ꨄ︎ꨄ︎ꨄ︎
Lama Freya memandangi lemari esnya yang semakin lama semakin kosong karena bahan makanan yang sudah digunakan, namun tak pernah ia isi kembali. Bukannya tidak mau tapi Freya harus mengirit uangnya yang semakin tipis. Tidak tau sampai kapan dirinya akan bertahan hingga duitnya habis, dan setelah itu apa yang harus ia lakukan? Ia pun tidak tau.
Dengan bodohnya Freya pergi ke kamar Farel dan menggeledah kamar itu mulai dari laci hingga lemari pakaian kakaknya. Berharap mungkin ada sedikit keajaiban yang akan ia dapatkan. Dalam hatinya terus mengucapkan maaf berulang kali karena sebenarnya Freya sendiri tidak pernah sampai menggeledah kamar Farel, ia hanya sering masuk ke kamar itu namun tidak sampai seperti ini.
"Kakak maafin Freya ya." Mulutnya terus berbicara namun matanya fokus mengecek barang-barang Farel.
"Aku terpaksa lakuin ini karna aku lagi dalam keadaan darurat kak. Tolong bantu Freya ya kak, aku tau Kak Farel sayang banget sama aku. Makanya kirimin aku duit dong kak biar aku gak kesusahan disini." Matanya berkaca-kaca sangat memohon.
Gadis itu membuka sebuah laci yang tersembunyi di lemari pakaian. Saat membukanya Freya menemukan beberapa barang-barang berukuran kecil milik mendiang kakaknya. Ada satu dompet mini berwarna coklat tua disana, rasa penasaran membuatnya membuka dompet mini tersebut. Mata Freya membulat sempurna hingga membuat bibirnya tersenyum sumringah seperti sedang menemukan harta karun. Ya karena memang ia menemukan sebuah harta karun.
"AAA KAK FAREL MAKASI BANYAK!" Teriaknya bersemangat sebab menemukan dua lembar uang berwarna merah dan biru.
"Kak Farel beneran dengerin do'a aku ya kak? Aku sayang banget sama kakak. Aku kangen Kak Farel, tapi sekali lagi makasi ya kak udah selamatin hidup aku yang hampir krisis duit ini." Ia segera merapikan barang-barang yang tadi ia kacaukan kemudian keluar dari kamar tersebut.
"Semoga duit ini bisa bertahan dan bermanfaat buat gue. Gue gak mau sia-sia in kebaikan Kak Farel."
Freya sangat yakin bahwa dirinya bisa mengirit uang tersebut dengan baik. Tak sadar bahwa saat ini gadis itu telah berada di kantin kampusnya dengan dihadapannya terdapat sate ayam, sup, nasi, dan segelas es jeruk. Perutnya sudah berbunyi sejak pagi tadi, bisanya Freya sudah sarapan pagi dirumah tapi karena dirumahnya krisis makanan juga. Alhasil baru sekarang ia membayar kelaparan perutnya. Anggap saja ini sedekah ke diri sendiri karena menahan lapar. Begitu kata Freya.
"Ternyata lo disini Fey. Gue cariin lo kemana-mana, hp lo juga gak aktif." Tiba-tiba Hilda duduk dihadapan Freya yang tengah asik menikmati makanannya.
"Eh iya sorry, Da. Gue belum sarapan di rumah soalnya, terus soal hp gue yang gak aktif itu karena kuota gue abis dan gue gak ada duit buat belinya hehe." Tangannya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Hilda menggelengkan kepalanya melihat perubahan drastis Freya yang dulu dengan sekarang. Bisa dibilang dulu Freya hampir tidak pernah kekurangan apapun apalagi hanya untuk membeli kuota. Nah sekarang? Semenjak Farel tiada, gadis itu seperti anak terlantar yang bahkan untuk makan pun tidak ada uang. Hilda sangat prihatin dengan sahabatnya ini, tapi dirinya juga tidak bisa membantunya banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupid [On Going]
Teen FictionMalik mendapatkan wasiat dari mendiang sahabatnya, Farel. Yaitu untuk menjaga Freya, adik Farel sebelum pria itu meninggal. Malik menyanggupinya, namun Freya adalah gadis yang super keras kepala dan susah diatur. Ia harus extra sabar menangani Freya...