Jalan setapak yang mereka susuri tak seramai Jakarta biasanya, mungkin dikarenakan hujan yang sempat menyapa beberapa waktu lalu membuat para sukma memilih berleha-leha di rumah masing-masing. Dihitung sudah 3 cerita yang Hara dongengkan perihal doku kuno kepada Otka. Gadis itu mendengarkan dan sesekali bertanya.
Meski berjalan berdampingan tanpa bergandeng tangan, siapapun yang melihat mereka asik dengan dunia sendiri pasti akan berspekulasi jika keduanya memiliki hubungan lebih dari teman. Karena selain terlihat serasi, dua insan itu terlihat saling melengkapi.
"Hahaha, serius lo pernah kena tipu?" Tawa Otka pecah tatkala Hara menceritakan pengalamannya mendapatkan uang koin Rp.100 yang dicetak pada tahun 1973 itu.
Hara balas dengan anggukkan beserta kekehan kecil, "duarius malah. Waktu itu gue masih awam soal uang kuno, jadinya belum bisa bedain mana yang asli sama mana yang boongan."
Masih dengan sisa tawanya, Otka lantas bertanya kembali, "terus lanjutannya gimana?"
Maka Hara melanjutkan ceritanya. Lalu sangking asiknya mengobrol, keduanya tak sadar sudah berjalan jauh sekali sekitar setengah jam-an. Tak ingin membuat Otka kelelahan lagi, Hara menunjuk salah satu angkringan yang berada di sebrang jalan, mengajak Otka makan disana.
"Mampir ke angkringan sana dulu, yuk?"
Otka melihat arah yang Hara tunjuk, mengangguk menyetujui. Setelahnya Hara langsung menggenggam tangan Otka untuk menyebrang, tanpa menyadari jika Otka sempat kaget sekejap lalu jantungnya berdegup keras tak karuan.
Sesampainya di angkringan pun Hara belum juga melepaskan genggaman tangannya, di sisi lain Otka yakin wajahnya sudah semerah tomat. Ia bahkan tak fokus dan tidak menjawab pertanyaan dari Hara yang bertanya Otka ingin makan apa saja.
".. Ka.. Otka, hei."
Otka mengerjap mendapati Hara sudah melepaskan genggaman tangannya, beralih menyadarkan ia dari lamunan. Menoleh dengan tatapan bingung, "ya?"
Senyum merekah di wajah rupawan Hara, menggemaskan melihat Otka yang kebingungan dengan rona merah muda di kedua pipi lucunya. "Mau makan apa aja?"
Otka mengalihkan pandangannya ke depan, menghindari tatapan dalam Hara. Menunjuk asal makanan di depan pura-pura tak terlihat salah tingkah.
"Itu aja?"
"Eum, itu aja."
Hara beralih berbicara pada pedagangnya, seusai itu mengajak Otka duduk lesehan di tempat kosong yang sudah dialasi karpet. Disana mereka duduk berhadapan.
"Tadi kan gue udah cerita banyak soal doku kuno. Kali ini giliran Otka yang cerita, dong." Seperti biasa Hara selalu bisa membuat hubungan mereka tidak canggung. Walau mustahil bagi Otka untuk tidak gugup karena baru saja mendengar namanya disebut Hara.
Ia sempat berdeham sejenak sebelum angkat suara. "Cerita apa coba, keseharian gue terkesan monoton dan nggak ada yang menarik."
Hara mengernyit tidak terima, "itu kan kata lo. Belum tentu kata gue juga begitu, karena gue aja belum denger cerita lo sama sekali. Kalo memang keseharian lo monoton, coba ceritain hobi lo atau apapun yang lo gemari ke gue."
"Nah, kalo cerita itu yang ada lo mumet karena gue bakalan nyerocos terus." Ujar Otka mencoba memberitahukan Hara bahwasanya jika ia sudah bercerita hal yang digemarinya, Otka tak akan berhenti dengan mudah.
Senyum Hara mengembang. "Lo juga dengerin semua apa yang gue omongin soal doku kuno yang super ngebosenin itu." Katanya sambil tertawa, seraya melanjutkan sembari menatap ke arah Otka. "Masa dengerin hal kesukaan lo bikin gue mumet, sih? Jelas nggak mungkin, karena gue nggak mau melewatkan satu fakta kecil apapun tentang lo."
Otka kehabisan kata-kata, seharusnya ia terima saja dari awal ketika Hara memintanya untuk bercerita tentang hal yang ia sukai. Karena jika begitu, pikiran serta hatinya tidak akan sekacau sekarang.
"Mas, mbak. Ini pesanannya." Kedatangan pedagang angkringan yang mengantarkan makanan menginterupsi kegiatan mereka, Otka mengambil nafas sedalam-dalamnya ketika Hara sudah tak lagi memperhatikannya.
"Terima kasih, bu."
"Sama-sama, mas. Silahkan dinikmati."
[ Selamat Tinggal ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat Tinggal [Hiatus]
Short Story"Untuk kamu yang melebihi ekspektasi, ku ucapkan terima kasih dan selamat tinggal." Seri pertama dari : Song Becomes Story Disclaimers : - Bahasa - Harsh words - Short story - Songlit - Typo 🎶 Lagu yang bersangkutan : Selamat Tinggal - Virgoun ft...