HENRY

6 2 1
                                    

"surnud"

"surnud"

kata-kata itu terus menggema dari dalam kamar Henrietta, benar saja, ia masih gigih berlatih untuk melawan kerajaan Powell. Tekadnya sangat kuat untuk memenangkan pertempuran kali ini. Henrietta merupakan anak yang sangat gigih terhadap satu hal. Jika ia sudah bertekad siapapun tidak akan bisa untuk menghentikan nya.

Ketika tengah sibuk belajar sihir, tiba-tiba saja pintu kamar Henrietta terbuka, dan menampakkan sosok lelaki yang tinggi, gagah dan perkasa. Henrietta langsung tersenyum melihat kehadiran sosok lelaki tersebut dan berlari kedalam pelukannya.

"Henry,,, kau kemana saja. Aku sudah lama menunggu mu" cicit Henrietta kepada sosok tersebut.

Benar, dia adalah Henry, teman kecil Henrietta yang berasal dari kerajaan Powell, kerajaan yang dipimpin oleh sang nenek Bagaspa.
Henry merupakan anak dari juru bicara kerajaan Powell. Namun ia memilih ikut dengan Henrietta dibandingkan dengan keluarganya yang bertahan dengan Bagaspa Powell. Ia dapat merasakan kekejaman dari Bagaspa Powell, karena itulah ia memutuskan untuk pergi meninggalkan kerajaan dan memilih bergabung dengan kerajan Baxter.

"Aku baru selesai melaksanakan tugasku, maaf telah membuat mu menunggu lama" ucap Henry sambil membelai rambut Henrietta.

******

Mereka berdua tengah duduk di taman kerajaan dan bercanda gurau.
Henrietta tampak senang dengan kehadiran Henry. Bagaimana tidak? Henry merupakan cinta pertama Henrietta, namun mereka masih belum menyatakan perasaan satu sama lain. Awalnya Henrietta ingin melupakan Henry karena ia yakin bahwa Henry akan tetap mendukung Bagaspa, namun pada kenyataannya Henry memilih untuk mengikuti kerajaan milik sang ayah yaitu kerajaan Baxter.

"Aku sangat senang kau telah kembali, aku selalu memikirkan tentangmu. Aku takut akan kehilangan mu, jika kau tidak kembali, aku akan gila rasanya" ujar Henrietta sambil tertidur di paha Henry

"Hey, aku tidak mungkin meninggalkan mu tuan putri" cicit Henry sambil membelai rambut Henrietta.

Henrietta terkekeh mendengar jawaban Henry. Ketika mereka tengah asik bercerita, tiba-tiba saja Peteer datang dan memanggil Henry untuk menemuinya di ruangan Peteer. Henrietta terduduk dan memperbolehkan Henry untuk menemui ayahnya. Ia berfikir mungkin ada hal penting yang harus disampaikan oleh ayahnya kepada Henry.

******

"Bagaimana situasi kerajaan Powell saat ini?" pertanyaan itu langsung muncul dari mulut Peteer kepada Henry.

Hal itu membuat Henry mematung dan berpikir sesaat untuk menjawab pertanyaan dari Peteer.

"Ah, kerajaannya baik baik saja, dan mereka sudah menerima pesanmu. Sepertinya mereka akan bersiap untuk melawan kerajaan kita." ujar Henry kepada Peteer.

"Baiklah kalau begitu, Saya hanya berpesan kepada kau Henry. Jangan pernah mengecewakan kerajaan ini, Kau sudah seperti anak bagiku. Dan tetaplah menjaga putriku sebagaimana yang telah kamu lakukan sebelumnya" ucap Peteer tegas kepada Henry.

"Saya tidak akan mengecewakan kerajaan ini dan juga akan menjaga putrimu sepenuh hatiku."

"Baiklah, silahkan tinggalkanku disini, banyak hal yang harus ku kerjakan disini." perintah Peteer kepada Henry, dan dibalas anggukan olehnya.

Henry pun langsung beranjak dari ruang kerja Peteer dan bergegas menemui Henrietta di taman.

******

Henry melihat Henrietta yang termenung di taman, ia tersenyum dan langsung menghampiri Tuan Putrinya itu.

"Hey, mengapa? Apa yang kau pikirkan, apa yang membuatmu termenung seperti ini" tanya Henry kepada Henrietta

"Ah, aku hanya memikirkan nenek, apakah dia akan menghabisi nyawaku nantinya? Atau sebaliknya, apakah aku yang akan menghabiskan nyawa nenek. Namun bagaimanapun itu, nenek telah melukai hati ayah dan ibuku, bahkan juga menggores hatiku dan saudaraku" ujar Henrietta sambil terisak kepada Henry.

Henry langsung memeluk Henrietta sambil mengusap punggung nya.

"Lakukan apa yang ada di hatimu, ikuti kata hatimu. Jangan melakukan apa yang tidak diinginkan hatimu." Jawab Henry sambil tersenyum.

Henrietta mengangguk dan mengusap air mata nya sendiri. Lalu tersenyum sembari menatap Henry, ia kembali memeluk Henry dan terkekeh pelan.

"Terimakasih sudah hadir dihidupku Henry" ujar Henrietta.

******

"Buku buku nya masih sama ya? Tidak ada yang berubah" ucap Henry sambil melihat semua buku buku yang berada di rak perpustakaan milik Henrietta.

"Untuk apa aku memperbarui buku nya, jika buku itu belum aku baca semuanya. Percuma saja bukan aku mengisi dengan buku baru." Celetuk Henrrietaa kepada Henry.

Henry terkekeh pelan mendengar jawaban dari Henrietta.
Ia beranjak melihat kesibukan Henrietta yang berada didepannya itu

"Apa yang sedang kau lakukan?"

"Aku sedang mencoba ramuan yang tertera di buku ini, disini tertera bahwa ramuan ini bisa menghilangkan racun yang ada pada tubuh, jadi aku memutuskan untuk membuatnya, menurutku ini sangat berguna bagi kerajaan kita." Jawab Henrietta kepada Henry.

"Kau masih sama seperti dulu, tidak ada bedanya. Masih saja ingin menemukan hal baru dan sangat gigih melakukan nya" ucap Henry

"Tentu saja, kita harus menemukan hal baru, dan harus terus belajar jika ingin mendapatkan hal baru itu." Ujar Henrietta kepada Henry

******

Henrietta berbaring di ranjang besar miliknya, ia telah lelah seharian berkeliaran dengan Henry. Ramuan yang dibuatnya pun sudah disimpan ke ruangan rahasianya. Henrietta selalu memikirkan peperangan yang akan terjadi pada keluarga dan neneknya itu. Hal itu membuat Henrietta sulit untuk beraktivitas seperti biasanya. Ia selalu memikirkan peperangan tersebut dan selalu risau. Henrietta selalu memikirkan semuanya sendiri, ia tidak ingin berbagi cerita kepada orang tuanya. Ia yakin jika ia bercerita, maka kedua orang tuanya akan gelisah dan merasa khawatir serta takut.

"Aku tidak boleh seperti ini, jika aku ragu, maka kekalahan akan di depan mata." Cicit Henrietta pada dirinya sendiri.

Setelah bergelut dengan pikirannya sendiri, Henrietta merasa kantuk dan memutuskan untuk tidur.

Magic That Defeats MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang