3. Bertemu Jihan [revisi]

2.1K 165 79
                                    

Melihat itu, Ruto kembali menyapa bibir Ajun yang sudah sedikit basah akibat lumatan tadi. Perlahan ia dorong Ajun agar bersandar pada bantal yang entah sejak kapan Ruto letakkan di belakang punggung temannya.

satu tangan ia gunakan untuk menahan tengkuk Ajun sedangkan yang lain tampak saling menggenggam.

Lidah keduanya saling membelit, deru nafas tak beraturan menjadi bukti betapa panasnya adegan yang sedang mereka lakukan. Ajun tak mampu mengingat apa-apa, niatnya ingin membuat sang pacar bangga justru kini sedang menikmati perannya.

Ajun sedikit tersentak saat Ruto mengulum lidahnya, jadi begini posisi Gaby waktu itu? Pantas saja sampai tidak bisa move on, Ruto benar-benar menguasai ilmu cipokan. Yang awalnya ingin mengambil ilmunya malah keasikan di cium oleh temannya, sekaligus senpai yang dirinya pilih.

Ajun tersengal, merasa nafasnya sudah hampir habis. Pelan, ia tepuk dada Ruto yang berada di atasnya. Ruto yang paham lalu menarik dirinya sedikit menjauh, keduanya saling tatap, sembari menarik nafas panjang setelah praktek ilegal itu selesai.

Cukup lama Ruto memandangi wajah Ajun yang memerah, senyum tipis terlihat diantara sudut bibirnya saat sadar kalau temannya itu masih berada dibawahnya.

"Kenapa?", aneh karena Ruto melihatnya begitu.

"Lucu aja ngeliat lo pasrah gini, dibawah gue lagi. Seksi"

Untuk sekian kalinya jantung Ajun dibuat merosot karena mulut biawak rawa satu ini.

"Najis banget dah mulut lo", Ajun mendorong dada Ruto agar segera bangkit dengan lututnya, lama-lama diposisi seperti ini membuat Ajun salah tingkah.

"Najis tapi lo doyan"

Ruto terbahak melihat wajah Ajun yang sudah seperti udang rebus, ini sisi lain yang belum pernah Ruto lihat dalam diri Ajun.

Ajun beringsut menggeser tubuhnya mendekat ke dipan, lalu mengambil kotak tissue yang ditaruh disana. "Nih lap dulu, basah"

Ruto menerima tissue itu santai, tak sengaja mata Ajun melirik area bawah milik Ruto dan begitu ia menyadari ada sesuatu yang berbeda disana, dirinya langsung membuang muka sambil berbalik badan.

"Kenapa lo?"

Ruto bingung begitu Ajun langsung membelakanginya, ia menoleh ke arah pintu, takut ada orang yang membuka kamarnya. Tapi ia baru ingat, kalau sebelumnya sudah mengunci rapat.

"Sama gue, lo bisa bangun?", Ajun memastikan dengan suara pelan, namun masih bisa didengar jelas oleh Ruto.

Dahi Ruto mengerut, namun tak lama ia menyadari maksud dari pertanyaan Ajun. Begitu ia melihat ke bawah, Ruto baru sadar kalau kegiatan tadi tak sengaja membangunkan dirinya yang lain.

Sontak Ruto loncat dari kasur dan berdiri memunggungi Ajun yang belum bergerak dari posisi awal, suasana di kamar mendadak gerah

"Lo pulang aja, gue mau mandi dulu", ucapnya lalu segera mengambil langkah seribu menuju kamar mandinya.

Ajun melihat itu jadi ikut salah tingkah, tapi kenapa hanya Ruto saja yang bangun? Padahal dalam hati dirinya mengaku kalau ia menikmati ciuman tadi.

Daripada membuat Ruto semakin tidak nyaman, akhirnya Ajun bangkit dan meraih tasnya untuk memilih pulang.

"Gue balik", Ajun pamit dengan suara sedikit keras, takut Ruto tidak mendengar.

"Hati-hati lo"

Setelah Ruto menjawab, Ajun membuka kunci kamar dan keluar dari sana.

Selama berjalan kaki, Ajun sesekali menyentuh bibirnya yang masih terasa lembab. Macam-macam pikiran tengah berkecamuk di kepalanya. Bahkan beberapa kali ia sempat menggeleng kuat, saat potongan adegan tadi muncul. Wajahnya memanas, ia menoleh ke sekeliling takut ada yang memperhatikan dirinya.

I'm Straight, But First Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang