Waktu berlalu mengiringi aktivitas Lilian, baik di dunia game yang penuh warna dan kegembiraan, ataupun dunia nyata yang terasa begitu membosankan.
Perkejaan yang dia lakukan selalu sama, terkadang mendapat pelanggan baik yang menghargainya. Namun tak jarang ia juga menemui pelanggan menyebalkan yang selalu ingin mencari kesalahannya. Rekan kerjanya pun hanya menjadi rekan saja, tak ada satupun yang benar-benar dekat untuk menjadi teman. Sisi baiknya adalah mereka tak pernah mencoba menyakiti Lilian secara fisik, hanya beberapa bisikan tak enak yang pernah Lilian dengar.
Semua itu berbanding terbalik dengan hidupnya di dunia game. Dia merasa seperti berada di rumah dengan kehangatan dan ketenangan, semua teman memperlakukannya dengan baik, mengajarinya dengan penuh kesabaran meskipun kadang sedikit menyebalkan.
Tebakan dari Apin beberapa bulan yang lalu juga menjadi kenyataan, Lilian menjadi salah satu pemain terbaik di server, levelnya bahkan lebih tinggi dari Vim yang merupakan ketua di grupnya. Beberapa barang langka juga dia dapat temukan dengan cukup mudah, meski begitu ia tetap berbagi dengan teman-temannya.
Namanya, Kue Bulan cukup terkenal akhir-akhir ini karena dia menemukan barang paling langka di game. Banyak diantara pemain yang ingin mengenal Lilian lebih dekat, tetapi Lilian selalu menjauh, takut jika ekspetasi mereka terlalu tinggi dengan kehidupan nyata Lilian.
Hanya Vim, It's Not Jennie, Apin, dan Pita Pink yang mengenalnya secara pribadi. Bahkan sekarang mereka telah bertukar kontak dan sering mengobrol bersama dan saling mengungkapkan isi hati. Namun mereka belum pernah bertemu di dunia nyata.
Bagi Lilian itu sebenarnya sudah cukup, hubungan pertemanan yang dia jalani lewat internet membuat hidupnya menjadi lebih baik. Lilian kini memiliki harapan, tujuan, dan kebahagiaan untuk hidup.
Adiknya, Devan ikut mendukung Lilian, begitu juga Lilian yang mendukung adiknya meski hanya dari sambungan telepon dan pesan.
Siang ini cuaca sangat panas, para pelanggan cenderung memesan minuman dingin. Lilian yang juga haus meminta air putih dingin pada rekan kerjanya. Dia duduk di pojok dapur, meminum air dingin itu hingga habis.
Tak lama tubuhnya merasakan getaran, ponsel yang dia senyapkan menampilkan telepon dari seseorang. "Halo!" Lilian mengangkat telepon itu dengan ceria.
"Kau ada di tempat kerjamu?" tanya seorang pria dari seberang telepon.
"Iya, memangnya kenapa? Jika ini tetang game, sudah kubilang, aku tak ingin menjual trisula langka itu." Mengelap keringat, Lilian kembali meminta air dingin pada rekan kerjanya.
"Tidak! Bukan itu, kami mau berkunjung ke tempat kerjamu."
"Eh!? Kapan?" tanya Lilian dengan alis berkerut merasa heran. Dia meminum air dingin yang sudah berada di tangannya.
"Sekarang!"
"Uhuk!" Air yang baru saja masuk ke mulutnya dikeluarkan lagi. Rekan kerjanya yang terkejut segara menghampiri Lilian. Namun bukannya dibantu, Lilian justru dimarahi dan diminta kembali bekerja.
Teleponnya dengan Vim kini sudah matikan dan tiba-tiba muncul pesan dari adiknya, "Kakak ada di tempat kerja kan? Aku sedang di sini! Bawakan aku minuman cepat, aku haus!"
"Devan juga di sini?" Setelah melihat pesan itu Lilian berlari keluar dari dapur.
Matanya melihat keberadaan sosok tak asing saling berbicara satu sama lain. Sang adik dan keempat temannya bermain game duduk di meja yang sama, mereka berbincang dengan akrab seperti sudah saling mengenal.
"Kalian!?"
"Kita juga baru tau tenyata Katak Lompat ini adikmu," ucap Apin atau nama aslinya Afin.
"Dunia itu sempit ya." Andrew alias Vim berkomentar singkat.
"Bisa kita pikiran itu nanti saja? Bawakan aku minuman dingin yang segar, aku sangat haus," ucap gadis dengan baju pink yang tak lain adalah Pita Pink, memiliki nama asli Vinaya.
Ucapannya itu setujui oleh gadis di sampingnya, Jenna dengan nama karakternya It's Not Jennie.
Lilian tersenyum lebar melihat teman dan adiknya berkumpul. Dia segara pergi dan mengambilnya minuman dingin untuk diminum bersama.
Mereka saling berbincang mengenai banyak hal. Tawa dan kebahagiaan terlihat dari wajah mereka, menggambarkan hubungan baik seperti keluarga.
Impian Lilian untuk mendapatkan teman dan dihargai, kini telah tercapai. Hubungan yang dia jalani tak hanya melalui dunia game saja. Namun juga dunia nyata.
Perkembangan teknologi yang semakin canggih menyatukan dan menghubungkan orang dari jauh, lalu mendekatkan mereka, menjadikan hubungan itu semakin kuat. Lilian sangat bersyukur berada di masa ini, di mana ia dapat dengan mudah mencari teman yang cocok dengan hobi dan minatnya tanpa melihat kekurangan yang Lilian miliki.
****
Tamat!