Akan ada kalimat-kalimat kasar dan kejadian mungkin akan memicu pembaca.🔞⚠️. Ingat, ini semua hanya bacaan saja, tidak ada hubungannya dengan idol dan apabila ada hal-hal yang menyinggung, tolong diharapkan kebijakan dari setiap yang membacanya. Sekali lagi ini semua hanya karangan, fiksi semata. Terima kasih. Semangat Mley.
___________________🦋🐺__________________
🔞⚠️
Selama masa SMP, Joel setiap hari selalu menghukum dirinya sendiri. Merasa kecil, hina dan tercela. Dirinya selalu ingin mengakhiri hidupnya. Disuatu saat ketika musim hujan ditahun terakhir SMP, dia mulai nekat untuk melakukan perbuatan mengakhiri hidupnya. Dia mulai menggores lengannya sendiri, mungkin dengan perbuatannya itu dia bisa segera menyusuli kedua orang yang paling dia sayangi. Tapi tidak membuahkan hasil, dia pun melakukan percobaan yang lain dengan meminum larutan pembunuh hama yang dibelinya selepas sekolah. Dia pun minum larutan itu dengan sekali tegak. Dan tak lama kemudian dia merasakan panas ditenggorokannya, peluh membanjiri tubuhnya, tenggorokannya tercekat, matanya sudah tidak mampu terbuka dan akhirnya dia pun jatuh bersimpuh dilantai ruang tamunya. Dengan mulut berbusa, Joel kejang dengan hebatnya, dirinya pun sudah tak sadarkan diri. Namun dilubuk hatinya yang paling dalam, dia menangis meminta maaf kepada Tuhan, memohon ampun dan bertanya adakah setitik harapan untuknya untuk bisa hidup dan merasakan kembali sebuah kebahagiaan?. Dan matanya pun tertutup, tubuhnya sudah tidak kejang sehebat tadi. Joel sudah diambang kematian.
Namun takdir berkata lain, tidak lama setelah Joel menutup matanya dan berakhir tak sadarkan diri, diluar sana, terdengar teriakan Abah yang begitu lirih. Menggedor-gedor pintu rumah Joel dengan sepenuh tenaganya yang sudah renta itu. Untung tetangga disekitar rumahnya datang dan ikut serta mendobrak pintu kayu yang lapuk itu, telat sedetik mungkin nyawa Joel tidak akan terselamatkan. Untung Abah datang untuk menanyakan perihal pembayaran ujian akhir Joel. Untung Abah ngotot tidak segera pergi sewaktu Abah mengetuk pintu rumah Joel. Untung Abah mengintip kejendela rumah Joel yang tirainya terbuka sedikit, yang menampakkan keadaan Joel yang sangat mengenaskan.
Sejak saat itu, Abah Umi semakin dekat dengan Joel. Menganggap Joel sebagai anak mereka sendiri. Membiayai pendidikan Joel meskipun Joel mendapatkan beasiswa ketika memasuki SMU unggulan. Abah Umi sekarang satu-satunya orang yang Joel hormati dan sayangi. Melebihi sayangnya dia kepada orang tuanya yang masih hidup tapi keberadaannya entah dimana.
Memasuki SMU, Joel semakin tertutup. Semakin tidak bisa berbaur. Dirinya takut dicemooh. Dirinya takut, kawan-kawan sekolahnya akan mengetahui pelecehan yang dialaminya dan yang akan mengakibatkan dirinya dirundung. Joel menutup diri. Joel hanya menganggap sekolah itu hanya untuk belajar, mengejar pendidikan, bukan untuk bersosialisasi. Joel semakin belajar mengejar mimpinya agar secepatnya dia pergi dari kota ini, terserah kemana hidup menuntunnya, yang penting dirinya jauh dari Bapak dan Mama nya, meski nanti dia akan merindukan Abah Umi tersayang.
Tapi siapa sangka, dirinya yang tertutup itu malahan mendapatkan gunjingan-gunjingan dari kawan-kawannya bahkan juga dari guru-gurunya. Tidak sedikit yang menganggap remeh dan aneh kehadiran Joel. Anak beasiswa, si orang miskin, bisa-bisanya masuk ke sekolah unggulan yang rata-rata dihuni oleh anak-anak dari orang tua pejabat ataupun pengusaha. Guru-guru pun kadang pilih kasih dan melemparkan setiap hal-hal yang rumit kepada Joel. Misalkan tugas-tugas piket ataupun Joel kadang disuruhnya untuk membersihkan toilet atau ruang guru disaat pulang sekolah, dengan alasan Joel sudah terbiasa dengan hal itu.
Kadang pula, Joel dijahili oleh kawan-kawannya dengan mencoret-coret meja tempat ia belajar, sehingga berakhirlah ia dihukum oleh Gurunya dengan membersihkan toilet atau gudang sekolah. Joel ingin sesekali melawan, bukannya Joel lemah tapi Joel selalu mengingat nasehat-nasehat yang diberikan oleh Kakek Nenek nya dahulu. Tapi kejahilan itu tidak setiap saat dia rasakan, meski begitu kadang rasanya ia ingin berteriak.
Dua bulan sebelum Hanenda menjadi guru disekolahnya, disuatu malam Joel dikejutkan dengan kedatangan Bapak yang Joel kira dirinya tidak akan pernah ditemuinya lagi. Dimalam itu, Bapak yang dalam keadaan mabuk, datang dan mengamuk dirumahnya. Bapak mulai menghina hidup Joel yang notabene anak kandungnya sendiri. Bapak mencaci maki diri Joel, dengan perkataan yang sulit dicerna oleh hati dan pikiran. Bapak menuduh Joel sebagai anak durhaka yang menyebabkan Bapak masuk penjara, kehilangan pekerjaan dan jadi buronan orang-orang bayaran rentenir. Bapak hilang kendali dan mulai menghantam Joel dengan balok penutup jendela yang ditemuinya didapur.
Tapi saat itu Joel sudah bisa melawan. Joel sudah bukan anak kecil kurus tanpa daya kekuatan untuk sekedar bertahan apalagi untuk melawan. Joel sudah besar, tumbuh tinggi dengan badan yang tegap. Hasil tempaan bekerja mengangkat apapun dipasar setiap sabtu dan minggu. Joel sudah bisa bertahan dan melawan. Hampir saja Joel terkena hantaman balok dikepalanya. Joel menghempaskan balok itu dan mengusir Bapak dengan mengancam melaporkan ke polisi dan orang bayaran rentenir. Bapak yang kaget akan perlawanan Joel, segera pergi meski begitu dia sempat mengutuk Joel dengan berbagai sumpah serapah.
Hari itu Joel meski bersimbah darah akibat hantaman dari Bapak, tapi Joel bisa bernafas lega. Sekarang Joel sudah bisa bertahan dari amukan Bapak, meski belum sekuat tembok tapi setidaknya luka kali ini tidaklah terlalu dalam. Walaupun luka dihatinya tidak akan pernah sembuh mungkin untuk selamanya.
Joel mengira selepas dirinya sembuh dari luka hantaman Bapak, ia akan terbebas dari ujian hidup. Ternyata takdir berkata lain, hari itu Mama nya datang bersama dengan seorang lelaki yang dikenalkannya sebagai suami baru Mama nya. Joel kaget bukan main. Ujian apalagi ini Tuhan yang Joel bakalan hadapi. Tidak henti-hentinya cobaan datang menerpa hidup Joel. Belum sembuh luka yang dia alami, dirinya kembali diterpa badai.
Mama nya menginginkan surat akta rumah Kakek yang diberikan Kakek untuk Joel bukan untuk anaknya alias Mama nya. Saat itu juga Mama dan suami baru nya itu mengamuk sejadi-jadinya. Membongkar setiap sudut rumah Joel, mencari letak keberadaan surat berharga itu. Joel yang baru pulang dari bekerja di warung Abah sangat terkejut melihat rumahnya acak-acakan tidak berbentuk.
Bahkan Joel semakin kaget dengan pernyataan dari Mama dan suami baru nya itu, mereka berdua ingin Joel segera angkat kaki dari rumah tersebut, karena calon pembeli rumah Kakek sudah ingin datang melihat kondisi rumah Kakek.
Joel meradang. Joel sudah tidak sanggup lagi. Joel mengamuk sejadi-jadinya. Diamuknya Mama dan suami barunya itu. Joel pun akhirnya dipukuli oleh suami baru Mama, luka yang belum sembuh kembali terbuka. Tapi Joel tidak gentar, Joel makin seperti kesurupan. Mengamuk, memaki, dan menghantam siapapun yang menghalanginya.
Untung Abah dan beberapa tetangga datang untuk meleraikan pertengkaran itu. Lengan Joel semakin mengeluarkan darah segar. Nafas Joel terengah-engah. Emosinya belum stabil. Joel naik pitam. Bagi Joel tidak ada yang boleh menyentuh rumah peninggalan Kakek Nenek. Apapun yang terjadi, rumah Kakek Nenek jangan sampai dijual atau dipindah tangan kan. Joel tidak masalah kalau Joel yang dihina. Tapi jangan Kakek Nenek yang sangat baik dan penuh kasih sayang itu. Joel semakin tidak habis pikir, kenapa Mama nya yang anak kandung Kakek Nenek bisa jahatnya sedemikian rupa. Sampai tega ingin menjual satu-satunya harta dan kenangan dari Kakek Nenek. Kenapa Mama sangat jahat, bisa mengatai orang tua kandung nya. Joel saja yang bencinya minta ampun ke orang tua nya tapi dirinya tidak pernah mengatai dan menyumpahi mereka. Ini hanya karena harta, Mama menjadi sangat jahat.
Hari-hari Joel penuh drama, tidak satu hari pun terlewati dengan kesedihan. Akan kah hari bahagia itu tiba? Untuk dirinya? Atau kah kembali menjadi angan-angannya saja.
🦋🐺
KAMU SEDANG MEMBACA
Syama Artjuni
FanfictionHanenda - Joel, didalam sebuah utasan kelam semesta. Mereka hanya inginkan kisah mereka laksana Asmaraloka tapi sayang norma diatas asmara. Mereka tak punya kuasa untuk melawan takdir Pemilik Kehidupan.