Malam Perpisahan

1 0 0
                                    

Arul duduk di sudut hangat Warmind, dikelilingi empat sahabat setia: Hamna, Ram, Iqbal, dan Amin. Suasana asap rokok dan aroma kopi meninggalkan kesan yang tak terlupakan. Arul tersenyum, tapi keheningan menggantikan kata-katanya.



"Ini malam terakhir kita bersama kan?'' kata Hamna sambil mengepulkan asap rokok.



Arul mengangguk "Ya, saya harus pergi besok. Bersekolah di sekolah berasrama di luar kota."

Ram menyelipkan secangkir kopi ke depan Arul, "Sebuah petualangan baru menanti, Bro. Pasti akan kangen dengan Warmindo ini."

Iqbal menatap Arul dengan serius, "Jangan lupa cerita-cerita kita, ya. Kita tunggu kabar dari sana."

Amin menambahkan, "Kau akan merindukan rokok ini, Arul."

Mereka tertawa, namun tawa itu terasa penuh makna.

Malam itu dipenuhi dengan canda, cerita masa lalu, dan harapan untuk masa depan. Sejenak, Warmindo menjadi saksi perpisahan yang pahit manis bagi Arul dan teman-temannya.

Waktu berlalu begitu cepat ketika rokok menyala dan cangkir kopi kosong. Saat teman-temannya mencoba menghiburnya, Arul merasakan campuran antara suka dan duka.



"Semoga beruntung, Rul. Kami akan selalu ada di sini," kata Hamna, mengakhiri malam itu dengan pelukan hangat.



Mereka meninggalkan Warmindo dengan langkah berat, mengetahui bahwa hari berikutnya akan membawa perubahan besar bagi Arul.



Setelah meninggalkan hangatnya Warmindo, Arul dan keempat temannya merasakan getaran kegembiraan.



Mereka memutuskan untuk berkeliling kota sebagai bentuk perpisahan yang tak terlupakan.

Lampu-lampu kota menyinari jalanan, menciptakan suasana yang penuh keceriaan. Mereka memulai perjalanan tanpa tujuan tetap, hanya mengikuti kehendak malam. Di setiap persimpangan, mereka memilih arah yang penuh petualangan.

Hamna berkata "Mari kita buat malam ini menjadi malam yang tak terlupakan. Sebelum Arul berangkat, mari kita jelajahi setiap sudut kota ini.''

Iqbal tertawa, "Kita harus menemukan tempat yang akan memberi kita kenangan indah. Apa kita akan pergi.''

Mereka berempat dengan antusias berjalan-jalan, menceritakan kisah-kisah menarik dan mengenang momen-momen yang mereka habiskan bersama.

Seiring berjalannya waktu, mereka menemukan taman kota yang indah dengan pepohonan rindang.

Ram menyarankan. "Mari kita duduk di sini sebentar, kawan. Lihatlah langit malam yang indah."

Mereka duduk di bawah pohon dan memandangi langit berbintang. Amin mengeluarkan gitar dari tasnya dan menciptakan melodi yang melengkapi keheningan malam.



Tawa dan nyanyian memenuhi udara, menciptakan momen ajaib yang akan terus terpatri dalam ingatannya. Keempat sahabat itu terus berjalan keliling kota hingga larut malam.



Setiap sudut kota dipenuhi kenangan baru. Saat langit mulai berubah warna menjadi biru kelabu, saya menyadari bahwa waktu berlalu dengan cepat.



"Terima kasih semuanya. Malam ini benar-benar istimewa," kata Arul sambil tersenyum dan emosi campur aduk.



Mereka kembali ke tempat perpisahan mereka dan saling berpelukan dalam persahabatan yang hangat di bawah cahaya redup lampu jalan.



Malam itu, kota ini menyaksikan perpisahan yang tak terlupakan bagi Arul dan teman-temannya, memulai babak baru dalam hidup mereka yang penuh dengan tantangan dan kenangan.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Small Memory FragmentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang