00:07

78 50 123
                                    


"Aku pergi, kabari kalau sudah siap menembak kepala ku ya, Yah,"
- Tarendra Bumantara

"Cih, dingin banget. Padahal kalo cemburu, tinggal bilang aja,"
- Edelweis

✿✿✿

Rendra sedari tadi berjalan di belakang Kakaknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rendra sedari tadi berjalan di belakang Kakaknya. Semenjak keluar dari ruang interogasi itu ia tak berani berucap lebih dulu. Karna, kakaknya ini lebih menakutkan dari detektif yang mengintrogasi nya tadi. Ia yakin, tak lama lagi kakaknya akan membentak dirinya

1... 2... Rendra menghitung dalam hati. Lalu melanjutkan hitungan nya "tiga," lanjutnya

"Rendra!" Bentak Raina

'Nah, kan' batin Rendra berucap

"Bisa gak sih sekali aja jangan bikin masalah?!" bentak Raina dengan muka yang merah karena amarahnya

Rendra tidak menggubris pertanyaan Kakaknya. Dia paham betul, Raina begitu karena dia peduli dengan dirinya.

"Iya-iya, eh tapi Ka, asli lo keren banget tadi. Langsung diem tuh si detektif muka tembok" puji Rendra

Yang dipuji pun senyam-senyum bangga. "Emang iya? Gue sekeren itu tadi?" kata Raina berbalik tanya sembari tersenyum bangga. Yes. Rendra sukses membuat Raina tidak jadi marah padanya.

Rendra mengangguk. "Dia mantan lo Ka? Kayaknya lo dendam banget sama detektif tadi," Rendra meledek kembali

Mampuslah, Rendra sendiri yang membangkitkan emosi ndoro yang kesabarannya setipis tisu itu.

Raina menggeplak kepala adiknya itu. "Sembarangan kalo ngomong. Bukan urusan lo itu. Gue cuma minta lo gak berurusan lagi sama dia Ren, jangan bikin gue mati muda gara-gara ngomel mulu sama lo. Udah ah, gue cabut," jelas Raina dan pergi lebih dulu dengan mobilnya

Nye nye nye nye
Rendra yang mendengar ocehan itu hanya mencibir dan tidak menghiraukannya.

Dia dan Kakaknya memang seperti itu, layaknya saudara lain, saling bertengkar namun peduli. Bagi Raina, orang yang menyentuh keluarganya berarti memang ingin mencari masalah dengan dirinya. Dan sialnya, Raina memiliki adik yang hobinya buat onar setiap hari

PLAK!

"Mau jadi apa kamu, hah?!" suara bariton yang menggema ruangan itu terdengar. Itu suara Ayah Rendra, tentu saja Rendra sudah bisa menebak ini akan terjadi. Mana ada orang tua yang tidak marah, ketika anaknya menjadi tersangka pembunuhan selama 48 jam?

"Aku gak ngelakuin!" jawab Rendra yang tak kalah membentak

Keduanya hening. Bukan karena mereka tak bicara lagi, namun karena Rendra sudah ditodong pistol di depan wajahnya

Rendra masih diam. Dia sudah hafal betul sifat Ayahnya ini. Ia dan Raina dibesarkan bukan dengan kasih sayang, namun dengan didikan yang keras. Bagaimana tidak? Ayahnya ini seorang yang mudah membunuh siapapun di depan matanya. Tentu saja, ia ketua Gangster yang bahkan namanya masih menggema di udara.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 25, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Imperfect Love Where stories live. Discover now