Chapter 3 : Sendok Garpu

55 3 0
                                    

AKu telah siap. apapun resikonya akan kuhadapi. Aku seorang laki-laki ! .


          Ditengah jalan Rene menjelaskan rencananya agar kami dapat masuk dan mengalahkan mereka. Setelah mengerti dengan rencana terebut kami pun mengendap di lorong dekat rumahku. ternyata disitu sudah ada 2 mobil sedan berwarna hitam dan 3 orang berjaga di depan pintu pagar ku. Dan kabar buruknya mereka telah berada didalam. Kami pun saling memberikan kode agar bisa menjalankan rencanan dengan baik.

         Aku berjalan kedepan rumah sedangkan Rene masuk lewat pintu belakang agar bersiap melumpuhkan mereka.

       Sesampai di pintu pagar.

"Stop kamu siapa? " tanya seorang pria yang sedang berjaga didepan pagar rumah ku. 

"Aku Carl, pemilik rumah ini." 

Pria itu pun membawa ku masuk dan terlihatlah didalam mereka sedang mengacak2 rumahku.

"Heiii ! apa yg kalian lakukan? kenapa mengacak2 rumahku?"

         

Muncullah seorang pria yang bebadan kekar dengan kuatnya lansung menggenggam rahangku .

aku tidak dapat bergerak . 

"Dimana dia? !!" teriaknya didepan muka ku. Aku hanya diam dan menatapnya dengan ketakutan..

"Baiklah, jika kamu tidak mengaku..."

         Akhirnya dia pun membantingku ke lantai, aku tidak dapat bergerak karena kesakitan.

Tiba-tiba terdengar suara ribut di dapur, orang-orang  itu pun lansung bergerak ke arah dapur. Aku pun ikut diseret oleh mereka supaya tidak melarikan diri.

        Ternyata Rene sedang bertarung melawan dengan salah satu orang ini. Aku melihat dia sedang menghajar dengan kuat sampai orang tersebut tergeletak tak sadarkan diri. Pria      kekar       yang memukulku tadi memberi aba-aba kepada anak buahnya untuk menghajar Rene . Rene      pun mengambil sendok serta garpu yang ada di atas meja lalu menghajar mereka dengan sadis. Mulut dan mata mereka dirobek dengan garpu. Setelah anak buahnya mati, pria kekar tersebut mengeluarkan pistol dan mengarahkannnya ke Rene, dengan cepat Rene menedangnya dan mencabik-cabik muka pria itu dengan sendok dan garpu.

          Pria itu pun mati dengan mengenaskan. Aku hanya bisa melihat dan tidak dapat melakukan apa-apa, aku baru melihat didepan mataku seseorang yang dibunuh dengan cara seperti itu. Rene menghampiriku.

"carl.. kamu tidak apa-apa? "

"iiya,, aku tidak apa-apa,mereka hanya membantingku tadi"

"ohh,,syukurlah"

          Rene membantuku berdiri lalu kami menuju kekamar ku. Aku mengambil baju dan barang-barang penting lainnya. Rene berdiri dan berjaga di depan pintu jikalau mereka datang lagi bisa langsung terlihat. setelah memasukkan barang-barang ke dalam tas,

        Hape ku berdering. teman ku Rio menelpon. AKu pun menjawab telponnya, tiba-tiba Rene datang dan menghampiriku lalu merampas handpone ku dan membantingnya ke dinding.

"What!!! apa masalahmu? itukan Handpone ku" 

        Aku tak tau apa yang dipikirkannya dia membanting handpone ku. padahal tadi ,,ahhh sudahlah.... dasar gila pikir ku .

Dia hanya diam dan kembali berjaga dipintu. setelah siap semua kami pun keluar dan mengambil mobil penjahat-pejahat tadi.

"Hei,, apa kau bisa menyetir? " tanya Rene

"bisa"

Lalu kami pun melaju ke arah luar kota.

...

        Setelah 3 jam melakukan perjalanan aku merasa lelah dan ingin tidur. Akan tetapi niatku kuurungkan karena perjalanannya masih panjang. lagi pula karena kejadian tadi aku merasa kesakitan seluruh badanku. aku pun melihat Rene , dia sedang tertidur.

      Lalu aku teringat kejadian tadi pas dia lagi bertarung. Aku seperti tidak percaya dengan semua yang kulihat. Dia bertarung melawan 4 orang itu hanya dengan menggunakan sendok dan garpu. benar-benar pembunuh professional pikirku.

Rene terbangun.

"hai Carl, kita akan kemana? tanya Rene dalam keadaan setengah sadar karena ketiduran

"Aku tidak tahu, lagi pula rumah ku hanya di kota tadi" jawabku bingung

"hmmm.. kerumah orang tuamu? "

       Aku hanya diam dengan pertanyaannya. Aku memandang lurus kedepan. Rene pun ikut diam mungkin dia tau apa yang aku rasakan.

hufffttt...

"Bagaimana kalau ketempat bibi Jess, dia bibi ku , rumahnya tidak terlalu jauh lagi, hanya 2 jam lagi dari sini" aku memberikan saran karena ketika aku sedang dalam masalah aku hanya ke rumah bibi Jess..

"Baiklah , kita berangkat" jawab Rene dengan tersenyum dan bersemangat.

       Aku ikut tersenyum karena tingkahnya, tanpa sadar aku sering mencuri pandang melihat senyumnya. senyum itu, senyum yang kulihat pertama kali dia bangun dikamarku. Apa aku menyukainya? ahh tidak , dia seorang pembunuh. tapi.. seprtinya hati kecilku sering memperhatikannya..

ALTER EGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang