Prolog

1 0 0
                                    

Andai yang ada didepan sekarang bukanlah orang yang menorehkan luka cukup dalam mungkin Fira akan menyambutnya dengan senyum manis

Felia Izora Zafeera. Gadis yang selalu berbicara singkat dan keras kepala ini selalu menghindar ketika Dafa ingin mendekatinya.

Namun sekarang Fira tidak bisa kemana-mana karena sedang menenangkan keponakannya yang berumur 5 bulan itu menangis. Kakak Ipar dan Bundanya lagi pergi belanja untuk kebutuhan acara Arisan keluarga malam ini.

Dafa berjalan mendekat "Kenapa Shanum?"

"nggak tau" Fira kembali menimang-nimang Shanum namun tetap saja bayi cantik itu menangis

"coba Aku yang gendong atau Dia mau sama Ibunya kali" Dafa ingin mengambil Shanum dari tangan istrinya Itu

Fira melirik tangan Dafa dan mematap suaminya itu dengan datar "nggak usah,Ibunya sama Bunda lagi pergi beli buah dan Anda mandi aja bebersih dulu dari rumah sakit, kan?"

"Tapi itu gimana sama Shanum kasian Dia"

Fira menghembuskan nafas "emang kalau sama Anda Shanum akan berhenti nangis?"

"yaa aku nggak tau sih" Dafa menggaruk kepala

"mandi Dokter Dafa" tekan Fara

"Yaudah kalo gitu, Kamu bawa aja Shanum kedepan siapa tau Dia sumpek didalam rumah." Suruh Dafa menatap Istrinya lembut

Fira mendengar saran dari Dafa dengan cepat berlalu kedepan rumah dimana sang Ayah sedang berbicara dengan burung Beo kesayangannya.

Dafa menaiki tangga berjalan kearah pintu berwarna pink peach dan pernak pernik dengan warna senada ini
adalah kamar Istrinya sewaktu masih gadis, walaupun sampai sekarang status Istrinya itu masih 'gadis'
Dafa bergegas mandi karna ia ingin membantu Papa mertuanya menyiapkan Acara malam ini.

"Kenapa Shanum Fir?" Tanya Aksara Izora. Ayahnya Fira. Aksa mengambil alih Shanum ke tangannya.

"Nggak tau Yah, tadi juga Fia kasih susu nggak mau" Adu fira dengan manja.

Aksa merangkul Anak perempuannya yang sudah tiga bulan menikah ini. Sambil melirik Sang cucu ditangan sebelah kanan. "Ayah nggak salah pilih Menantu kan Fi?"

"Iya lihat aja nih Shanum cantik gini kayak Ibunya. Kalau mirip Bang Fahri mah nggak putih gini" ucap Fira menoel pipi Shanum.

Aksa berdecak mendengar penuturan Fira "Iya sih, tapi menantu maksud Ayah bukan Caca tapi Dafa"

Fira hanya memanyunkan bibir

"Jawab pertanyaan Ayah Fi, Dafa pernah marah nggak sama kamu, pernah bicara pakai nada tinggi nggak?"

"Sejauh ini nggak pernah"

"Kan! Makanya Ayah yakin Dafa adalah Laki-laki bertanggung jawab dan baik. Dirumah sakit dulu kalo ada pasien yang bandel nggak minum obat dia nggak marah tapi malah diajak jalan-jalan ketaman depan rumah sakit. Dari semua Dokter yang rawat Ayah cuma dia yang penuturan katanya halus, sopan." jelas Aksa

"Fia tau kok Yah, Mas Daffa pernah cerita" padahal selama tiga bulan nikah Fira hanya sekali tidur berdua itupun karena Dirinya sakit. Tidak pernah ngobrol serius maupun bercanda.

"Kalo hari jumat Dafa pasti bawain coklat dan boneka buat semua Anak-anak yang ada bangsal. Dia itu nggak pelit Fi"

Iya saking baiknya sampai semua gajihnya dikasih ke Aku semua, sayangnya kata-kata itu hanya Fira ucap dalam hati

"Kamu sama Dafa memang nunda?" Pertanyaan spontan dati Ayahnya membuat Jantung Fira berdetak lebih cepat ia takut hal yang Fira sembunyikan terbongkar bisa kena ceramah 3 hari 3 malam.

Fira hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Sang Ayah

"Yaudah Yah, Fia mau kekamar dulu tadi Mas Dafa lagi mandi takutnya butuh sesuatu" Pamit Fia ketika melihat mobil sang Kaka Ipar baru saja terparkir.

Dafa bahagia ketika berada dirumah mertuanya karena Istrinya yang cantik itu mau berbicara panjang dan sering menampakan senyum. berbeda saat meraka berada dirumah mereka sendiri. Istrinya itu hanya berdiam diri didalam kamar. Destinasi yang sering Fira kunjungi hanyalah. kamar dan dapur.

Baru saja Dafa membuka pintu kamar mandi dengan bersamaan Istrinya juga membuka pintu kamar.

"Shanumnya mana" tanya Dafa berjalan kearah meja rias Fira.

"Sama Ayah" jawab Fira seadanya.
Dafa menatap Istrinya membuka lemari "kamu mau mandi?"

"kalo lagi megang handuk berarti mau apa?" ucap Fira dengan sarkas. Ia berlalu menuju kamar mandi dan menutup pintu dengan kencang

"Ya Allah, kuatkan Hamba" gumam Dafa

FELIA IZORA ZAFFERA (Dibalik kekecewaan ada ketulusan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang