Jam menunjukkan pukul 1 dini hari saat Hoba mengetuk pintu kamar Tela, memastikan jika adik sepupunya itu sudah tidur atau belum. Ketika langkah kaki terdengar dan pintu dibuka, Tela muncul dari dalam dengan mata sembab dan hidung merah.
"Kamu belum tidur?" Hoba membawa dua cangkir coklat hangat, Tela sedikit mundur memberi ruang pada Hoba untuk masuk ke kamarnya.
Pria sehangat matahari itu terlihat melempar wajah khawatir pada Tela.
Diletakkannya dua gelas coklat hangat itu pada meja disamping ranjang Tela. Lalu menggeser dua buah kursi menghadap jendela kamar dan membuka lebar jendela membiarkan angin malam menembus ke dalam.
"Hoba?" Tela mendekat untuk memastikan apa yang dilakukan sepupunya itu.
Hoba mengambil kembali dua cangkir coklat hangat yang sempat di letakkan pada meja tadi. Duduk di salah satu kursi yang sudah dia geser dan memberi instruksi lewat dagunya agar Tela duduk di samping.
"Kemari, aku akan menemanimu sampai ngantuk." Hoba menyerahkan cangkir lainnya pada Tela, gadis itu segera menyambut dan duduk disamping Hoba seperti instruksi pria itu.
Hoba hadapkan tubuhnya pada Tela, memperhatikan bagaimana wajah yang selalu dia temui ceria sejak mereka kecil itu berubah menjadi lebih kurus dan pucat.
"Cobalah―" Hoba menyeruput coklat di cangkirnya "Aku membuatnya khusus dengan cinta." diselingi tawa sumbang, Tela menanggapi dengan senyum dan kekehan ringan lalu mulai menyeruput coklatnya juga.
"Terimakasih Hoba." Tela pandang lekat wajah yang sudah menemani dan merawatnya lebih banyak dari dirinya sendiri sejak orangtua Tela meninggal.
"Its okay, aku memang selalu bisa diandalkan." Hoba bawa tangannya untuk mengusap pelan kepala Tela sayang. "Aku berharap wajah sembabmu ini hilang besok pagi Tela." hangat yang Tela rasakan pada tangan Hoba yang mengusap kepalanya. Dia jadi ingin menangis lagi, matanya sudah berkaca-kaca, hidungnya memerah menahan tangis.
"Aku―minta maaf, kamu sampai harus kesini padahal sekolah dancemu di Singapura tidak memberi jadwal libur." Tela ingat bagaimana Hoba tiba-tiba hadir di depan rumahnya beberapa hari lalu dan kabur dari kelas dance.
"Ey! Aku benar-benar memprioritaskanmu. Waktu dapat kabar rumahmu kebakaran aku benar-benar ingin terbang langsung kesini jika saja sedang tidak kompetisi." Menyeruput coklatnya lagi. Jadi aku memutuskan mengejar cepat kelasku agar bisa kabur kesini tanpa diprotes banyak orang hehe."
Ketika Hoba tersenyum dia akan menunjukkan lesung pipi yang terletak sedikit kebawah di pipi sebelah kanannya.
Hoba juga terlihat sedikit lebih kurus dari terakhir kali mereka bertemu, apa sepupunya ini kelelahan mengejar mimpinya menjadi dancer?
"Aku, benar-benar ingin membawamu kembali ke Singapura. Setelah semua yang kamu lewati disini, aku ingin kamu dan aku tidak saling sendirian lagi."
Mereka berdua memang sudah sama-sama tidak punya orang tua lagi. Hoba bertindak sebagai wali Tela dalam segala hal dan dia satu-satunya sepupu yang Tela punya.
Tela memandang lekat pada wajah tampan Hoba yang berubah menjadi khawatir. "Hoba―" dia menggantungkan kalimat "Aku, butuh waktu untuk memikirkan itu."
Hoba tau jika membujuk Tela untuk tinggal bersamanya ke negeri yang jauh bukanlah hal yang mudah untuk Tela setujui. Gadis itu sudah tumbuh dewasa dan mandiri sejak lama. Tetapi Hoba benar-benar ingin melindunginya dan membawa adik satu-satunya itu berada dalam pengawasannya.
"Aku tahu, take your time. Tapi aku sungguh ingin menjagamu tanpa terbatas negara." Hoba akhirnya bawa tangannya melingkupi tangan Tela. Menyalurkan rasa sayang dan khawatirnya yang bercampur menjadi satu malam itu.
YOU ARE READING
Dear Mas Agus (Spin Off)✔️
RomanceSpin Off dari beberapa karakter di Dear Mas Agus. Baca Dear Mas Agus Season 1&2.