21. Dua Jiwa Terluka [Revisi]

45 8 2
                                        


Pukul 17:00

Hari kian petang, hiruk pikuk perkotaan masih padat dipenuhi wajah-wajah lelah.

Di kafe, Niko dan Kouko masih berada di sana, sesekali mata keduanya melirik ke luar jendela, melihat apa yang sedang terjadi di luar.

Dua gelas milkshake stroberi dan sepiring red velvet habis, menyisakan kisah manis.

Saat Niko menatap ke depan, dia melihat sesuatu yang sangat indah.

Kouko.

Gadis itu masih menatap ke luar jendela, wajah dan rambutnya diterpa cahaya oranye, membuatnya berkilau.

Niko meneguk ludahnya, membuka obrolan. "Kouko,"

"Iya?" Kouko menoleh dengan wajah polosnya yang khas.

"Masih mau di sini?"

Kouko menoleh ke luar jendela, lagi, lalu bertanya pelan, "Kamu mau pulang? Ocha mencarimu, ya?"

"Ya... enggak sih, soalnya udah sore,"

"Baiklah," gadis itu kembali menatapnya, mengangguk dengan senyuman lembut. "Ayo pulang,"

"O-Ok.."

Keduanya pun bangkit dari kursi, berjalan menuju pintu keluar kafe. Udara sejuk di dalam, berganti sedikit hangat di luar, dan juga lebih ramai.

Dalam kerumunan para pejalan kaki, Kouko menarik bagian bawah kemeja Niko, memastikan laki-laki itu tidak hilang dari pandangannya.

Setelah beberapa ratus meter, Niko menghentikan langkahnya, membuat Kouko bingung.

"Niko? Kenapa?"

Niko diam, menatap ke samping tanpa berkata-kata.

"Niko?" Kouko mulai cemas, merasa ada yang salah. "Kamu sakit?"

"Tunggu di sini bentar, ya?"

"O-Ok.." Kouko pun melepaskan cengkeramannya, dan Niko segera melangkah ke suatu tempat.

Kouko terdiam di tempatnya, menatap punggung Niko yang kian menjauh. Sekarang... dia merasa kesepian di kerumunan itu.

Kala menunggu Niko, sesuatu menghampirinya. Siapa?

Anak-anak dari sekolah lain. Jumlah beberapa orang.

"Eh.. adek, sekolah mana?" 

Kouko tak menanggapinya, mengubah wajahnya acuh tak acuh.

"Sombong, ya?" goda yang lain.

Hening.

Kouko yang kini ada ditengah-tengah kerumunan laki-laki itu, hanya bisa menantikan kedatangan Niko, berharap dia segera tiba.

Namun..

"Nama kamu siapa?" seseorang merangkulnya, membuat rahang Kouko mengeras, tangannya mengepal kuat, dan pada akhirnya...

Bruk!

Satu pukulan telak di perut laki-laki itu, sontak membungkam semuanya.

Dari luar, dia memang seperti gadis cantik yang lemah lembut, tapi di dalam... dia adalah singa.

"Mau lagi?" tanya Kouko, tangannya masih mengepal.

"Ng-Nggak, sori!"

Kouko menghentakkan kakinya, memberi gertakan. Dan... mereka lari ketakutan, dengan wajah pucat.

Niko yang kala itu baru keluar dari toko roti, sempat heran melihat segerombolan laki-laki yang lari terbirit-birit melintas di depannya.

Dalam benaknya: Lah, ada apaan? 

Forbidden Book [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang