BUKU

0 1 0
                                    

"ah, aku sudah lelah." Ucap Henrietta sembari menghempaskan tongkat sihirnya ke lantai.

Ia terduduk lesu di lantai kamarnya, ia tampak murung dan menampakkan raut wajah yang tidak senang.

"Kenapa aku harus melawan nenek ku sendiri? Tapi mengapa dia juga jahat keada keluarga ku." Isak Henrietta sambil menekuk kedua kakinya menangis.

"Aku lelah, aku takut, aku muak dengan semua ini."

Ditengah kerisauan Henrietta, muncul sosok sang ayah Peeter dihadapannya sambil tersenyum.

"Berdirilah putriku." Ucapnya sambil meraih tangan Henrietta untuk membantu nya berdiri.

Henrietta berdiri dengan bantuan sang ayah. Ia segera menghapus kedua air matanya, karena tidak ingin terlihat lemah di depan sang ayah.

"Semua ini kita lakukan dengan alasan tertentu wahai putriku, kita juga bermaksud untuk menyadarkan para penyihir jahat." Ucap Peeter sambil membelai Henrietta.
"Ayah tau ini berat, tetapi jika kita diam itu akan lebih berat." Sambungnya

"Iya ayah, aku mengerti. Tapi apakah bisa sihir sihir ku mengalahkan sihir nenek? Semua orang tau jika nenek tidak bisa dikalahkan oleh siapapun." Ujar Henrietta kepada sang Ayah

"Tentu kau bisa mengalahkan nya, kekuatan sihirmu yang akan mengalahkan Bagaspa. Dan ingat pesanku, jangan pernah kau mengatakan sihir yang akan kau luncurkan untuk Bagaspa kepada siapapun itu." Ujar Peeter yang diberi anggukan oleh Henrietta.

Dengan kedatangan Peeter membuat Henrietta menjadi tenng dn mulai bersemangat untuk melatih dirinya kembali.

******

Henrietta mulai membuka kembali buku yang diberikan oleh sang kakek kepadanya. Buku sihir yang selama ini diincar oleh Bagaspa dan para pengikutnya. Henrietta selalu mempelajari semua sihir yang ada dibuku tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa buku tersebut memiliki sihir yang mematikan. Karena buku tersebut sudah menjadi buku turun temurun sejak terbentuknya kerajaan sihir. Pantas saja Bagaspa ingin untuk memiliki buku tersebut. Ia takut akan kekalahn jika sang cucu dapat mempraktekkan sihir yang ada pada buku tersebut.

"Pantas saja kakek terkenal sebagai penyihir hebat. Dia sudah menulis semua sihir disini, namun ini semua sulit untuk ku pelajari." Keluh Henrietta

"Surnud Surnud Surnud" sudah lebih dari tiga kali Henrietta mengulang kata kata tersebut, sihir tersebut merupakan sihir yang paling berbeda diantara sihir lainnya. Karena pada halaman buku yang menuliskan sihir tersebut terdapat bercak merah dan sebuah gambar wanita yang wajahnya tertutup oleh darah.

Henrietta selalu penasaran dengan wanita yang berada pada halaman buku tersebut. Namun dibalik itu semua, Henrietta juga sangat kesal karena sihir tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik.

"Sudah lebih beberapa tahun aku mempelajari nya, mengapa tidak pernah bisa?" Ucap Henrietta sambil menghela nafasnya.

Entah mengapa tiba tiba Henrietta merobek lembaran sihir tersebut dan menyimpan halaman nya di lemari pakaiannya.

Ia kembali mempelajari sihir lainnya, ditengah mempelajari sihir tiba tiba Henry masuk kedalam kamar Henrietta.

"Walaupun kita dekat, seharusnya kau mengetuk pintu kamarku." Ucap Henrietta kesal.
"Hehe, maafkan ku tuan putri." Sahut Henry sambil menggaruk tengkuknya.

Henrietta segera menyimpan buku mantranya dan meletakkan di laci riasnya. Henry melihat apa yang dilakukan Henrietta dan bingung, mengapa buku itu diletakkan di laci riasnya, bukan di perpustakaan kesayangan nya itu.

"Mengapa kau meletakkan buku itu di laci riasmu, melainkan di perpustakaan?" Tanya Henry

"Itu buku kesayangan ku." Jawab Henrietta kepada Henry.

"Sudahlah, ayo kita keluar menyari udara segar. Aku sudah lelah setiap hari berada di kamar ini." Ujar Henrietta sambil merangkul tangan kekar milik Henry

Henry terkekeh melihat tingkah Henrietta dan menuruti saja apa mau Henrietta itu.

******

Mereka terus menyusuri ruangan kerajaan Baxter sambil tertawa. Henry selalu saja berusaha membuat lelucon yang membuat Henrietta tak henti hentinya tertawa.

"Ah,,, sudahlah Henry, pipiku terasa sakit sekarang karena kebanyakan tertawa." Ujar Henrietta

Henry hanya tersenyum dan langsung duduk di kursi taman yang hiasanya mereka kunjungi.

"Mengapa kau sangat menyukai taman ini?"

"Karena disini aku bisa melihat kupu kupu yang indah dan juga bisa melihat kerajaan Nenekku diseberang sana." Ujar Henrietta kepada Henry

Benar saja, kerajaan Powell tampak jelas jika berada di taman itu. Kerajaan mereka berseberangan dan tentunya dua kerajaan ini memiliki sihir perlindungan yang sangat tebal.

"Kerajaan nenekmu sangat gelap dan horor." Kekeh Henry

"Benar, tapi disana juga seru." Ujar Hehrietta.

"Jika seru, mengapa kau tidak pindah saja ke kerajaan nenekmu itu. Dan mengapa kau ingin menghancurkan kerajaan itu." Bingung Henry

Henrietta tersenyum mendengar kan pertanyaan Henry.

"Entahlah, mungkin seru untuk dihancurkan?" Balas Henrietta sambil tertawa.

Magic That Defeats MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang