Part 2

43 3 0
                                    

Ketika sampai di parkiran sekolah, aku buru-buru turun dan menghampiri teman ku,

" selamat pagi Murni, gimana pagi ini ini, aman ga?.

Murni adalah salah satu teman baikku, ah bukan hanya teman saja, tapi aku sudah menganggapnya seperti saudara ku sendiri, aku dan Murni adalah tetangga rumah tiga langkah, sebagian masalah hidupku Murni pasti mengetahuinya, tanpa aku menceritakan nya, aku bersyukur bisa menjadi teman baikknya sekaligus tetangga rumah, jika ada yang tanya, kenapa pagi ini aku tidak berangkat bareng Murni, kenapa harus memohon kepada Deno, yang jelas-jelas memanfatkan kondisi pagi ini untuk menggantikan tugas nya membersikan rumah, jawaban nya singkat saja, pagi ini, Murni bareng crush nya, kakak kelas yang paling ganteng satu sekolah di tamba lagi dia anak basket"

" haiii, selamat pagi Ola ku yang cantik, aman banget malah, tau ga si, aku di anterin sama kakak Nares tadi, ihh senang banget tahu huahhhhhh"

hahhahha aku ikut senang mendengar cerita sahabat ku pagi ini.

" widihhhh, udah makin dekat aja ni, nanti kalau udah jadian jangan lupa traktirin gua seblak mak yuni yah"

Murni mengangguk dengan semangat " doain aja ya, semoga cepat jadian hahahha"
aku membalas nya dengan senyum, dalam hati aku berdoa semoga Tuhan mendengarkan dan menggabulkan nya.

aktivitas disekolah hari ini lumayan seru, berbagai macam tingkah dari teman-teman yang selalu membuat sekelas terhibur, ketika jam menunjukan pukul empat sore, aku dengan cepat ke parkiran untuk menemui Deno, aku kembali memohon pada manusia ini, agar dia mau menghantar ku pulang sebelum dia berkumpul bareng temannya.

" Den, anterin gua balik dulu ya, baru lu kumpul bareng teman-teman lu"

dengan muka nya yang malas Deno mengganguk sebagai jawabannya. Syukurlah pulang kali ini tidak banyak dramanya.
Ketika aku dan Deno sampai dirumah, kita di sambut dengan hangat oleh kakak Selina, kakak selina adalah kakak perempuan sekaligus anak pertama dalam keluarga ku, seperti nya buku setebal kamus pun tidak akan cukup mendefenisikan manusia satu ini, dia kakak yang terbaik yang perna gua dapat walaupun terkadang ada cek-cokan antara aku dan kak selina, tapi itu sudah biasa dalam masalah persaudaran.

" shalom, selamat sore" dengan cepat aku menghampiri kakak.
" kakak udah dari tadi ya di rumah, pulang nya tadi di jemput siapa kak?,

jangan kaget kenapa aku menanyakan hal seperti ini, karena kakak selina adalah anak rantau, sekarang dia menempuh pendidikan di tanah orang, dia akan pulang sekali dalam sebulan itupun jika ada moodnya.

" tumben pulang nya sore dek? Kakak udah dari tadi, pulang sendiri, ayah sibuk jadi gabisa jemput" kakak menjawab sambil menarik tangan ku untuk masuk ke rumah.

" ahhhhh, iya kak hari ini banyak tugas, makanya aku balik sore".

sore ini aku lumayan senang, selain aktivitas lancar di sekolah, aku pulang yang di sambut sama kakak, yang biasanya rumah selalu sepih ketika aku pulang, jangan tanya kemana ayah, mama atau abang ku yang lain, mama dan ayah  selalu sibuk kerja, sedangkan abang sibuk dengan urusan sekolah.

######

Malam ini semua anggota keluarga kumpul di ruang makan, sekedar berbagi cerita tentang seharian yang  sudah di lewati.

" Ola, gimana dengan sekolahnya?" ketika aku asik mendengarkan cerita dari kak selin, tiba-tiba bang Marven bertanya.

" puji tuhan aman bang, sejauh ini lumayan baik dan seru" aku menjawab seadanya.

" syukurlah kalau begitu, kamu belajar yang giat, biar pintar kayak teman-teman kamu, apa kamu gamalu nanti nya, teman-teman kamu dapat peringkat dikelas sedang kan kamu engga".

saat mendengar kata-kata bang marven aku langsung terdiam, sambil tersenyum kecut, mataku sudah mulai berkaca-kaca, segitu bodoh nya kah aku sampai di katakan seperti itu apalagi di depan banyak orang, aku tau semua depan ku adalah anggota keluarga sendiri, tapi rasa malu selalu ada ketika di tegur seperti ini.

Ketika kak Selina tahu bahwa keadaan mulai canggung dan saling diam, dengan cepat ia mencairkan suasana,
" ade, besok kita kerumah oma ya, kaka kangen sama oma sekalian mau ketemu sama Andini, kangen banget kaka sama si Andini"

Aku hanya mengganguk sebagai jawaban nya, dengan cepat aku bangkit dari tempat duduk dan langsung masuk kamar.
Setelah di kamar, aku mendengar perdebatan kecil antara ayah sama bang marven.

" bang, lain kali jangan gitu tidak apa-apa kamu menasehati adik kamu, karena itu bentuk kasih sayang kamu kepadanya, tapi jangan bandingkan dia dengan teman nya, porsi setiap orang itu berbeda-beda, ayah harap kamu jangan mengatakan hal seperti ini lain kali.

bang marven tidak mau kalah, dengan cepat ia menanggapi perkataan ayah " ayah, abang Cuma ingetin dia, lagian abang rasa , apa yang abang bilang tadi itu benar adanya, kita tau sendiri otak afrenola itu seperti apa, kalau kata abang ma gini ya ayah, kalau muka aja yang pas-pasan minimal otak nya encer, lah ini kagak"

" Marven, kamu apa-apain si, asal kamu tahu Afrenola itu adik kamu sendiri, apa pantas kamu omong seperti itu?" kak selina pun ikut andil dalam perdebatan tersebut.

" lah, bukan nya aku benar, kamu jarang di rumah Selina jadi kamu gatau bagaimana tanggapan orang-orang disini tentang Nola, kadang aku malu kalau keluar rumah, selalu di tanyain " kok abang sama adek beda jauh banget ya" kamu gatau aja bagaimana perkataan orang-orang di luaran sana tetang Nola, kalau aku jadi Nola aku malu".

Sungguh Afrenola sakit hati ketika mendengar ucapan dari abang nya sendiri, bagaimana bisa anggota keluarganya sendiri melontarkan ucapan seperti ini, Afrenola menangis dalam diam di kamar nya.

" Sudah-sudah jangan di perpanjang lagi, lagian apa yang abang bilang benar adanya, kadang Mama malu kalau keluar rumah, selalu di tegur sama ibu-ibu di komplek sini, selalu bandingin OLA sama kalian bahkan sama sepupu kalian Andini, Mama juga bingung, kok muka Nola lain banget dari kita, bahkan Deno yang sebagai kembarannya saja sangat jauh berbeda". Mama pun ikut andil dalam perdebatan itu, tapi bukan untuk membela anak bungsunya tapi ikut menjatuhkan mental nya, apa boleh orang tua berkata seperi itu terhadap anaknya sendiri?

Bungsu dan LukanyaWhere stories live. Discover now