Hari ini haidar berada di sebuah danau dekat jl. Dago Bandung.
"Danaunya serasa hampa banget ya? Aku merasa ga nyaman, tapi aneh sekali rasanya seperti orang yang sedang di china." Halu haidar. Suara angin dan air yang mengalir cukup pelan dan sunyi terdengar seperti orang jalan.
Angin yang begitu pelan membawa haidar ke dalam haluan nya yang tampak indah. Haidar hanya berfikir apakah bunda nya masih hidup hingga saat ini, sambil tertawa melihat awan yang berjalan.
Sosok haidar yang kala itu tersenyum manis,namun berubah menjadi lemas dan tak bisa berkata-kata.
"Bundaa.. haidar kangen bunda.." Lirih haidar.
Tak kuasa menahan tangis, haidar pun menangis di depan danau tersebut.
"Bundaa, haidar mau dipeluk bunda." Ujarnya sambil melihat langit sore.
"Bunda janji kan mau sayang sama haidar?" Haidar tetap menangis walaupun dia tau dia adalah laki-laki yang menurut ayahnya tidak boleh nangis jika dia ingin menjadi hebat.
Tapi tangisan tak bisa dibendung lagi, sudah cukup lama haidar menangisi kepergian bunda nya.
Siapa yang takut untuk kehilangan bunda di umur yang masih sangat muda, bahkan haidar saat umur 2 tahun saja tidak tahu bunda nya meninggal, setelah 15-16 tahun lah dia baru tahu.
"Bunda, haidar mohon jaga haidar di atas sana ya bun.. haidar kangen bunda.." ucapnya lirih. Tangisan kian berhenti sedikit demi sedikit.
Tak lama, haidar pergi dari danau itu untuk pergi menemui ayahnya, jakatari sedang menunggu haidar di cafe dekat dengan kantornya.
"Aku harus cepat pergi dari sini, ayah pasti menunggu." Ujarnya.
"Bunda haidar pergi dulu ya? Nanti kalau ada waktu haidar main lagi ke tempat yang bunda sukai, yaitu danau."
Haidar pun menaiki motor dan pergi ke cafe yang ayahnya sudah beritahu.
Cafe itu tak jauh, namun lumayan lah dari danau yang haidar datangi.
Sesampainya di cafe itu, haidar menarik nafasnya dalam-dalam, agar dirinya tidak nervous.
"Haidar, sini nak." Panggil jaka.
"Eh iya ayah." Jawab haidar.
"Sini duduk dulu nak, ayah ingin bicara sesuatu padamu." Ujar jaka.
"Em? Ngomong apa ayah?" Tanya haidar bingung. Jaka pun memulai pembicaraan tentang sesuatu hal.
Haidar sangat terkejut, dan tidak percaya apa yang ia dengar itu seperti nyata.
"Hah? Ayah ingin menjodohkan ku? Bahkan aku masih kelas 11 loh." Tanya haidar. Jaka tak menghiraukan, dia pasti akan melihat putra nya ini berumah-tangga nantinya.
"Ya memang nya ada apa nak? Salah kah?" Tanya jaka.
"JELAS, haidar masih SMA ayah.. belum lulus bahkan belum gapai cita-cita haidar ayah. Itu terlalu cepat untuk haidar." Jawabnya. Haidar tak habis pikir tentang itu, ia pun langsung pulang ke rumah tanpa memperdulikan ayahnya.
'lagian ayah apa-apaan sih, aku kan masih SMA bahkan belum tamat.' Batinnya.
'aneh banget sih, padahal niatnya aku mau banggain ayah karena prestasi ku.'
Rumah kali ini sangat sepi, cocok untuk merenung, bahkan langit saja terlihat mendung padahal tadi langit sangat indah.
Gelap nya langit membawa haidar untuk merasakan kesunyian yang akan datang. Hujan turun sedikit demi sedikit lalu setelahnya membesar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah,Bunda dan Aku - ft. Lee Haechan
Short StorySebuah ruangan gelap yang datang dengan angin kencang yang sangat dingin. Lelaki ini datang pada suatu tempat yang dimana menurutnya tempat itu adalah tempat yang sangat indah. "Indah ya? Tidak ada seorang pun disini, bahkan hantu pun mungkin tidak...