Makan malam tersebut adalah makan malam yang mengesalkan baginya , karena ayahnya terus menerus mengatakan pada Jennie . Bahwa Jennie harus mengajarkan Lisa untuk terbiasa tampil di depan layar .
Bahkan , dentuman melodi dari pemain musik yang sengaja di bawa Ayahnya , tidak cukup membuat perasaannya membaik .
Ayah Lisa melakukannya , karena menyayangkan cara anaknya yang terus menerus menutup diri , sehingga orang tidak bisa melihat wajahnya yang sempurna .
Ayah Lisa , adalah seseorang yang bangga karena memiliki anak seperti Lisa , sudah sewajarnya dia bersikap seperti itu .
Tapi , tanpa siapapun ketahui . Ada alasan lain yang dimiliki ayah Lisa , kenapa dia begitu ingin anaknya tidak menjadi pribadi yang tertutup .
"Terima kasih untuk makan malamnya paman" Jennie membersihkan mulutnya dengan selembar tissue , lalu memberikan senyum terbaiknya yang membuat Lisa kini memalingkan muka "Aku sangat berterima kasih"
'Aish , kenapa dia harus tersenyum seperti itu'
"Aigoo Jennie-ya , kenapa kau begitu sopan ? Kau membuat ku semakin ingin menjadikan mu sebagai menantu , hahaha . Bagaimana makanannya , apa kau menyukainya ?"
Lisa menatap Ayahnya dengan terkejut , sedangkan Jennie terlihat malu seolah dia tidak mempermasalahkan apa yang dikatakan Ayah Lisa .
"Ya Paman , tentu saja aku menyukainya . Kau sudah menyiapkan segalanya dengan baik"
'Di tambah , aku memiliki pemandangan yang baik karena anak mu ada disini . Walaupun aku masih merasa kesal , tapi rasanya kesal ku sudah banyak berkurang'
"Syukurlah kau menyukainya"
Lisa terus mencoba melirik Jennie dari ujung matanya , karena yang dilirik mengetahui ini , dia sengaja untuk terus menunjukkan senyum anggunnya , serta tawanya yang terdengar indah di telinga Lisa .
'God , bagaimana bisa kau menciptakan wanita seindah ini'
"Hei , kenapa kau terus melirik Jennie seperti itu ? Kau membuatnya takut" Ayah Lisa menegur sambil tersenyum penuh arti .
"Hah , a-aku maaf-"
"Tidak masalah Lisa , aku sudah terbiasa untuk mendapatkan tatapan dengan cara apapun"
'Tetapi , meski aku sudah terbiasa , aku masih tetap terlena dengan lirikan mu' Jennie membatin .
Ayah Lisa tertawa bahagia , dia berpikir rasanya mungkin tidak sulit untuknya agar melihat mereka berakhir bersama . Hanya saja , untuk mencapai itu , dirinya mungkin perlu memberi dorongan pada anak semata wayangnya tersebut "Kalau begitu , untuk mengakhiri malam yang indah ini , dan agar kita tidak menyia-nyiakan para pemain musik . Mau kah kau berdansa dengan ku Jennie ?"
Cara Ayah Lisa untuk mengajak Jennie berdansa begitu sopan , dia berdiri lalu mengangkat tangannya meminta Jennie untuk menyambut dengan senang hati .
"Tentu saja Paman" Jennie menerima tangan Ayah Lisa lalu berdiri .
"Appa!"
"Apa ? Apa kau ingin menari bersama Jennie , kalau begitu mengantri lah" Ayah Lisa sengaja berbicara seperti itu untuk melihat reaksi anaknya .
"Lanjutkan saja , aku hanya ingin mengingatkan untuk berhati-hati ketika melakukannya , jangan mempermalukan Jennie , aku takut kau hanya akan mendorongnya hingga terjatuh atau kau akan di tompang olehnya ketika terpeleset oleh sesuatu" Lisa kemudian melirik Jennie yang sedang menatapnya .
"Yaa ! Dasar kau! Kau tidak perlu mengkhawatirkan apa yang di katakan Lisa , aku sangat berpengalaman dalam hal seperti ini"
"Aku tidak mengkhawatirkannya , aku yakin Paman jauh lebih pandai dalam hal ini" Jennie akhirnya di bawa ke tengah-tengah dan memulai berdansa bersama Ayah Lisa .
KAMU SEDANG MEMBACA
Together
FanfictionMemiliki kesukaan dan ketidak sukaan yang bertolak belakang , harus membuat mereka menyimpan perasaan mereka masing-masing . Hanya karena alasan ini , mereka harus menahan semua rasa sakit saat tidak bisa menggapai orang yang di sukainya . Tetapi...