobati rasa sesak milik putranya tapi seolah disimpan rapat-rapat ia sulit mendapatkan apapun.  “Ya, hanya sebentar pulanglah sebelum gelap mengerti? Ini musim dingin kamu bisa sakit dan ingat jangan melakukan apapun yang bisa menyakiti dirimu sendiri.” Untuk sekarang lebih baik ia membiarkan keinginan anaknya sebab keyakinan milik Donghyuck lebih besar daripada miliknya suatu saat nanti Demigod itu akan lebih mengerti.

© Lilbuna

“Kenapa kamu datang lagi kesini?” Dua pengawal menghadang Donghyuck, remaja itu menatap gerbang menemukan banyak sekali orang berlalu lalang melakukan beberapa pekerjaan di ibu kota. Mereka menatap jengah hampir enam tahun selalu mendapati Demigod ini duduk di depan gerbang memandangi setiap orang, seperti menunggu seseorang datang menjemput. “Aku mulai malas menganggapi!” Rasanya jengkel sekali saat di pukul pun tidak kunjung pergi, memang benar ternyata demigod sangat menjijikan pantas saja mereka hanya diperbolehkan hidup sampai umur tujuh belas tahun lagian sebenarnya apa yang ia lakukan.

Tidak menanggapi remaja itu malah duduk bersandar di tembok, merasa makin kesal salah satu pengawal mulai memukul lagi, menghiraukan rintihan kesakitan milik Donghyuck. Kulit mulai berdarah akibat benda tumpul itu sedikit tajam, ia merasa hampir pingsan sebelum menutup mata suara familiar memasuki gendang telinga, ia mendongak tersenyum lebar. 

“Kak Minhyung?!” 

“Jangan memukulnya, dia bersamaku.” Tatapan tajam milik Minhyung membuat kedua pengawal itu menunduk melangkah mundur. Siapa yang tidak mengenal Minhyung putra dari dua belas dewa istimewa, apalagi sekarang termasuk salah satu panglima perang terbaik daripada mencari masalah mereka lebih memilih meminta maaf. “Kamu bisa bangun, Donghyuck?” 

Ia bangun rasa sakitnya menghilang sekejap, tanpa basa-basi Donghyuck memeluk Minhyung erat menyalurkan rasa bahagia bercampur haru, ia tidak pernah menyangka jika hari ini akan datang lebih cepat dimana bisa memeluk Minhyung seerat ini. “Kenapa kakak pergi terlalu lama, Donghyuck sangat rindu sampai setiap hari berdiri di depan gerbang menunggumu.” Air mata menetes membuat basah baju, padahal ia sudah berjanji tidak akan menangis jika betemu Minhyung. 

“Ada urusan, aku harus tinggal disana beberapa tahun tanpa bisa keluar dari perbatasan.” Sejujurnya yang dikatakan Minhyung tidak sepenuhnya benar sebab ia sengaja menjaga jarak dari Donghyuck, perasaanya sangat aneh takut bila mengganggu tugasnya. Setiap hari ia juga datang ke perbatasan menatap Demigod kecil terduduk di pinggir gerbang.Keduanya sama-sama memperhatikan. 

“Tidak papa aku sangat senang kakak sudah kembali bersamaku, ayo kita pulang?”  Dengan perasaan senang ia menggandeng Minhyung masuk kedalam hutan menuju rumah. “Kakak tahu, kamu semakin tinggi?dan tampan.” Pipinya merona merah mendapati perubahan Minhyung yang teramat bagus. Dewa ini sangat tampan dengan tubuh tinggi, Donghyuck saja hanya sebatas bahunya. “Bagaimana denganku, apakah lebih tinggi?” 

Minhyung menatap singkat, dari terakhir yang ia lihat Demigod ini sudah sedikit berubah wajahnya bisa dikatakan cantik, lebih cantik dari beberapa Dewi yang Minhyung temui di ibukota, bisa dipastikan gen Aphrodite mengalir deras ke dalam tubuh Donghyuck alih-alih tampan ia malah terlihat menyerupai perempuan, kulitnya  halus tidak lupa matanya berbinar sayu dan bibirnya merona merah. 

”Biasa saja masih sama seperti dulu.”  yang mana langsung mendapatkan respon masam. ”Donghyuck apa saja yang kamu lakukan sejak aku pergi?” 

”Eum-” menghentikan langkah lalu menatap sekitar merasa sudah aman ia membawa Minhyung memasuki gubuk kecil di dalam hutan tentu saja membuat heran yang satunya. ”Itu tempat rahasiaku.” menunjuk gubuk kecil dikelilingi pohon apel.

Ia sangat bersemangat membawa Minhyung masuk memperlihatkan seperti bebatuan bersinar, bunga-bunga segar maupun kering dan gelang buatannya sendiri. Selama enam tahun jauh, ia sama sekali tidak memiliki teman hasilnya bermain sendirian di gubuk merangkai berbagai macam hiasan. Ia mengambil satu gelang berwarna merah terbuat dari batu sungai, di Olympus ada berbagai macam batu tergantung musimnya batu-batu itu bisa berubah warna ketika dikeluarkan dari air begitupun sebaliknya. 

”Aku membuat ini khusus untukmu." Memakaikan ke arah tangan Minhyung. ”Tidak cantik aku harap kamu menyukainya.”  diselingi kecupan kecil di pipi.

Minhyung tentu saja terkejut mendapatkan serangan tiba-tiba dari Donghyuck, dari pada menolak ia merapatkan diri memberikan kecupan singkat di bibir. ”Terimakasih.” 

Tanpa Minhyung mulai menyadari  ia seperti Donghyuck, merasa bahagia saat dipertemukan kembali namun ada sisi di mana ia harus menolak semua perasaan itu atau jika tidak ia akan kesulitan di masa depan. 

Makannya ia memilih mengasingkan diri di ibukota menghindari Donghyuck, semoga apapun berjalan dengan baik.

Donghyuck memiringkan kepala melihat Minhyung sedang memikirkan entah apapun itu tapi dari raut wajahnya terlihat pusing tentang suatu perkara. Ia mulai mengambil tangan Minhyung menggenggam mengelusnya, tersenyum cerah mirip sinar matahari terbit pertama kali terasa hangat dan menenangkan.

”Apapapun yang akan kak Minhyung lakukan terhadapku di masa depan, aku sama sekali tidak masalah untuk sekarang pikirkan hari ini saja ya? Tetap bersama Donghyuck sampai waktu itu tiba.”

Hati Minhyung mencair seketika.


[TBC] 

Gimana chapter ini? Aneh gak siee

© Lilbuna

OlympusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang