Chapter 2

2 1 0
                                    

Laki-laki bertubuh jangkung melipat kedua tangannya di depan dada dan bersandar pada besi yang ada di hadapannya. memandangi sesosok perempuan yang begitu dingin, pendiam dan terkesan anti sosial, namun dia adalah gadis yang matanya selalu menghilang ketika tersenyum, gadis yang memiliki rambut panjang bergelombang yang indah, dan yang paling menggemaskan adalah tinggi badannya. Gadis itu bernama Zelia Wayne. Laki-laki itu terhanyut dalam lamunannya memandangi gadis yang ada di lantai dasar sedang serius membaca buku yang ada di tangan gadis tersebut, melihatnya begitu serius membolak-balikkan halaman demi halaman membuat bibir laki-laki itu melengkung membentuk senyuman manis tanpa ia sadari.

"Hoi, Jake!" Sentak seseorang dari belakangnya sembari menepuk punggungnya cukup keras, dan membuyarkan lamunan laki-laki itu, Jake Jarvis adalah sang empunya nama yang tadi terhanyut dalam lamanunannya. Dan sosok yang menegur Jake adalah teman pertamanya dari tahun pertama dia mulai berkuliah di Indonesia. Jerico Tarigan. "Weits, perasaan tadi bahagia sampai senyum-senyum sendiri kayak orang gila, kok sekarang cemberut sih sayang," goda Jerico mencolek dagu Jake.

Jake langsung mengusap dagunya dengan kasar, "geli anjir, najis lu!" umpatnya kepada Jerico, orang yang diberi makian hanya terkekeh. "Lagi liatin apa sih bro?" Tanya Jerico mengedarkan pandangannya ke lantai bawah. Posisi mereka saat ini memang sedang berada di lantai dua, dan Jake memandangi Zelia dari balkon lantai dua.

Setelah sadar siapa yang sedari tadi temannya perhatikan, Jerico menyenggol lengan Jake dengan sikunya pelan, "Lu lagi liatin cewek yang lagi baca buku ya?" Tanyanya menggoda Jake dengan memainkan alisnya keatas dan kebawah, Jake yang mendengar itu dari mulut Jerico tidak menggubris pertanyaan laki-laki itu.

Dan seperti biasanya Jerico mengklaim diamnya sesuka hati dia. Saat ini, Jerico mengartikan diam Jake sebagai tanda bahwa apa yang di katakannya adalah kebenaran. Padahal memang benar, namun entah kenapa Jake merasa canggung jika harus mendekati Zelia secara terang-terangan. Dengan jahilnya Jerico berteriak dengan lantang "WOI! YANG DI BAWAH POHON PAKAI BAJU WARNA NAVY! TEMEN GUE SUKA SAMA LU!!!" Mendengar kelantangan dan kelancangan yang di lontarkan oleh temannya ini, Jake langsung bersembunyi di balik tembok balkon, dan memukul betis Jerico, "bangsat lu!" umpatnya.

Gadis yang merasa dirinya terpanggil menoleh kearah Jerico dengan wajah datarnya dan kembali fokus pada bukunya. "Wah, langusng di tolak, bre!" Seru Jerico yang sedari tadi sudah di tinggalkan sendirian di balkon itu, karena Jake sudah melenggang pergi dari tempat itu. Jake menenangkan dirinya yang tadi merasa setengah mati menahan malu akibat tindakan bodoh temannya. Saat hendak masuk kelas, seperti biasa Jake selalu membuka pintu lebar-lebar, berdiri di podium depan kelas yang di gunakan untuk dosen mengajar dan menyapa seluruh penghuni kelas saat itu. "Hello everybody! Welcome back with me Jake Jarvis!" Ucap Jake berseru dengan lantang, lalu mengedarkan padangannya pada penghuni kelas dan memberikan senyumannya yang sangat cerah bak sinar matahari.

Dan seperti biasa ada beberapa yang menyapanya balik (biasa di dominasi oleh mahasiswi) dan ada beberapa yang mengabaikannya dan melanjutkan kesibukan masing-masing. Setelah menyapa penghuni kelas, Jake turun dari podium dan berjalan menuju kursi yang sudah menjadi kursi tetapnya. Namun langkah Jake terhenti seketika, ketika gadis yang sedari tadi dia pandangi dari balkon lewat di depan wajahnya dan meninggalkan jejak wangi yang menenangkan dan menyegarkan di satu waktu.

Sial! Kenapa harus sekelas sih? Semoga dia gak inget apa yang di teriakin Jerico, gumamnya dalam hati. Dan lebih mengejutkan lagi, gadis itu duduk tepat di samping bangku yang biasa Jake duduki bersama teman somplaknya. Dengan langkah yang kaku, Jake mendekati kursi itu dengan jantung yang berdetak kencang. Dari belakang Jerico menarik temannya untuk segera duduk karena dosennya sudah datang, "lama! Kayak keong!" Celanya. Jake mengabaikan apa yang di katakan Jerico. Namun, benar kata Jerico dosen di mata kuliah itu memasuki kelas dengan menenteng tas laptop di tangannya.

Sepanjang pelajaran Jake tidak fokus sama sekali, jantungnya tidak berhenti berdetak kencang, sesekali dia mencuri-curi pandang dari sudut matanya ke arah gadis yang duduk di sampingnya. Wangi yang tadi dia hirup kembali teraba oleh indra penciumannya, Jake menarik nafas untuk menikmati aroma parfum yang di pancarkan oleh gadis di sebelahnya.

Jake melihat tangan gadis itu dengan lihai menggambar random di atas kertas yang ada di hadapannya, dengan keberanian yang Jake kumpulkan. Dia berdehem dan mencondongkan dirirnya sedikit kearah kanannya. "Lagi gambar apa?" Tanya Jake, gadis yang awalnya asik dengan coretan di atas kertas itu menghentikan aktifitasnya sebentar dan menoleh ke kiri sesaat, lalu kembali fokus dengan kertas di hadapannya, "random aja," jawab gadis itu memelankan suaranya agar tidak di tegur oleh dosen.

"Baik, jika tidak ada pertanyaan, kita akhiri kelas kita hari ini," ujar Pak Martin dosen manajemen perpajakan, "Jake. tolong validasi ya," titah pak martin, Jake yang merasa namanya dipanggil pun mengiyakan perintah dari sang dosen. Zelia gadis yang tadi duduk di samping Jake langsung melenggang pergi setelah membereskan peralatannya. Jake yang melihat gadis itu terburu-buru menjadi ragu untuk menghentikan langkahnya, jadi di hilangkannyalah kesempatan untuk berkenalan dengan gadis itu

****

Hello~

Gimana kabar kalian? Aku harap kalian dalam keadaan baik dan happy selalu! ☺

Tapi kalau lagi tidak baik-baik saja, gak apa, berhenti dlu, istirahat dulu, tumpahkan emosi negatifnya dulu, baru deh bangkit lagi! ☺

Ah iya, btw HAPPY READING GUYS!! 🥳

Jika ada saran dan kritikan untuk seluruh cerita ini (mungkin covernya, typo, atau lainnya?) Bisa langsung kalian sampaikan di kolom komentar...

See you in 22 Desc 2023
At 10.00 WIB guys...

Salam cinta,
Novena

ZELIA WAYNETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang