Sejak tahun 2020 sampai tahun ini, Zelia Wayne bekerja disebuah toko yang bergerak di bidang jasa. Sebuah toko yang menyediakan jasa untuk memanjakan hewan peliharaan tersayang, atau lebih di kenal dengan istilah petshop. Salah satu mimpi yang berhasil ia raih dengan memaksa kedua orang tuanya untuk memberi izin mengambil pekerjaan ini. Yah, lagi pula, orang tua mana sih yang mau anak perempuannya kerja kasar? Bobby selaku ayah dari gadis itu berkata bila pekerjaan sebagai groomer atau tukang mandiin hewan peliharaan itu adalah pekerjaan kasar.
Namun, Zelia tidak mempedulikan hal tersebut dan tetap pada keputusannya untuk mengambil kesempatan bekerja di bidang yang ia sempat mimpikan ketika masih terkurung dalam sarang itu. Sedari kecil Zelia selalu di setir hidupnya oleh Meri, ibu dari gadis itu. Meri mengatur segalanya mulai dari sekolah, baju, makanan, dan keputusan-keputusan lainnya yang sebenarnya bisa untuk di diskusikan.
Mungkin di mata Meri, Zelia masih lebih patuh dari pada adiknya yang tomboi. Tapi, tentu saja Zelia menjalani semua itu dengan setengah hati. Maka tidak heran, tiba-tiba ia sering berhenti di tengah jalan. Di tengah hari itu matahari memancarkan sinarnya begitu terang, sehingga hari itu terasa sekali hawa panas yang menyebar di seluruh daerah Gading Serpong. Dua orang perempuan sedang berbincang di dalam sebuah bangunan berwarna hijau tosca bertuliskan “Gladys Petshop”.
“Kak, Reno ternyata selingkuh anjir!” Pekik Rani teman satu tempat kerja dengan Zelia yang bertugas sebagai kasir. Zelia yang semula sibuk bermain ponsel mengalihkan pandanganya dan menatap Rani yang baru saja datang untuk pergantian shift, “tahu dari mana lu?” Tanya Zelia dengan santai dan meniakkan satu alisnya, dengan segera Rani menyerahkan hasil screenshot bukti-bukti bahwa pacarnya ini menyelingkuhinya.Zelia melihat dan membacanya dengan seksama. Berulang kali gadis itu mengumpat setiap menggeser foto pada benda pipih yang sedang ia genggam ini dan berulang kali pula dia menggelengkan kepalanya dan menghela nafas panjang. “Terus mau lu gimana? Lagi pula ini bukan sekali doang lu menaruh curiga kalau dia selingkuh kan? Tapi apa? Lu masih bertahan sama dia terus kok,” ucapnya dan menyerahkan ponsel kepada pemiliknya.
Rani menerima ponselnya kembali dan duduk tertunduk memainkan jari jemarinya, “gue gak tahu kak, gue bingung. Jujur gue masih sayang sama dia,” belum selesai Rani berbicara Zelia langsung memotong, “tapi dia udah ketahuan selingkuh gimana? Masih mau bertahan? Jangan bodoh jadi perempuan!” Ujarnya berseru. Rani hanya mengehela nafasnya. Rani adalah teman yang ia anggap dekat, mereka sering kali berbagi masalah hidup, mereka sering berbagi overthinking, dan berbagai hal lainnya.
Tidak jarang di saat toko sedang sepi pengunjung, Zelia dan Rani suka melakukan deep talk dengan topik yang tidak terduga. Tak jarang juga, Rani meminta saran kepada Zelia mengenai percintaan, padahal kisah percintaannya juga sama berantahakannya. Pada awalnya, Zelia tidak menyukai Rani, karena menganggap dia adalah tipe orang yang dikit-dikit ngadu dan suka cari muka sama Bos. Tapi lihatlah sekarang, mereka malah menjadi teman dekat. Benar kata quote yang beredar “teman yang awalnya kita anggap akan menjadi musuh, ternyata adalah teman yang mengerti dan dengan senang hati membantumu”.
Tak jarang juga, mereka saling mengingatkan satu sama lain, bahkan menghina satu sama lain, saking gregetnya dengan keputusan atau tingkah salah satu dari keduanya. Seperti saat ini, Zelia sedang marah-marah ke Rani. Zelia merasa kesal padanya, sebab sudah beribu kali dia katakan kepadanya bahwa Reno kekasihnya itu toxic. Tapi Rani selalu berlindung dengan kata “Gue itu gak enakan kak orangnya, dia juga baik kok orangnya,” dan berbagai macam alasan lainnya.
Saat sedang berbebat, saling meneriaki satu sama lain, dan mempertahankan gagasan masing-masing (namun pada akhirnya akan kembali berdamai lagi), seorang pelanggan masuk ke toko kami.Walaupun mereka selalu berdebat, memakii satu sama lain, mereka tidak ada yang tersinggung dan terbawa perasaan sama sekali, karna kalau tidak suka mereka selalu menyampaikan rasa tidak suka itu ke satu sama lain secara langsung.
“Permisi, ada Royal Cat tidak ya?” Tanya seorang pemuda bertubuh tinggi dan berpakaian rapi, yang sepertinya tidak asing di mata gadis itu. Dengan cekatan Zelia langsung mengantar ketempat barang itu disimpan. “Ini kak,” Ucapnya dengan sopan dan tersenyum ramah, pemuda itu menatap Zelia dengan lekat. Karena gadis itu merasa seperti dilihatin orang dengan lekat dan merasa tidak nyaman, Zelia menatap balik pemuda itu. “Ada yang bisa di bantu kak?” Ucapnya lagi dengan sopan, namun beberapa detik pemuda itu masih terdiam dan menatapnya lekat, lalu berkata “Zelia?” Gadis yang namanya tersebut itu merasa bingung bagaimana bisa pemuda yang perawakannya tinggi ini mengetahui namanya?
Sementara di toko ini, setiap karyawan tidak ada yang memakai name tag. Melihat gadis itu kebingungan, pemuda itu membuka maskernya. “Ini gue, Jerico, yang sekelas sama lu, di kelas Manajemen Perpajakan,” jelasnya panjang lebar, Zelia yang memiliki memori pendek dalam mengingat orang lain, apa lagi ia tidak pernah memperhatikan teman sekelasnya siapa saja. Namun, untuk menghargai dan merespon pemuda yang ternyata bernama Jerico ini, dia menganggukkan kepalanya dan tersenyum ramah.“Ada yang mau di cari lagi, em, Jerico?” Tanya gadis itu dengan canggung. “Ah, gue mau cari cemilan buat kucing, yang bungkusnya warna kuning gitu, biasanya nyokap beli yang bungkus gitu sih,” jelasnya. Gadis itu mengangguk dan menunjukkan barangnya, setelah Jerico mengambil beberapa barang yang tadi di beri unjuk oleh Zelia, mereka berjalan menuju kasir bersama untuk membayar barang belanjaan Jerico. “Ada lagi kak?” Tanya Rani selaku kasir kepada Jerico, dan yang di tanya hanya menggelengkan kepala dan menyerahkan kartu debitnya.
Sembari menunggu proses transaksinya, Jerico bertanya kepada gadis yang saat ini berdiri di hadapannya “Jadi, lo kerja di sini?” Tanyanya sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru petshop. Zelia hanya mengiyakannya, dan Jerico hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Setelah proses transaksi selesai Jerico menepuk pelan pundak Zelia dan berkata “Thank you ya, ada salam dari si Jari!”, “makasih mbak!” ucap Jerico kepada Rani yang berdiri di samping Zelia.Zelia yang tak tahu siapa yang di maksud jari oleh Jerico, hanya membalasnya dengan anggukan dan senyuman. Setelah Jerico melenggang keluar dari toko, Zelia dan Rani saling memandang satu sama lain dan sedetik kemudian mereka tertawa. “Lo punya temen namanya aneh banget, masa namanya jari?” Rani tergelak mengingat apa yang di ucapkan oleh Jerico, gadis itu hanya tertawa dan mengangkat kedua bahuku, “gue juga gak tahu anjir!” Tanpa sadar, ternyata dari tadi Jake melihat mereka dari dalam mobil dan sedang senyam-senyum sendiri. Jerico yang melihat tingkah laku temannya hanya bergumam “orang gila!”, dan meninggalkan toko itu.
Sepanjang perjalanan Jake tersenyum seperti orang gila, Jerico yang sesekali melirik temannya dari ujung matanya merasa heran, sekaligus merasa aneh. “Lu kenapa? Gila?” Tanya Jerico dan hanya mendapatkan senyum malu-malu dari Jake. Melihat respon temannya membuat seluruh badan Jerico merinding dan menoyor kepala temannya hingga terbentur kaca di sebelahnya. “Anjing!” Desisnya, “lagian lu senyam senyum kayak orang gila. Serem gue liatnya bangsat! Nanti orang-orang ngira, lu pacar gue lagi gara-gara senyam-senyum sendiri.” gerutu Jerico kepada manusia di sampingnya.
“Bacot lu, fokus nyetir aja udah,” ucap Jake dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela dan kembali tersenyum bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZELIA WAYNE
Teen FictionSosoknya yang misterius, tertutup, membuatku ingin tenggelam lebih dalam kedalam sosok yang penuh misteri itu. Seorang gadis yang laki-laki berambut coklat tua dan bermata hijau ini terjebak dalam penasaran dan berusaha menembus tembok tebal yang te...