2.

5 4 0
                                    

Untuk kedua kalinya...

Rena kembali ke cafe ini.

Bukan, bukan karena dia ingin mencari sosok pemuda itu. Melainkan untuk memenuhi kewajibannya.

Ia harus mengerjakan tugas kelompok yang akan ditampilkan lusa nanti. Sementara kelompoknya secara kebetulan- sangat kebetulan sekali memilih kafe ini yang letaknya tidak strategis namun terlihat dari lantai bawah pusat perbelanjaan tersebut.

Sebenarnya dewi mana yang secara sengaja mempertemukannya dengan sosok pemuda itu?

Sebab Rena kira pertemuan mereka hanyalah suatu kebetulan. Mengingat setelahnya ia tidak kembali lagi kesana dan tidak juga berniat kesana.

"Rena, apa kau sudah menyelesaikan bagianmu?" Tanya sang ketua setelah bergiliran menanyakan pada yang lain. Membuat Rena tersentak dari lamunannya.

"Se-sedikit lagi selesai" Jawabnya sembari memperbaiki dengan cepat bagiannya di laptop.

Tanpa Rena sadari, tak jauh darisana seseorang sedang menatapnya. Tidak terus menerus, hanya sesekali sambil mengerjakan sesuatu.

"Kembaliannya 2.000 Won ya, terima kasih sudah datang" Ucap Hyunjin sembari tersenyum sopan pada pembeli yang baru saja membayar. Setelahnya masih memperhatikan Rena yang raut wajahnya begitu serius menatap layar laptop.

Wajah yang pucat, kusam serta lesu dengan lengkungan kantung mata tebal. Begitulah kelihatannya.

'Sepertinya semalaman ia tidak tidur' Gumam Hyunjin dalam hati. Sedikit merasa khawatir pada gadis itu yang penampakannya sudah seperti mayat hidup.

Ingin dihampiri, tapi tidak enak pada teman-temannya yang datang. Ingin mencoba membantunya, tapi dengan apa?

Hyunjin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, merasa bingung sekarang.

Hingga mereka pun selesai dari acara mengerjakan tugas dan ingin beranjak darisana. Mau tidak mau Hyunjin harus membiarkan gadis itu pergi tanpa bisa mempunyai kesempatan untuk berbicara dengannya.

Melihat rombongan kecil itu sudah meninggalkan cafe setelah salah seorang dari mereka membayar semua pesanannya, Hyunjin pun beranjak dari tempat hendak membersihkan meja tersebut.

Hingga atensinya menangkap sebuah benda yang sangat familier baginya tergeletak begitu saja diatas sofa dalam keadaan mati total. Ya, ponsel yang tertinggal.

"Astaga, ini pasti ponsel milik mereka. Ckck, ceroboh sekali" Gumamnya tanpa sadar menggelengkan kepala.

Bersyukur saja yang menemukan ponsel ini adalah dirinya yang tidak suka mengambil barang. Jika orang lain, bagaimana dengan nasib ponselnya?

Sebenarnya yang bermasalah bukan ponsel tersebut, melainkan data yang tersimpan didalamnya yang bisa menjadi sumber kejahatan.

Hyunjin pun mengamankannya sebentar dan menunggu si pemilik ponsel untuk datang kembali mengambilnya.

Setelah beberapa lama waktu berjalan, betapa terkejutnya Hyunjin ketika tau siapa si pemilik ponsel.

Seseorang yang sedaritadi ia khawatirkan dan memang anaknya semengkhawatirkan itu ternyata. Bisa-bisanya sampai barang sepenting ini tertinggal begitu saja...

"Permisi maaf sebelumnya, apa kau melihat ponselku diatas sofa di meja itu? Ponsel dengan case berwarna kuning?" Tanyanya pada Hyunjin yang sedang berpura-pura tidak melihatnya datang tadi.

Hyunjin pun mengeluarkan ponsel yang dicari Rena dari dalam saku celemek seragamnya. "Apakah ponsel ini?"

Seketika Rena tersenyum sumringah dan mengangguk cepat, "Benar, terima kasih banyak ya! Maaf sudah merepotkanmu...-"

"Hyunjin, Hwang Hyunjin"

"Ah, iya! Terima kasih ya, Hyunjin-ssi!"

Setelah menerimanya, gadis itu segera pergi darisana namun ditahan kembali oleh suara Hyunjin. "Tu-tunggu!"

Rena pun menoleh padanya dengan tatapan bingung, membuat pemuda itu sedikit tergugup. "Bo-boleh minta nomormu?" Kebiasaannya ketika gugup, mengusap tengkuknya.

"Eh?" Barusan Hyunjin meminta nomornya? Untuk apa?

-----

TBC

Sweet LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang