8. MENOLONG ARSEN

149 15 0
                                    

Malam semakin larut. Dua sepeda motor termahal itu telah berhenti di garis finish dengan masing-masing joki bertengger di atasnya. Prince mematikan mesin motor dan lekas membuka helm dengan senyum kemenangannya, sementara cowok dari sekolah lain bernama Hanzel itu masih duduk terdiam dengan kondisi mesin motor yang masih menyala.

Noah dan Reyhan dari kejauhan nampak bersorak menyambut kemenangan Prince.

"HOREE!!!!"

"PRINCE!!'

"PRINCE!!"

"PRINCE!!"

Reyhan dan Noah bergembira atas kemenangan Prince. Yuan dan Davin yang barusaja datang berboncengan ikut bergembira juga. Mereka saling merangkul dan melompat-lompat bersama.

Dilain sisi, Prince mulai melangkah menghampiri Hanzel yang sepertinya masih enggan turun dari motor itu.

"Mana Arsen?" tanyanya dengan cukup kesal. Prince sudah berhasil mengalahkannya, tapi Hanzel masih belum menunjukkan dimana keberadaan Arsen. Dari awal, Prince sudah curiga kalau semua ini cuma jebakan. Anggota geng Hanzel malah datang menghampirinya dengan masing-masing membawa tongkat basebal.

Tunggu!!

Apa mereka berniat menantang Prince dan kawan-kawannya untuk berkelahi?

Yuan, Reyhan, Davin dan Noah seketika berjaga-jaga dengan mengambil helm. Jika geng dari sekolah lain itu mulai menyerang dengan tongkat basebal, mereka akan menjadikan helm mereka sebagai alat untuk menyerang balik. Mereka cukup tenang menghadapi situasi ini. Di sekolah, selain tergabung dalam club basket, mereka juga tergabung dalam club bela diri. Berkelahi hingga babak belur dan berdarah-darah bagi mereka itu sudah hal biasa.

"Lo lawan kita dulu, baru gue kasih tahu dimana Arsen!!" ujar Hanzel curang.

"Mau lo ya? Oke!!" Prince menyanggupi dengan nada kesal.

"Sok jago juga lo rupanya?"

"Lo yang nantang."

"Udahlah. Nggak usah banyak bacot."

Hanzel menyerang Prince tiba-tiba dengan cara melayangkan pukulan ke arah wajah Prince yang beruntungnya Prince mampu menghindarinya hingga membuat pukulan itu berakhir meleset. Prince membalas balik serangan itu dengan cara menendang bagian perut Hanzel menggunakan kekuatan penuh kakinya. Hanzel jatuh tersungkur di atas tanah. Melihat leader gengnya kalah, anggota geng Hanzel seketika menyerang mereka menggunakan tongkat baseball. Prince mampu mengalahkan dua dari anggota geng itu dengan tangan hampa meski sempat mendapatkan pukulan di bagian lengan dan lehernya. Mereka berkelahi dengan begitu sengit, saling menendang, saling memukul hingga luka-luka baru tercipta di wajah dan tubuh mereka. Kemenangan pada akhirnya jatuh pada Prince lagi. Prince dengan nafas memburu karena menahan emosi lekas mendekat dan menarik kasar kerah jaket Hanzel.

"MANA ARSEN??" teriaknya kesal berniat memberikan pukulan susulan lagi. Kondisi wajah Hanzel sudah nampak berlumuran darah, sementara leader geng yang lainnya yang sengaja diundang tadi hanya menonton tanpa ada yang berniat melerai atau membantu.

"Gudang. Gudang rumah kosong dekat jalan ini." Hanzel menunjuk rumah kosong itu dengan telunjuk tangannya.

Prince melepas tarikannya kasar, lalu berlari ke arah rumah kosong itu diikuti anggota gengnya.

Sesampainya di tempat itu, mereka melihat Arsen terkapar pingsan di dalam gudang meski tubuhnya tidak terdapat luka-luka. Hanya ada luka memar kecil di sudut bibir Arsen dan itu adalah luka karena berkelahi dengan Prince tadi pagi.

"Arsen!!"

"Arsen!!"

Prince panik. Ia mencoba membangunkan Arsen. Saat menyadari Arsen tak lekas terbangun, Prince memeriksa denyut nadinya. Yuan yang barusaja datang juga mengecek laju nafas Arsen menggunakan jari telunjuk dengan cara mendekatkannya pada lubang hidung Arsen. Noah, Davin dan Reyhan hanya memperhatikan meski mereka juga tampak khawatir.

"Prince... Gue nggak ngerasain laju nafasnya." Yuan berucap bingung dan khawatir.

"Gue juga nggak ngerasain denyut nadinya, Yu." Prince menjawab bingung dan tak kalah khawatir juga.

"Jangan nakutin kita dong!" Noah memprotes. Ia berpikir Yuan dan Prince hanya sedang mengerjainya saja.

"Gue serius!!" Yuan menatap serius ke arah mereka semua dengan wajah panik.

"Gue yakin dia nggak baik-baik aja Prince. Gue sempet lihat dia nyimpen inhaler di dalam tas. Bisa saja Arsen mengalami henti nafas karena serangan asthma atau penyakit pernafasan lain. Soalnya dia tadi dipaksa mereka push up."

Yuan, Noah, dan Reyhan mengangguk membenarkan ucapan Davin. Mereka menampilkan wajah panik yang sama. Sebelum Prince datang, Hanzel dan anggota gengnya sempat membully Arsen dengan cara menyuruhnya push up tanpa henti. Jika Arsen berhenti, Hanzel akan menginjak bagian tangannya.

"Bener Prince. Pikir gue juga sama. Bisa saja mereka sengaja meletakkan Arsen disini setelah menyadari Arsen tidak bernafas." Reyhan berucap membenarkan kecurigaan Davin.

Tanpa berpikir panjang, Prince dengan sigap memberikan CPR pada Arsen untuk menyelamatkan nyawanya. Ia menekan dada Arsen berulang-ulang sembari memberikan nafas buatan melalui mulut ke mulut.

"ARSEN!!"

"ARSEN!!"

Prince mencoba berulang-ulang memanggil nama Arsen, tapi Arsen tetap tidak terbangun. Keringat-keringat sebesar biji jagung mulai bermunculan di wajah dan lehernya saat melakukan kegiatan CPR itu. Teman satu gengnya tak sampai hati melihatnya karena Prince tampak mulai mengeluarkan airmata. Prince menangis, entahlah apa yang sedang dipikirkannya.

Arsen masih belum memberikan tanda-tanda terbangun, sementara Prince masih tetap memberikan CPR padanya. Yuan sempat menggantikannya sejenak, tapi Arsen tetap belum bangun juga. Prince tidak putus asa. Ia tetap memberikan CPR kembali entah sampai kapan nanti, pastinya sampai Arsen terbangun.

Semua yang memperhatikan kegiatan Prince tampak prihatin. Perlu waktu beberapa menit dalam misi penyelamatan ini. Prince tanpa putus asa tetap memberikan CPR pada Arsen meski ia sudah nampak kelelahan. Semua yang melihat apa yang terjadi nampak harap-harap cemas karena menginginkan Arsen segera bangun juga.

Beberapa menit kemudian, suasana panik dan tegang itu nampak normal kembali setelah Arsen mulai membuka mata dan mampu bernapas lagi. Prince bernafas lega dan dengan hati-hati mengangkat kepala Arsen untuk diletakkan di atas pangkuannya.

"Bang..." panggil Arsen lemah berusaha menyentuh wajah Prince. Dimata Arsen, wajah Prince yang terlihat samar karena ia dalam keadaan setengah sadar itu terlihat mirip seperti Ezra. Ia mengira Prince adalah Ezra.

Semua yang melihatnya pun bingung. Bukankah mereka berdua kerap bertengkar dan berkelahi walau baru bertemu sehari, sejak kapan Arsen memanggil Prince dengan sebutan Abang seperti ini.

Prince sendiri tidak tahu mengapa tiba-tiba ia berniat untuk menolong Arsen yang nyata-nyata adalah biang masalah dari semua ini. Pun ia juga tidak tahu kenapa saat Arsen memanggilnya dengan sebutan 'Bang', perasaan di hatinya terasa bahagia dan nyaman. Jika memang Arsen menganggap dirinya sebagai Abang seperti ini, rasanya Prince akan bahagia sekali karena setelah memiliki Ezra sebagai abangnya, Prince kemudian memiliki Arsen sebagai adiknya meski mereka berdua hanya saudara tiri saja.

"Uhuk!!! Uhuk!!!"

"Uhuk!!!"

Arsen terbatuk-batuk dan mulai terlihat kesulitan bernafas. Prince dengan telaten memijat lembut dadanya. Prince ingin menanyakan keadaannya, tapi sedikit merasa canggung karena ada teman-teman satu gengnya yang memperhatikan interaksi mereka berdua. Setelah itu, Arsen jatuh pingsan lagi dalam pangkuannya.

[]

Tbc

SAVAGE PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang