Chapter 1

5 1 0
                                    

Hai semua~ 👋🏻

Maaf, telat upload, karena kesibukan di real life 🥲

Selamat membaca 🥰

****

"Kakak! Kenapa kamu selalu begini? Empat tahun loh, waktu dan biaya yang sudah terbuang! Jangan mentang-mentang sekarang kamu sudah bisa membiayai sendiri terus kamu seperti ini?" protes Ibu kepada anak gadisnya yang saat ini sedang tertunduk, ibu menghela nafas kasar. Bapak yang mendengar berita mengejutkan hanya mengesapkan sebatang rokok yang sedari tadi bapak pegang. "Kakak kenapa baru sekarang mau pindahnya, setelah delapan semester berlalu?" akhirnya bapak membuka suara.

Gadis itu masih diam tak bergeming. "Kalau di tanya tuh, ya mbok di jawab," ucap ibu menahan emosi. Gadis itu mengeluarkan setumpuk dokumen ke atas meja. Ibu mengambil dokumen itu, lalu mengusap wajahnya dengan kasar dan memperlihatkannya kepada bapak. Bapak membaca dokumen itu dengan seksama, ibu sudah tidak bisa menahan emosinya dan menatap gadis itu tajam.

"Jadi, selama ini kamu bohong? Kamu bilang beberapa nilai jelek karena kamu kurang belajar, tapi juga karena kamu sering bolos kuliahnya?" ibu kembali menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Kamu mau jadi apa sih kak? Bapakmu sudah banting tulang untuk bisa menyekolahkanmu tinggi-tinggi tapi malah kamu seperti ini! gak tahu diri ya!" ibu menaikkan suaranya pada kalimat "tidak tahu diri".

"Coba jelasin ini semuanya," ucap bapak membanting dokumen yang dia pegang, diliriknya ekspresi wajah bapak yang saat ini sudah merah, semerah tomat karena menahan emosi. Gadis itu masih diam menunduk, ada perasaan sangat takut dan air mata yang siap meluncur kapan saja. "Jawab kakak!" Bentak bapak dan menggebrak meja. Air mat sudah meluncur ke pipi tembam gadis itu.

Dengan terbata-bata gadis itu menjelaskan, "aku, aku sebenernya udah lama mau berhenti. Aku udah gak kuat memikul jurusan ini."

Ibu mengernyitkan keningnya, "bukannya dulu kamu bilang kalau kamu yakin dengan meneruskan jurusanmu yang sudah kamu dapatkan di SMK?" tanya ibu. Gadis itu menganggukkan kepala, membenarkan pernyatan ibu. "Benar, aku memang pernah bilang gitu. Tapikan sebelum memutuskan itu, aku pernah bilang mau masuk ke jurusan manajemen karena aku kurang cocok ke akuntansi." air mata yang terus mengalir dan dengan terbata-bata gadis itu mengatakan hal tersebut.

"Nah, ya sudah, apa lagi yang mesti di permasalahkan? Pada akhirnya itu keputusanmu kan? Dan ibu juga pernah menanyakannya sebelum kamu benar-benar daftar kuliah bukan?" tanya ibu. Gadis itu masih meneteskan air mata, diusapnya air mata yang terus mengalir dengan tangannya dan mengambil nafas panjang agar bisa berbicara kembali, "Dulu waktu aku memilih manajemen, bapak tiba-tiba membahas itu dengan orang lain. Bahkan orang lain yang bertanya kepadaku "kenapa kamu memilih jurusan iru? apa yang kamu tau soal jurusan itu?" Gadis itu menjeda ucapannya.

"Aku kelabakan dalam menjawabnya, karena aku belum tahu menahu soal jurusan itu, lalu dia memberikan masukan dan bujukan untuk meneruskan jurusan yang sudah aku tempuh di SMK. Saat itu aku melihat wajah kalian," gadis itu kembali menjeda perkataannya karena hatinya terasa sungguh sesak. Semua uneg-uneg yang dia simpan selama ini harus disampaikan oleh gadis itu hari ini.

"Makanya aku memutuskan untuk mengambil jurusan itu secara terpaksa, karena kalian keliatan senang, seakan itu adalah ekspetasi keputusan yang kalian nantikan," semakin deras air mata gadis itu mengalir dan semakin sesak dadanya. "Aku sebenernya udah menyerah sejak semester lima, aku mau banget berhenti saat itu. Tapi aku memikirkan uang yang sudah kalian keluarkan selama empat semester kemarin dan uang masuk kuliahnya," belum selesai berbicara, ibu ingin memotong pembicaraan gadis itu namun di tahan oleh bapak.

"Aku tahu, aku salah, aku tahu ini semua sudah terlanjur, aku tahu ini terlambat. Aku baru mengambil keputusan ini setelah merenungkan dan meminta petunjuk sama Tuhan, dan inilah keputusannya. Aku sudah tidak ingin memperjuangkan ini lagi, aku menyerah, pak, bu," ucap gadis itu sesenggukan, "Tapi kenapa baru sekarang kakak?" ucap ibu sedikit meninggikan suaranya dan mengusap wajahnya dengan gusar. "Karena setelah delapan semester kemarin, akhirnya aku bayar kuliah pakai uangku. Dan mengenai uang, aku janji, aku akan menggantinya. Atau aku akan membantu membiayai sekolah adik-adik," gadis itu sudah ada keputusan yang bulat.

"Terus sekarang kamu maunya gimana?" tanya bapak, "aku mungkin emang selesai di jurusan ini, tapi aku akan tetap melanjutkan pendidikanku dengan jurusan yang aku pilih sampai selesai," ucapnya tegas. Ibu yang merasa sangat kecewa tidak mau menatap anak gadisnya lagi. Gadis itu menghela nafas panjang untuk menetralisir dadanya yang sesak, "maaf, karena selalu mengecewakan kalian. Maaf kalau gagal menjadi seorang anak, dan gagal memberikan contoh yang baik pada adik-adiknya. Jangan patahkan keinginan adik-adik untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi." ucap gadis itu dengan suara yang lemah.

****

Hai semua~ 👋🏻

Terima kasih sudah mau membaca cerita ini, saran dan kritikan boleh banget di sampaikan 😊

Jadwal update 2,12,22
Setiap jam 10.00 WIB 😊

Salam cinta 🫶
Novena

ZELIA WAYNETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang