BAGIAN 1

36 7 2
                                    

Hening

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hening. Satu kata untuk sekolah saat ini. Semua murid tengah fokus dengan lembar soal dan jawaban yang diberikan oleh guru pengawas pada mereka. Aku duduk di bagian tengah kelas, tepatnya di bangku barisan ketiga dekat jendela. Anna jauh di bagian depan, barisan pertama dan langsung berhadapan dengan guru pengawas ujian di kelas kami.

Ini sudah masuk hari terakhir kami semua ujian untuk kenaikan kelas. Ujian terakhir adalah pembelajaran kesukaanku yaitu sejarah. Soal ujiannya juga tak terlalu banyak hanya 20 esai tanpa pilihan ganda. Semua soal telah dijelaskan saat materi pembelajaran sebelumnya. Ini ujian kenaikan kelas jadi aku harus benar-benar fokus agar nilaiku tidak anjlok dan dimarahi Mama.

Semuanya tampak fokus, hanya ada suara derap langkah guru pengawas yang mengelilingi kelas, hembusan nafas pada siswa, kertas yang di balik dan saat pencil dituliskan ke atas kertas. Tak sda yang berani bicara hal-hal yang tak perlu sekarang ini.

"Tinggal lima belas menit lagi." Guru pengawas berseru dari depan kelas.

Aku masih tersisa tiga soal lagi yang belum di jawab. Jika memerhatikan punggung Anna sepertinya dia sedang mengerjakan soal dengan terburu-buru, bukan hanya dia kebanyakan murid di kelas saat ini juga begitu kecuali Aiden. Anak itu sudah tertidur pulas di atas meja dengan lembar jawaban yang sudah dipenuhi jawaban yang ntah itu benar atau tidak. Guru pengawas tak menegurnya karena lebih baik jika dia diam tertidur seperti itu dibandingkan membuat onar karena di suruh tetap terbangun.

Akhirnya waktu berlalu bel tanda waktu ujian telah berakhir. Hal yang menandakan kalau kami telah menyelesaikan ujian kenaikan kelas hari ini. Aku menyerahkan kertas soal dan lembar jawaban ke atas meja guru. Kemudian keluar dari kelas sambil menunggu Anna yang terlihat masih sempat menulis jawaban soal yang belum selesai. Bukan Anna yang keluar namun Aiden.

"Hai Ive." Sapanya dengan senyum sumringah.

Aku mengembuskan napas panjang, "hai Aiden." Balasku singkat.

Aku, Anna dan Aiden mendadak menjadi dekat setelah kejadian dimana kami terlempar ke sebuah portal antar dimensi yang menbawa kami mendatangi rumah Vero dan Aurora, Kota Katya, dimensi Ruby. Kami bertiga terdampar di dunia asing yang terlihat terbalik dengan dunia yang kami tinggali. Selain Vero, Aurora dan Mia kami juga bertemu dengan Feer sang penjaga kunci permata.

Disanalah semuanya dimulai, petualangan kami bertiga melawan sosok jahat bernama Lozen yang hendak melepaskan Sang Kaisar Agung dari segelnya. Feer adalah salah satu oenjaga kunci segel tersebut. Namun buka Feer yang diinginkan Lozen tapi diriku yang memiliki Portal Permata. Pertarungan diantara kami terjadi dan portal tersebut jatuh ke tangan Lozen. Kami semua kabur dengan bantuan Meraz yang menahan Lozen agar tidak mengejar kami semua. Kabur ke pinggir Kota Katya Vila milik Feer, selama disana kami menyusun rencana agar bisa mengalahkan Lozen dan membuatnya tak berhasil membuka Portal Permata itu.

Rencana kami adalah menyelamatkan semua orang yang akan membantu melawan Lozen di tengah maraknya pengikut Lozen di dimensi atau Klan Ruby. Kami kembali ke istana Ruby demi menyelamatkan Meraz namun malah kami yang tertangkap basah karena Meraz adalah kaki tangan Lozen. Pertarungan pecah lagi diantara kami semua, Lozen berhasil menyandera Anna dan Vero memaksaku agar membuka Portal Permata untuknya. Disaat terdesak sebuab bantuan datang, Kak Julia. Dialah yang memberikan novel kosong yang ternyata adalah Portal Permata tersebut. Ntah bagaimana ia bisa kenal dengan Lozen tapi yang jelas mereka terlihat memiliki hubungan di masa lalu.

PERIDOT [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang