"HUAAAAAAA HIKS" tangis disertai isakan keluar dari bibir Kara.
Pria tadi panik mendengar tagisan bocah itu, sungguh dia merasa tidak ada yang salah dengan pertanyaannya tadi. Tapi tunggu lihat betapa menggemaskannya wajah anak yang menangis itu! Astaga tahan dirinya untuk tidak menciumi wajah itu.
"H-hei ada apa? Kau kenapa?" Tanyanya pada Kara yang masih setia menangis.
Sebenarnya dia tidak masalah dengan itu, justru ia suka dengan wajah lucu itu. Tapi masalahnya adalah pandangan orang-orang sekitar mereka yang membuatnya risih dan tak suka. Hei bocah itu miliknya! Tidak boleh ada yang melihatnya kecuali dirinya! Tunggu miliknya? Ya dia sudah mengklaim anak itu sebagai miliknya, lihat saja nanti.
"Oke oke baiklah aku minta maaf, jadi berhentilah menangis hm." ucapnya lagi membujuk Kara agar segera menghentikan tangisnya.
Asisten yang setia berada di belakangnya tuannya sepertinya memahami sesuatu.
"Maaf Tuan sepertinya anak itu cadel, dan dia menangis karena anda salah menyebutkan namanya." bisik si asisten.
Pria itu mengerti sekarang, baiklah sebenarnya dia jarang sekali seperti ini dengan orang asing, tapi untuk anak ini
pengecualian."Hei bocah, namamu Askara Beryl benar kan?" Ujar pria itu.
Kara yang mendengar namanya diucapkan dengar benar perlahan meredakan tangisnya, menghapus sisa air matanya dan mengangguk.
Lihatlah wajah imut sehabis menangis itu! Pria tadi sudah tidak tahan lagi, dengan cepat ia mengangkat dan menggendong anak itu ala koala menuju arah mobilnya yang terparkir.
Kara tentu bingung kemana ia akan dibawa? Oh tidak apa dia di culikk?!
Kara memberontak di gendongan pria itu meminta diturunkan, dia harus menyelamatkan diri! Tapi tenaga pria paruh baya itu kuat sekali dia gagal meloloskan diri.
Sampai di dalam mobil pun Kara masih memberotak, oh ayolah dia memikirkan nasib roti-rotinya! Ia takut dimarahi ibu toko roti bila tidak menyetor hasilnya hari ini.
"Lepas! Lepasss, Unclee Kala halus pulang membeli uang setolan kepada ibu tokoo," ucap Kara
"Nanti ibu toko malahh" lanjutnya.
Pria tadi cukup tercengang dengan bocah di pangkuannya ini, dia lebih takut dengan wanita yang ia sebut ibu toko daripada di culik olehnya? Wow amazing!
Telinganya sudah tak kuat mendengar rengekan itu, ia tanpa sengaja membentak bocah itu.
"DIAM!" Kara terdiam setelah mendengar bentakan dari pria yang menculiknya itu, ia menunduk menyembunyikan mata berkaca-kacanya. Kara baru pertamakali ini dibentak oleh seseorang, jantungnya berdetak lebih cepat, dia terkejut dan merasa takut pada orang yg sedang memangkunya.
Kara dengan pelan turun dari pangkuan pria itu lalu beringsut di sudut jendela mobil menghindari pria yang membentaknya itu.
" Hiks.. "
Pria dewasa itu seketika tersadar atas sikapnya yang kasar saat mendengar isakan lirih dari anak itu.
Dengan sedikit paksaan ia membawa Kara ke pangkuannya menghadap ke arahnya. Kara masih setia terisak kecil seraya menutup telinga dengan kedua tangannya.
" Hei.. sudah sudah. Jangan menangis hm." Ucap pria itu sambil menurunkan tangan kecil yang memegang telinga lalu mengusap pelan pipi yang berderai air mata.
Cute
" Saya minta maaf, saya tidak sengaja membentak mu tadi." Ucap pria itu seraya merengkuh tubuh kecil itu ke pelukannya.
Kara semakin mengeraskan tangisannya dan membalas pelukan pria matang itu.
" Hiks huhu jangan bentak-bentak. Kala tidak suka hiks uncle." Lirih Kara di sela-sela tangisannya.
" Iya iya uncle minta maaf hm." Ujar pria itu menepuk-nepuk punggung sempit milik Kara.
Tak lama tangisan Kara berhenti, lalu mendongak menatap wajah tegas rupawan pria yang memangkunya. Mata bulatnya fokus meneliti wajah pria dewasa itu. Dia seperti teringat sesuatu.
Pria itu menaikkan sebelah alisnya bingung. Apa ada sesuatu di wajahnya?
" Kenapa melihat ku seperti itu hm? " Tanya nya sambil mengusap bekas air mata di pipi putih dan hidung memerah Kara dengan tisu.
Tangan kecil milik Kara terulur menggapai rahang tegas pria yang terdiam menunggu jawaban si kecil.
Kara berkaca-kaca bersiap untuk menangis lagi.
" Uncle.. Hiks kenapa Uncle milip Papa nya Kala.." setelah mengatakan kalimatnya Kara tak kuasa menahan air matanya.
Tangisannya lirih namun mengandung segala kerinduan yang sangat dalam. Kara merasa familiar dengan wajah pria ini dan ternyata sangat mirip dengan Papa nya yang sudah tiada.
" Hikss Papa.. "
Pria itu merasa iba, dengan perlahan merengkuh bocah kecil itu kedalam pelukan hangatnya. Dia tidak tau caranya menenangkan orang yang sedang menangis. Setidaknya dengan pelukan itu dapat membantu.
Tak lama tangisan lirih Kara terganti oleh dengkuran halus. Anak itu lelah karena menangis terlalu lama dan tertidur di pelukan pria itu.
Pria tampan itu menunduk memperbaiki posisi tidur si kecil Kara. Siapa sangka bocah cerewet ini sangat terlihat kalem saat tidur. Ia tersenyum tipis, tidak ada yang menyadari itu.
" Tom, kembali ke mansion. " Titah pria itu pada asisten yang setia menunggu perintah dari sang atasan.
" Baik Tuan. "
Mobil pun melaju membelah jalanan yang sedikit ramai dengan kecepatan rata-rata.
Di belakang sana terlihat beberapa bodyguard milik pria tadi sedang membagi-bagikan roti jualan Kara kepada orang-orang sekitar.
" Kapan pihak IT selesai. " Tanya pria itu kepada Tom yang sedang mengemudi.
" Mereka berkata akan selesai sore nanti Tuan."
" Oh. Katakan pada atasan anak ini, Kara tidak akan bekerja lagi dengan nya. " Ujar pria itu seraya menepuk-nepuk pelan paha Kara yang sedikit terganggu.
" Baik Tuan. Sesuai perintah anda."
~~
Pendek ges maaf ya, lagi masa sibuk mau lebaran hehe.
Segini dlu ya, kalau ada waktu aku nulis lagi nanti
Dadahh🍑
KAMU SEDANG MEMBACA
ASKARA BERYL
RandomDia Askara, bocah cadel sebatang kara yang bekerja menjual roti di pinggir jalan raya untuk menyambung hidupnya. Orang tuanya telah tiada akibat kecelakan, hanya rumah sederhana dan sedikit tabungan yang mereka tinggalkan untuk Kara. Segala tingkah...