Salam Kasih Ananda

5 2 0
                                    

Ibu, ketika jauh dari rumah aku jadi sadar betapa beruntungnya aku selama ini. Betapa bersyukurnya aku lahir di keluarga kita. Memiliki orang tua hangat, penuh kasih, perhatian, dan tidak kenal umur dalam memanjakanku. Kalian sungguh orang tua sempurna di mataku.

Bapak, Ibu, sungguh dengan segenap hati ananda minta maaf akan semena-menanya lakuku yang kufur nikmat selama ini. Betapa kerasnya aku selama ini. Sungguh, betapa arogannya aku.

Bapak, sekarang aku tengah berusaha menyanggupi tantangan dari bapak untuk mengurus diri sendiri. Aku janji akan sholat tepat waktu, menjaga pola makan, dan selalu ingat nasihat-nasihat bapak. Terima kasih sudah mengantarku ke mana-mana selama ini. Sekarang, putrimu sudah tumbuh, Pak. Aku bahkan sudah bekerja. Do'akan ya, Pak. Semoga berkah buat keluarga. Meski bapak dan ibu bahkan mengatakan bahwa aku boleh tidak bekerja; tidak harus bekerja. Dan kalian akan tetap menyayangiku sebagaimana biasanya; seluar biasa sedia kala. Tapi, sungguh, aku merasa tidak tahu diri jika tidak bekerja. Aku memang merindukan rumah, tapi rasanya lucu saja jika aku berhenti bekerja hanya karena rindu suasana rumah. Karena kalian sudah membuatku berpendidikan bahkan sampai jenjang S1. Sungguh, aku merasa tidak tahu diri jika menjadi pengangguran terus menerus. Sekalipun kalian tidak mempermasalahkan hal itu. Maka, Pak, Bu, jangan berhenti do'akan aku supaya mampu dan baik-baik saja di tanah rantau.

Bapak, selama ini bapak selalu menasihatiku agar menjadi pribadi yang lebih baik. Untuk lebih bisa menekan dan mengendalikan egoku. Sekarang, aku sudah tidak pemarah, Pak. Aku sudah mulai bisa mengendalikan emosi. Merantau membentukku untuk lebih mengerti tentang hidup. Bahwa dunia tidak hanya tentang sekotak egoku. Aku jadi lebih bisa menghargai yang lain. Dan di sini, sungguh, aku merasakan banyaknya salahku dengan keluarga di rumah. Pak, aku rindu obrolan kita di ruang keluarga. Aku juga rindu masakan ibu. Aku rindu bercerita banyak hal sampai ke hal-hal yang tidak penting dan seringkali diceritakan berulang. Ibu, aku rindu menceritakan semua aktifitasku. Sekarang, saat ada apa-apa banyak hal yang mesti aku pendam. Padahal selama ini, Ibu sudah seperti bagian diriku yang kedua, yang bahkan lebih mengerti aku dibanding diriku sendiri.

Ibu aku rindu senyum lembut ibu menghadapi sifat tantrumku. Bahkan, aku rindu ibu suruh-suruh. Aku rindu sikap adik laki-lakiku yang selama ini membuatku kesal. Ah, jika ingat adik aku jadi merasa banyak salah. Aku sungguh bukan kakak yang baik. Tapi, semoga adik berlapang dada memaafkanku. Dan aku akan berusaha memperbaiki semua yang di masa lalu.
Bapak, aku rindu bapak antar kuliah saat hujan deras padahal bapak sudah sangat lelah sibuk bekerja seharian. Aku rindu nasihat-nasihat hangat bapak. Aku rindu lelucon-lelucon bapak yang kadang-kadang garing tapi tak jarang juga dark dan parah. Aku rindu kita sholat berjamaah sekeluarga. Aku sungguh rindu ibu ganggu saat tidurku sudah terlalu lama, juga saat ibu kesal melihatku dan bapak yang sering ketiduran sehabis maghrib di depan televisi. Kami memang komplotan tukang tidur yang kompak bukan, Bu? Hehe.

Bapak, mungkin bapak memang belum bisa mengajak kami jalan-jalan ke tempat-tempat mewah para orang kaya menghamburkan uang mereka. Tapi, Pak, sungguh, rumah sederhana kita lebih kaya dan tidak bisa dibeli dengan harga berapa pun.
Ibu, aku tengah berusaha menepikan sifat kekanak-kanakanku dan bersikap lebih ramah pada semesta. Ibu, aku sudah jarang memaki sekarang. Ibu aku janji akan berubah lebih dewasa dan belajar mengurus diriku. Ibu, do’akan aku ya. Aku akan pulang, Bu. Aku pasti pulang dengan versi diriku yang lebih baik. Ibu jangan terus-terusan menangis merindukanku. Aku janji akan jaga diri baik-baik. Dan melaksanakan semua pesan bapak ibu. Terima kasih sudah menyayangiku dengan bentuk kasih seluar biasa itu. Maaf untuk semua bentuk salah ananda. Panjang umur, sehat selalu, Bapak, Ibu. Salam untuk nenek semoga lebih sabar menjalani masa tua dan Allah panjangkan umurnya. Karena aku masih ingin membahagiakan dan membanggakan kalian. Dan untuk adik, rajin-rajin ya sekolahnya. Maaf belum bisa jadi kakak yang baik. Namun, semoga adik bisa menjadi anak yang baik. Kakak akan berusaha memperbaiki keadaan ekonomi keluarga kita. Bismillah, kamu tidak perlu khawatir akan biaya kuliah nantinya. Semoga terwujud ingin, dan cita-citamu, Dik.

#GANIA20

Publish: 20/11/23
17.03

Tanah RantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang