Ketika sore menjelang malam, aku masih duduk sendiri di bawa pohon mangga depan rumah, aku menangis dalam diam meratapi nasib aku yang selalu di bedakan dari keluarga.
Namaku AFRENOLA. Sering di panggil ola oleh keluarga dan teman dekatku. Umurku baru menginjak 15 tahun, Aku anak bungsu dari 6 bersaudara, aku anak bungsu dari kakak kembar 5 menitku, orang lain selalu beranggapan bahwa menjadi aku tu enak, berada di posisi ku sudah menjadi impian banyak teman-teman ku di luaran sana, tanpa mereka tahu menjadi bungsu di keluarga ku tidak semenyenangkan itu.
Ketika aku lagi asik mengelamun dalam tangisan aku, tiba-tiba ada suara yang memanggilku dari arah pintu rumah, yah itu mama aku, mama yang sudah melahirkan dan membesarkan ku dengan penuh kasih sayang? Ahhhh kasih sayang? Bukan kah kata itu terlalu asing bagi dirku?" kamu ngapain disitu? Masuk cepat, bukannya bantuin orang tua di dapur malah kelayapan kayak laki"
aku tersentak ketika mendengar suara mama, dengan cepat aku berdiri dari tempat duduk ku, dan langsung menghampiri mama yang hendak ke dapur.
" ma, aku udah masak nasi tadi, tinggal sayur yang belum, soalnya ade belum bisa masak sayur, apalagi untuk takaran garam nya, ade belum tahu", Entah keberanian dari mana aku mengatakan hal seperti itu di depan mama.
" makanya, kamu kalau mama masak tu di lihatin, belajar, bukannya diem di kamar doang".
aku ga jawab apa yang mama ngomong, sebab aku tahu, kalau aku jawab masalah akan makin gede.
" iya ma, ade juga belajar kok Cuma belum bisa aja'"
Sehabis mengatakan itu aku langsung mencari kesibukan yang lain, aku langsung membersihkan ruang tamu. Ruang tamu yang begitu berantakan akibat ulah abang dan teman-temannya, kadang aku iri liat abang yang selalu membawa temannya ke rumah tanpa ada yang marahin, tanpa ada yang melarang, bahkan ketika abang dan teman-teman nya merecoki ruang tamu tidak ada yang berani menugur, sebesar itukah kuasa abang di rumah ini?.
Di pagi hari yang cerah ini aku kembali dengan aktivitasku sebagai pelajar menengah pertama, sebelum berangkat sekolah aku adu mulut dengan ALDENO, yahhh Aldeno nama kembaranku, yang sifat nya sangat menyebalkan dan mau menang sendiri, adu mulut atau barang pecah adalah kebiasan sehari-hariku dengannya sebelum kita berangkat sekolah.
Masalah pagi ini di awali dengan Deno yang tidak mau menumpanggi ku kesekolah, bisa saja aku berangkat sekolah tanpa harus meminta untuk bareng dengan Deno, tapi apalah daya aku belum bisa mengendarai motor.
Dengan mata yang berkaca-kaca aku menghampiri Deno di garasi." Den, kita kesekolah nya bareng ya, ayah ga bisa anterin aku soalnya, Abang Helga juga sibuk " dengan penuh harap aku berharap deno mengatakan iya.
" gamau gua bareng lu kesekolah nya, kalau ga ada yang anterin, tinggal jalan kaki, susah bener jadi lu"
aku marah pas Deno menjawab seperti itu, tapi aku tidak boleh terpancing, aku kembali lagi membujuk Deno agar tetap mau menunampanngi ku.
" pagi ini aja den, besok engga kok, besok aku di anterin sama abang Marven, pelase ya Den, pagi ini aja",
aku masih berharap agar babi landak depan ku ini mengatakan iya." idihh gayaan banget lu, kayak bang Marven mau aja anterin lu besok, gua mau aja si numpangin lu kesekolah, tapi ada syaratnya"
Dengan cepat aku menanggapi " syarat nya apa, gua mau kok, tapi yang wajar aja, lu kalau mau duit, mending engga usah".
Deno menertawakan ku " hahahaha heh bocah siapa juga yang mau minta duit, syarat nya gampang aja si"
dengan cepat aku menanggapi nya " yaudah cepetan syarat nya apa, keburu telat ini kesekolah nya Den " emosi ku semakin menaik ketika aku melihat deno masih menertawakan aku.
" hahahha syarat nya, hari ini lu harus gantiin gua, bersih rumah, soalnya hari ini jadwal gua, tapi sehabis pulang gua mau main sama teman ".
ahhhh ternyata syarat nya ini, dengan cepat aku mengganguk, sebagai tanda setuju dengan syarat yang dia berikan. Dengan cepat aku naik ke motor, " yaudah, jalan sekarang kita udah telat ini", masalah pagi ini sudah selesai, aku bersyukur memiliki kembaran seperti Deno, walaupun sifat nya sangat menyebalkan dan suka menjahiliku.