Vote komennya jangan lupa. Enjoy ur reading love!
-Seminggu setelah hari itu, Arina terlihat sedang duduk di kafetaria kampus bersama Dipta, lagi. Mereka lagi nungguin Gena yang lagi promosi tiket konser yang diadakan BEM untuk menutup akhir kepengurusan mereka.
Arina sih aslinya ogah beli, males dia harus desak desakan bersama orang asing. Tapi ya karena Gena maksa, dia akhirnya beli. Beli dua yang satu titipan anak fakultas sebelah.
"Yin, liat tugas Bahasa Inggris dong yang materi Minggu kemaren." Dipta memelas.
"Baru separo gue, ga bisa Bahasa Inggris."
Dipta mendecak, "alah bohong, Pra-TOEFL Lo aja udah 500 lebih."
"Itu hoki doang anjir gue ngeblok!"
Helaan napas Dipta keluar, sosok laki-laki itu kemudian menyandarkan punggungnya di kursi semen. Arina kembali menyendok nasi goreng ke mulutnya.
"Heran ga sih Lo, Dip? Kok anak anak himpunan pada mau ya masuk himpunan? Apa ga cape? Gue liatnya aja udah lelah," ujar Arina yang tidak sengaja melihat mahasiswa yang memakai seragam korsa jurusannya.
"Mereka mah mau cari pengalaman, ga kaya elo yang kerjanya bermalas-malasan," sindir Dipta.
"Diem Lo, lambe lemes!"
Melihat Arina yang kesal, Dipta tambah semangat untuk mengolok-oloknya. Dasar pembawa kayu bakar.
"Dip, gue join ya. Sorry mejanya penuh semua," seseorang tiba-tiba menghampiri mereka.
Juna.
Oh tidak sendiri rupanya karena ada satu perempuan yang kemudian ikut bergabung juga. Nah, ini mbak-mbak korsa yang tadi Arina gosipin sama Dipta.
"Izin join ya," kata perempuan dengan name tag Nabila itu.
Arina mengangguk singkat, meja mereka mendadak sunyi. Padahal sebelumnya penuh senda gurau.
Juna yang merasa suasana berubah lantas berinisiatif untuk membuka ruang obrolan, "Namanya siapa, Mbak?"
"Namanya Tukiyem," sahut Dipta sebelum Arina membuka mulutnya. Reflek Arina memukul lengan Dipta dengan ekspresi kesal.
Meja mereka mendadak penuh tawa renyah. Perempuan yang duduk di sebelah Dipta itu kemudian memperkenalkan diri, "Arina, Mas."
Dipta bersorak heboh, "Walah, manggil Juna aja pake 'Mas-mas'! Panggil gue mas juga dong, Yin! Ga adil banget!"
Arina tersenyum kikuk ketika Juna ikut menatapnya. Tak lupa, Arina mencubit lengan Dipta. Bener bener sih ini orang minta dipukul pake Gada.
"Oh, namanya bagus." Juna mengulurkan tangannya, bermaksud mengajak bersalaman, "Arjuna, salam kenal."
Baru saja Arina akan mengangkat tangan, sudah ada Dipta yang inisiatif menyambut, "Gue Pradipta."
Dengan gemas, Arina akhirnya menjewer kuping Dipta sampai cowok itu mengasuh kesakitan, "Bisa ga gausah berulah!"
Nabila tertawa, "Lucu banget kalian!"
Di sela ringisannya, Dipta tersenyum, "Makasih, Bil. Ini cewe emang bar-bar sih, ga kaya elo yang adem ayem kaya Jogja."
Juna memilih melanjutkan makan, ia dan Nabila sesekali membahas tentang kehidupan organisasi yang tentu saja Arina enggak tahu. Bodo amat lah, bukan urusan dia.
Tiba-tiba ponsel Arina berdering, membuat semua orang di meja itu menatap ke arahnya. Perempuan itu berdiri dan menjauh dari mereka untuk mengangkat teleponnya.
"Iya, Mah. Halo?"
".."
"Hah?! Iya, abis ini aku balik. Udah ga ada kelas kok."
".."
"Iya, Mah. Aku tutup dulu."
Dipta menatap Arina yang kembali dengan wajah tak nyaman, "Kenapa, Yin?"
"Gue balik dulu, urgent. Tolong bayarin dulu ya, nasgornya. Makasih, Dipta! Lopyu! Duluan ya, Mbak Nabila, Mas Juna."
Mereka serempak mengangguk. Arina bergegas mengambil motornya dan packing untuk pulang.
-
Hari Kamis, Arina tiba di rumahnya di kawasan Jogjakarta yang letaknya lumayan jauh dari kota. Mama menyambutnya dengan hangat.
"Papa udah balik, Mah?" Tanya Arina.
"Udah, tapi lagi pergi nyari lampu buat benerin lampu dapur."
Jadi sebelumnya, Mama menghubungi Arina untuk memberitahukan bahwa Papa akan dipindah tugaskan ke Sulawesi dan Mama tentu harus ikut. Ya masa udah LDR Surabaya-Jogja sekarang malah mau Surabaya-Sulawesi.
"Mah, masa aku ditinggal?" Rengeknya.
Tania mengusap kepala Arina lembut, "Kita masih bisa teleponan kaya biasa, Ayin, kesayangan Mama. Mama sama Papa kan perginya enggak lama, paling 2 tahun doang. Kamu lulus kan masih 2,5 tahun lagi."
"Terus nanti kalo aku liburan, aku pulang kesini, ga ada orang gimana?"
"Kamu nyusul ke sana aja, katanya pengin ke Banda Neira?" Ujar Tania tersenyum. "Lagian Papa udah nyiapin surprise buat kamu."
Arina mengangkat alisnya, bingung, "Surprise apa, Mah? Aku ga lagi ulangtahun loh?"
Mamanya tersenyum misterius, "Ada deh!"
"Yaahh, Mama ga seruu!"
-
[Comment section]
KAMU SEDANG MEMBACA
JunArina
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA AGAR TIDAK KETINGGALAN UPDATE] --- Mengalir aja kaya le minerale.