20. Date

2.6K 222 26
                                    

Dia adalah pelangi ceria, selembut awan, sesekali tampak seperti langit biru, Aurora itu hijau dan ungu, tapi aku baru tahu kalau ternyata dia bisa seindah itu.

Dante Andromeda.

-

"Gue nggak bisa!"

Dante sudah bisa menebaknya, dia sudah tahu bahwa akan jadi seperti ini akhirnya.

Yah meski, ini masih sangat awal untuk dibilang sebagai akhir, sesi belajar yang direncanakan oleh Bu Lasmi yang pertama kali ternyata harus berakhir secepat ini karena alasan yang konyol.

"Gue butuh gula, huek seriously mau muntah rasanya! Nggak tahu ini apaan tapi yang jelas gue butuh gula!"

Dari awal Dante tidak setuju dengan ide buruk itu. Menjadi guru dadakan untuk si biang kerok Aurora Jasmeen.

Dante membuang napas, dia tidak terlihat begitu terkejut, hanya belum bisa terbiasa.

"Sana cuci muka," kata Dante, membalas protes Aurora yang belum juga rampung menggarap 1 soal matematika sejak 30 menit yang lalu. "Gue kasih waktu 5 menit buat istirahat, habis itu gue jelasin penyelesaiannya."

Aurora mengernyit, cewek yang memakai pakaian rumah serta bando berwarna merah muda itu menegakkan punggung.

"Biar apa?" tanyanya.

"Biar otak Lo encer dikit," balas Dante santai.

Aurora meringis kesal, dia melipat tangan di depan dada, awalnya Aurora mengira kalau menerima saran Bu Lasmi untuk belajar bersama Dante bukanlah hal yang buruk, bisa jadi asik, bisa tambah dekat sama pacar, tapi ternyata bukannya pacaran seru, dia malah jadi tawanan, harus terus menatap buku dengan banyak angka dan simbol selama puluhan menit.

Sungguh, Aurora tidak pernah merasa sepening ini seumur hidupnya.

Aurora tidak pernah berpikir... Eh maksudnya, Aurora tidak pernah dipaksa berpikir hingga seperti ini, gula darah di tubuhnya seakan anjlok, matanya berkunang-kunang dan badannya lemas.

"Mana ada cuci muka bikin otak encer, Dante. Yang paling tahu kondisi tubuh gue ya gue sendiri, dan sekarang gue bener-bener butuh gula," sahut Aurora, dia menunjuk buku besar yang ada di meja, mengetuknya dua kali. "Nggak mudeng, nggak paham!"

Setelah mengatakan itu Aurora pun berdiri, dia menuju kamar tidurnya, meninggalkan ruang televisi yang penuh buku dan juga Dante.

Dante menghempaskan bolpoin dari tangannya. "Ck!"

Hanya dengan waktu 10 menit Aurora berhasil berganti baju lengkap dengan tas kecil yang terselampir di pundaknya serta kamera sebesar telapak tangan di genggaman.

Sepertinya dia berniat membuat video untuk vlog atau apalah itu.

Yang membuat Dante heran adalah, Aurora berdiri di sampingnya sembari mengulurkan tangan, matanya berbinar-binar, bibirnya melengkung tersenyum, terlihat menunggu.

"Ayuk!"

"Apa?" Sahut Dante meski dia sudah tahu apa maksud Aurora. "Lo nggak bermaksud bikin gue ikut pergi, kan?"

Mengajari Aurora belajar saja sudah cukup sulit, Dante tidak ingin kembali membuang waktu untuk menemani Aurora pergi makan kue dan berjalan-jalan dengan alasan menambah gula.

"Bersosialisasi itu penting Dante," ujar Aurora. "Sesekali ke cafe buat ketemu orang, lihat lingkungan sekitar, berada di keramaian nggak akan bikin Lo meriang, Ayuk, harus ikut kalo nggak mau gue aduin ke Bu Lasmi."

Sexy NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang