"Eh, tahu nggak? Kelas kita bakal kedatangan murid cowok pindahan."
Seorang siswa cowok yang barusaja tiba dan meletakkan tasnya di kursi, tampak serius memberitahu teman satu bangkunya, sebut saja namanya Yuan.
“Hah? Serius?"
"Serius lah. Kuping gue jangan diragukan lagi keahliannya. Gue nggak sengaja denger pas lewat ruang kepala sekolah tadi. Namanya Arsen. Gue udah ngulik-ngulik semua tentang dia. Katanya sih ganteng, anak orang kaya. Kayaknya kegantengan dan kepopuleran kita mau dilawan nih.”
"Kok gue jadi penasaran sama orangnya. Mau bagaimana pun, kegantengan anggota geng kita tuh nggak ada lawannya," komentar teman sebangku Yuan bernama Noah itu.
Mereka berdua adalah teman satu kelas sekaligus teman satu geng Prince. Mereka juga tergabung dalam satu geng motor yang sama. Prince dan teman satu gengnya cukup populer di sekolah karena kegantengan dan ketajiran mereka yang nggak main-main. Mereka juga selalu unggul di bidang olahraga seperti basket.
"Tapi katanya siswa itu biang rusuh di sekolah lamanya. Dia suka bikin onar dan mukulin teman-temannya."
"What??? Serius lo. Haha. Jangan-jangan siswa buangan. Kalau mau sok jagoan di sekolah ini, kita sikat aja rame-rame," usul Noah asal.
"Denger-denger, wali kelasnya sendiri aja sempet dihajar habis-habisan sama dia sampai koma."
"Haah??? Wah!! Bar-bar nih orang.”
BRAKKK!!!!
"OEI!!!!"
Noah dan Yuan yang sedang asik bergosip ria langsung berjingkat seketika saat seseorang spontan menggebrak meja mereka.
"Anjing lo Rey!!!" umpat Noah santai bercampur kesal. Ia menoyor kepala Reyhan setelah mengetahui bahwa pelakunya Reyhan. Bahkan, sepatu Yuan yang bau kecomberan itu sempat ingin melayang ke arah wajah cowok bernama Reyhan itu.
"Haha. Lagian kalian pagi-pagi udah menggosip. Kaya emak-emak rempong kurang kerjaan. Mending nyapu lantai kotor sono. Biar kelas kita bersih. Biar hati kalian juga bersih," komentar Reyhan seraya menaruh tas punggungnya di atas meja.
Yuan satu bangku dengan Noah, sementara Reyhan dengan Prince. Mereka berempat duduk berdekatan. Yuan dan Noah di bangku belakang, sementara Reyhan dan Prince di bangku depan. Reyhan juga tergabung satu geng dengan mereka bertiga yang diketuai oleh Prince.
"Emang taik lo Rey. Untung gue kagak jantungan," protes Yuan sebal, mengusap pelan dadanya.
"Sukurin. Haha.”
"By the way. Mana Prince?" Noah mengalihkan pembicaraan.
"Sebentar lagi nyampe paling. Eh, jagain tas gue sebentar ya?? Gue mau ke toilet dulu." Reyhan berujar cepat, beranjak pergi seraya menoyor kepala Noah dan Yuan secara bergantian.
"Emang cari mati lo!!!" Noah dan Yuan menjawab kompak dan sebal karena perlakuan iseng Reyhan.
Reyhan tertawa puas berhasil menggoda dua teman satu gengnyai itu.
***
Sementara di depan gerbang sekolah, Prince yang barusaja menghentikan mesin motor karena merasa telepon selulernya terjatuh lekas turun dan mencari di dekat sebuah mobil yang berhenti tanpa melepas helmnya.
Di dalam mobil itu, terdapat seorang siswa cowok yang tak lekas turun dari mobil pribadi Papanya yang pintunya sudah dibuka lebar oleh sang Papa itu.
Sebut saja namanya Arsen, cowok yang katanya terlahir dari keluarga super tajir dan memiliki ketampanan nyaris seperti model. Konon katanya, Arsen terpaksa harus dipindahkan sekolah karena dianggap menjadi biang rusuh di sekolah lamanya.
"Turun!"
"Nggak mau."
"Jangan bikin Papa malu lagi di hari pertama kamu masuk di sekolah yang baru. Sebentar lagi bel masuk. Pulang sekolah jangan kelayapan. Nanti siang Papa jemput pulang."
"Aku nggak mau turun." Arsen kekeuh, menjawab ketus menatap lurus ke depan enggan menatap Papanya.
Prince yang tak sengaja melihat pemandangan ini cuek saja, tetap melihat-lihat ke arah bawah untuk mencari hapenya yang sepertinya terjatuh di sekitar tempat ini.
"Jangan keras kepala. Atau Papa masukin kamu ke asrama."
"Papa ngancam? Aku nggak peduli. Aku nggak mau sekolah di sekolah kumuh dan kampungan kaya gini."
Prince sesungguhnya merasa terganggu dengan ucapan Arsen. Arsen mengatakan sekolahnya sebagai sekolah kumuh dan kampungan. Padahal jelas-jelas sekolah terfavorit. Meski sedikit jengkel, Prince masih bisa bersikap cuek saja.
"Ini bukan sekolah kumuh. Ini sekolah berkualitas. Semua murid-murid yang bersekolah disini pandai. Atau Papa kirim kamu ke luar negeri kalau kamu nggak mau nurut sama orang tua."
"TERSERAH!!!"
BRAKK!!
Prince berjengit kaget saat mendengar suara keras itu. Arsen barusaja menutup pintu mobil dengan cukup keras. Mereka berdua sempat saling pandang sesaat, Arsen lalu berjalan ke arah gerbang yang nyaris ditutup itu karena sudah bel masuk. Prince menyusul kemudian karena hapenya sudah ketemu.
Prince lalu berjalan setengah berlari menuju kelasnya setelah memarkirkan motor. Bel masuk kelas sudah dibunyikan beberapa menit yang lalu. Dia tak mau telat masuk kelas dan mendapat hukuman karena hal itu.
Saat tiba di kelas, ia melihat sosok asing sudah menduduki bangkunya. Prince tidak mengenalnya, tapi Prince yakin cowok itu adalah siswa baru yang barusaja dilihatnya di pintu gerbang tadi.
"Maaf. Ini bangku tempat duduk gue. Bangku lo di sebelah sana," tegur Prince halus, ia bahkan sempat menyunggingkan senyuman ramah, menunjuk ke arah bangku yang seharusnya diduduki siswa baru itu.
Lawan bicaranya acuh tak acuh, menatap Prince pun enggan. " Gue nggak lihat tas lo disini. So, gue pikir bangku ini bebas diduduki siapa aja. Termasuk gue," ujarnya santai, menatap malas ke arah Prince.
Prince menatap tak kalah malas ke arah siswa baru di depannya ini, lalu menatap ke arah tiga teman satu gengnya.
"Kalian nggak kasih paham ke dia tadi??" tanyanya pada mereka bertiga.
Mereka bertiga kompak menatap menyesal ke arah Prince." Sorry...." ucap mereka kompak pula.
Ekor mata Prince langsung berlari ke arah meja yang seharusnya menjadi milik siswa baru itu.
"Sialan!!" Begitu umpatnya berjalan ke arah tempat duduk itu.
Dengan perasaan marah yang bergejolak di dalam hati, Prince terpaksa mengalah karena sedang tak ingin mencari masalah. Melangkah sedikit enggan ke arah meja itu, lalu mendudukkan diri.
Prince berpikir hanya masalah tempat duduk, bukan masalah serius yang perlu dibesar-besarkan. Ia lantas memainkan ujung pulpennya untuk melampiaskan kekesalannya, mencoba menoleh ke arah siswa baru itu dengan pikiran tidak menentu. Bendera permusuhan akan segera berkibar di antara mereka.
Bukannya lekas berpaling, tapi bocah baru itu malah terus menatap dirinya seolah tak suka dengan apa yang barusaja dilakukan Prince.
Prince berniat segera memutus kontak mata itu. Namun, secara tidak sengaja ia malah melihat jari tengah anak berjaket merah itu terangkat semu ke atas ditujukan ke arahnya. Bibir siswa baru yang tadinya terbungkam rapat itu terlihat bergerak mengucapkan sesuatu meski tak mengeluarkan suara.
" Fu*k!!
Prince tersenyum sinis, lalu membantin.“Berani juga dia rupanya.”
[]
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVAGE PRINCE
General FictionPrince yang tampan dan seorang badboy memiliki kepribadian ganda. Sebagian kepribadiannya masih terjebak dalam tragedi kematian King tiga belas tahun lalu hingga membuatnya tak sadar selalu melakukan self injury dan terparahnya adalah melakukan perc...