Langkah kaki kecilnya ia bawa menyusuri jalanan setapak menuju tujuannya. Sesekali melompati genangan air sisa hujan semalam, membuatnya menerbitkan senyum indah dan tawa merdu sehingga orang sekitar terpesona oleh Kara. Dengan riang ia jalani hari-harinya yang monoton tapi ia tidak pernah mengeluh karena ia tau Tuhan suka orang yang bersyukur dan sabar. Jadi ia akan menjadi anak baik agar Tuhan menyukainya, sungguh polos sekali anak ini.
Kita panggil dia Kara, jangan sampai salah sebut atau nanti dia akan merajuk dan menunjukkan wajah menggemaskannya. Jika di tanya berapa usianya, Kara akan menjawab dengan lantang bahwa umurnya sekarang sedang jalan Empat belas tahun.
Kalau kalian bertanya apakah Kara bersekolah, jawabannya adalah tidak, dulu pernah tapi sekarang tidak lagi, kenapa? karena ia takut pada teman-temannya. Saat di sekolah ia selalu diejek tidak memiliki orang tua, selalu disuruh ini itu, guru-guru pun tidak ada yang membelanya, memang mereka tidak bermain fisik tapi perkataan mereka sangat menyakiti hatinya.
Makanya Kara putus sekolah, ia tidak mau sakit hati lagi
Tak terasa Kara sudah sampai di tujuannya yaitu trotoar jalan raya yang ramai akan kendaraan berlalu lalang. Ia duduk di atas alas karpet yang terbentang dan mulai menyusun roti-roti dagangannya.
Dengan wajah imut menggemaskan, Kara berhasil menarik beberapa perhatian pejalan kaki sekitar untuk membeli rotinya. Pipi chubby nya sampai memerah karena cubitan gemas para pembelinya. Tapi tidak papa katanya yang penting dapat uang hehe.
"Hi adik manis, tolong bungkuskan kakak lima ya." ujar seorang pemuda berusia sekitar dua puluh tahun.
Dengan sigap Kara membungkus dan menghitung jumlahnya.
"Lima loti, jadi semua halganya mmm sepuluh libu kakak cantik! Hehe." ucap Kara riang setelah berpikir sambil menaikkan jari-jari kecilnya.
Pemuda tadi cukup terhibur karena tingkah kara, suara tawa halus dan lembut keluar dari bibir kecil pemuda itu.
Kara yang mendengarnya terpesona dan takjub juga ikut tertawa bersama. Astaga jika kalian melihatnya secara langsung mungkin kalian akan mengambil karung dan membawa mereka pulang dam mengurungnya untuk diri sendiri.
"Siapa nama mu adik manis?" Tanya pemuda tadi setelah meredakan tawanya.
"Nama Kala adalah Askala kakak cantik!" Jawab Kara dengan semangat, ia senang jika ditanya soalnya dia jarang berinteraksi dengan seseorang di rumahnya, dia hanya tinggal sendiri sekarang.
"Kara adalah Askara, benar?" Ujar pemuda tadi, ia tidak lupa saat Askara tadi mengucapkan satu dua kata dengan aksen cadel, jadi ia mencoba menyebutkan nama Kara dengan huruf R. Jika salah nanti ia akan meminta maaf.
"Hum hum! Kakak cantik benall sekalii." Kara senang sekali akhirnya ada orang yang menyebutkan namanya dengan benar di awal perkenalan. Huhu Kara terharu.
Pemuda tadi bernafas lega, untung saja benar jika tadi salah dia akan merasa bersalah pada si manis Kara.
"Nama Kara bagus sekali, Oh iya ini uang rotinya kembaliannya Kara simpan saja okey!" Ucap pemuda itu sambil menyodorkan uang kepada Kara dan diterima dengan senang hati oleh Kara.
"Wahh telimakasih banyak kakak cantikk!" jawab Kara dengan senyuman yang tak pernah luntur sedari tadi.
Pemuda tadi membalas dengan senyuman cantik nya, dan menoleh ke arah jam tangan yang bertengger di lengan kirinya, ia terkejut saking asiknya berbincang ia lupa kalau dia harus interview kerja, oh tidak jangan sampai ia kehilangan kesempatan ini!
Dengan terburu-buru ia berpamitan kepada Kara yang hendak bertanya padanya.
"Sepertinya aku harus pergi adik manis, aku ada urusan penting sekarang. Senang berbincang denganmu, Sampai jumpa lagii." ucapnya dengan berlari kecil sambil melambaikan tangan pada Kara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASKARA BERYL
RandomDia Askara, bocah cadel sebatang kara yang bekerja menjual roti di pinggir jalan raya untuk menyambung hidupnya. Orang tuanya telah tiada akibat kecelakan, hanya rumah sederhana dan sedikit tabungan yang mereka tinggalkan untuk Kara. Segala tingkah...