BAB II : Dunia Baru, Cerita Baru

1 0 0
                                    

Gambar lingkaran memutar di sudut layar ponsel. Tak butuh waktu lama pemuatan game pun selesai, menampilkan menu yang cukup beragam. Tanpa basa basi Lilian segera menekankan pilihan, "Mulai game."

Setelah memilih server yang diinginkan, Lilian diperlihatkan oleh tampilan pembuatan karakter game. Mulai dari nama, bentuk wajah, gaya rambut, sampai cara berpakaian dapat diubah sesuai dengan keinginan pemain.

Gadis itu membuat karakter yang ia inginkan. Rambut biru panjang dengan mata biru menenangkan membuat karakter Lilian begitu cantik. Ia sedikit merasa iri dengan karakter yang ia buat sendiri. Terakhir ia menambahkan nama "Kue Bulan" pada karakternya.

Tersenyum puas dengan karakter yang dia buat, Lilian melanjutkan untuk memasuki game tersebut. Setelah menunggu beberapa detik, sebuah cut scene muncul menceritakan kisah dari game RPG ini. Sebuah cerita sederhana yang membangkitkan ingatan masa lalu Lilian yang hobi bermain game.

Cut scene selesai dan Lilian dibawa menuju ke tutorial. Dia melewati tutorial itu dengan baik karena meski sudah bertahun-tahun ia tak bermain game, mekanisme dalam game RPG ini masih memiliki kesamaan dengan game-game lama.

Akhirnya Lilian bisa memasuki game itu seutuhnya. Game dengan tema dunia terbuka ini menyajikan begitu banyak pilihan, mulai dari mengikuti cerita didalam game, berkeliling peta, dan satu hal yang menarik serta belum pernah ia rasakan adalah bertemu dengan pemain sungguhan, bahkan bisa saling bertegur sapa baik lewat pesan maupun suara.

Kebahagiaannya memuncak saat seseorang tiba-tiba memintanya untuk bergabung dalam grup dan mengundangnya untuk bermain bersama. Padahal Lilian baru saja bermain dan belum sempat melakukan apa-apa. Namun dia tak ingin melewatkan kesempatan untuk berhubungan dengan orang baru.

"Terimakasih sudah mengundangku," tulis Lilian dalam pesannya.

"Selamat datang!"

"Anggota baru? Wah semakin ramai saja!"

"@vim22 Kau tidak bilang ada anggota baru, kenapa tak buat pesta? Hei @KueBulan temui kami di gubuk tua, sebelah pasar utama. Jika petamu belum terbuka, lakukan dulu misinya!"

Beberapa anggota grup menyambut Lilian dengan sangat baik, ia tak menduga bisa mendapatkan teman secepat ini. Berbanding terbalik dengan di dunia nyata, ia sangat diterima di tempat baru ini.

"Tanpa melihat siapa dan bagaimana aku, mereka menerimaku dengan ramah. Andaikan orang-orang seperti ini ada di kehidupan nyataku," gumam Lilian, sambil tersenyum ia membalas salah satu anggota, mengatakan bahwa ia akan menyelesaikan misi terlebih dahulu, baru menemui mereka.

Setelah itu Lilian fokus pada misi didalam gamenya, waktu terus berlalu hingga Lilian tak sanggup untuk membuka matanya. Tinggal stau misi lagi, tetapi Lilian sudah sangat mengantuk.

Dia menutup game tersebut, baru menyadari bahwa kini sudah jam setengah tiga pagi. Takut jika ia terlambat berkerja, Lilian menyetel alarm dan segera tidur.

****

Menyeka keringat sambil meneguk air putih, Lilian tampak sangat mengantuk. Siang tadi ia dimarahi habis-habisan karena tak fokus dalam bekerja. Benar saja apa yang Lilian khawatirkan, jika dia bermain game maka dirinya akan lupa waktu. Namun Lilian merasa lebih nyaman saat didalam game, ia merasa lebih diterima dan dihargai.

Selama dirinya mengerjakan misi semalam, teman-teman grupnya selalu membantu lewat pesan. Komunitas dan hubungan yang terjalin melalu game ini membuat Lilian enggan menghapusnya, terlebih dia telah membuat janji temu dengan teman grupnya itu.

"Aku harus mengatur waktu! Uang itu memang penting, tetapi kebahagiaanku juga penting kan?" Menyakinkan dirinya sendiri, Lilian mulai mengatur segala bentuk aktifitasnya, termasuk bermain game lewat ponsel pintarnya.

Kini Lilian punya waktu kurang lebih satu setengah jam untuk bermain game sebelum akhirnya dia harus tidur.

Membuka kembali game tersebut, rasa semangat memenuhi tubuh Lilian. Kantuknya tiba-tiba hilang begitu saja.

Tak ingin membuang waktu terlalu lama, setelah muncul didalam dunia game, dia segera menyelesaikan satu misi tersisa. Beberapa anggota grup tampaknya juga aktif dan saling menyapa.

Selesai dengan misi tersebut, akhirnya area pasar utama terbuka. Lilian pergi ke sana dan mengabari teman-temannya bahwa ia akan datang. Teman-temannya terlihat senang, mengatakan bahwa mereka sudah berada di tempat biasanya berkumpul.

Sesampainya di lokasi tersebut, Lilian mendapati banyak pemain di sana. Mereka menggunakan karakter lucu dan unik-unik, tidak seperti karakternya yang biasa saja.

"Halo, Kue Bulan!" Seseorang menyambutnya dengan suara. Tubuh Lilian merinding mendengar ada yang menyapanya dengan ramah.

"Halo, halo, selamat datang!"

"Kue Bulan! Kau suka makan ya? Hahaha.... seperti aku!"

"Tidak semua orang seperti kamu tau!"

Suara-suara lain terdengar, laki-laki dan perempuan, mereka saling bercanda dan berinteraksi didalam game tersebut. Mata Lilian berkaca-kaca, dia masih tak percaya dengan orang-orang baik yang ia temui didalam game ini. Kehangatan yang Lilian belum pernah rasakan di dunia nyata sebelumnya.

"Hei, Kue Bulan! Kenapa diam saja? Katakan sesuatu!"

"Kau tidak berniat untuk kabur kan karena melihat tingkah aneh Apin?"

"Kenapa jadi aku?"

"Tekan gambar microphone di pojok kanan bawah sebelah pengaturan, baru suara kamu bisa kami dengar," ucap seorang pria yang merupakan ketua dari grup ini.

Lilian melakukan sesuai dengan ucapan pria bernama Vim itu. "Terima kasih!" Satu kata itu yang pertama kali keluar dari mulut Lilian.

"Heh, kenapa? Kau gugup yah berbicara dengan pria tampan sepertiku?" Apin tertawa ringan memuji dirinya sendiri.

"Ish... Apin! Dia habis menangis itu. Kau baik-baik saja kan Kue Bulan?" Seorang gadis dengan nama Pita Pink bertanya, terdengar khawatir dan peduli pada Lilian.

"Aku baik-baik saja, hanya terharu karena kalian mau berteman dan membantuku bermain sejauh ini. Padahal aku hanya pemain baru." Meskipun suaranya bergetar, bibir Lilian mengukir senyuman lebar.

"Ucapan itu harusnya untuk Pak Bos. Dia yang sudah mengundangmu ke grup ini," ucap pemain lain bernama It's Not Jennie.

"Tidak perlu, aku mengundang karena iseng dan ingin menambah teman. Meskipun kau pemain baru, bagi kami tidak ada bedanya dan sudah seharusnya kami membantumu sebagai teman yang baik." Vim merasa bahwa semua perlakuan merasa adalah hal yang wajar. Namun bagi Lilian hal itu sangatlah spesial.

"Ya, benar sekali. Lagipula kau itu pintar bermain, baru sehari sudah bisa sampai di sini! Aku yakin jika kau bermain rutin dalam beberapa hari levelmu sudah menyamai atau bahkan melebihi kami." Apin menambahkan.

Pesta didalam game pun dimulai. Tak seperti di dunia nyata, di sini pemain hanya makan-makan, berbagi barang langka, dan mengelilingi peta bersama.

Di sini Lilian mengenal kehangatan dalam persahabatan, meskipun hanya melalui game. Namun hubungan yang dia rasakan begitu dekat dan nyata, seolah mereka benar-benar ada bersamanya.

Dia tak ingin hubungan ini berakhir, jadi Lilian terus memainkan game ini dan berusaha mengatur waktunya sebaik mungkin.

Beyond The AvatarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang