Mesin pencuci pakaian.

48 4 0
                                    

28-6-2008

Usai peristiwa kemarin, hari ini aku turun dari tangga. Bersiap untuk sarapan pagi.

Corazon sudah memasak makanan di bawah, aroma nya lezat.

Kemarin sore, setelah mendapat kabar aku bisa memulai sekolah ku. Aku diajak pergi keluar oleh Corazon, hanya untuk membeli peralatan sekolah dan ransel. Peraturan cara berpakaian sekolah bebas untuk Sekolah Dasar asal sopan.

Aku duduk di kursi makan, melihat punggung Corazon yang sepertinya ia sedang fokus menyajikan makanan nya. Aku melirik jam, masih pukul 7:15 AM. Pagi ini jika Corazon tak aku bangun kan dengan paksa, bisa saja kesiangan lagi.

"Ohhh~~~ awali pagi lu ama sarapan nasi isi Dada ayam, Law! Ini pasti mengenyangkan dan bisa ngebuat lo semangat di hari pertama."

Corazon menyajikannya di hadapan ku. Ia tersenyum sekilas setelah menaburkan sedikit bawang goreng.

"Ya" Jawabku seadanya.

"Ga usah dijawab, lu ngebuat telinga gua kena sawan aja." Corazon memberikan tatapan malas nya kepadaku.

Loh? Apa salah ku?. Aku hanya mengatakan 'ya' agar pembicaraan antara kita cepat selesai. Hemat waktu, hemat tenaga.

Corazon melepas sarung tangannya dan ikut duduk di hadapan ku.

Kita memulai aktivitas sarapan kita, tidak dengan ketenangan.

"Lu gugup kaga Law buat hari ini?" Corazon angkat bicara.

Aku hanya menggeleng, sulit untuk berbicara jika sedang menguyah makanan.

"Jangan sampai barang lu ada ketinggalan" Corazon menasehati ku, padahal dia sendiri yang ceroboh.

Aku mengangguk setuju.

Beberapa menit berlalu, terdengar dering ponsel Corazon berbunyi.

Ia segera melihat nama kontak dan mengangkat teleponnya.

"Halo permisi, iya pak?"

-

"Oh begitu, baik. Siap pak, nanti jam satu tepat saya ambil untuk lihat-lihat."

Corazon memutuskan jaringan teleponnya dan menaruh kembali benda berbentuk persegi panjang tersebut.

"Gua belum bilang ke lu, hari ini mesin cuci nya udah rusak, lagi. Dari sebulan yang lalu udah macet macet begitu." Corazon menghela nafasnya.

"Tadi ya, masa pas gua lagi enak enak masukin baju malah mati. Emang gajelas banget cok." Corazon mengumpat, aku tak menanggapinya.

"Nanti pulang kerja gua niatan mau ke toko elektronik" Lanjut Corazon di kalimat berikutnya.

Corazon menompa tangan kanannya di dagu seraya berpikir.

"Nanti sore lu mau ikut kagak Law? Gua maksa sih. Ini pernyataan ya, gua ga nanya dan ga butuh jawaban." Corazon tersenyum padaku.

Aku hanya mengiyakannya.

Corazon mengreyitkan dahinya. "Law batu anjir ga ngomong daritadi, tai lo." Corazon beranjak dari kursinya menuju lantai atas.

Apa salahnya? Aku hanya menyetujui pernyataan yang ia buat. Ia bilang aku tidak perlu menjawab. Aneh. .

Tak selang berapa lama, acara sarapan ku sudah selesai.

Saat itu juga Corazon turun dengan pakaian yang berbeda di tubuhnya. Sambil membawa tas di tangan kanannya. Aku berpikir jika pakaian yang di kenakan Corazon bukan pakaian yang rapi. Melainkan seperti preman kelas atas.

(¡)Legal. CoraLawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang