part 2: Magang

4 2 1
                                    

Kami telah sampai di Lampung. Aku dan teman-temanku mencari kosan untuk kami tempati. Karena hari sudah sangat larut kami langsung istirahat, karena esok hari kami harus melamar kerja ke Bandara Lampung.

Keesokan harinya

"Selamat kamu diterima magang disini." Ucap HRD setelah memeriksa CV ku.

Aku yang mendengarnya merasa sangat senang sekaligus bersyukur dapat diterima magang di bandara ini.
"Terimakasih banyak pak, kalau begitu kapan saya bisa masuk kerja?"

"Kamu bisa mulai hari ini, nanti kamu akan diarahkan dan di training oleh petugas senior."

"Baik pak terimakasih."

~~

2 bulan terlewati semenjak aku magang dibandara ini. Karena baru magang, aku belum bisa bekerja sebagai Pramugari. Kerjaanku hanyalah menjadi seorang staf di bandara.

"Dinda kamu udah tau belum?" Tanya Ziva sambil memakan bekal makan siangnya.

"Tau apa?" Tanyaku.

"Kamu tau kan sekarang lagi marak berita tentang Virus Corona!? Kabarnya, virus itu sudah masuk juga ke Indonesia." Ucap Ziva dengan nada serius.

Aku terdiam. Virus Corona yang kabarnya mulai tersebar dari negeri China, semakin meluas ke beberapa negara di dunia termasuk negaraku sendiri.
Memikirkan bagaimana nasib para pekerja termasuk diriku sendiri karena, jika virus itu semakin meluas itu artinya, banyak negara yang melarang warganya berpergian. Hal itu akan berdampak buruk, terutama pada maskapai penerbangan.

"Din!" Panggil Ziva membuyarkan lamunanku.

"Ah...iya, aku udah tau kok?" Jawabku.

"Apa kita gak ditakdirkan jadi Pramugari ya?" Ucap Ziva murung.

"Jangan ngomong gitu, kita berdoa aja semoga bisa secepatnya jadi Pramugari." Jawabku mencoba menenangkan.

Dan ya! Manusia hanya bisa berencana tetapi, Tuhanlah yang menentukan. Maskapai tempat kami magang melakukan banyak PHK terhadap karyawan termasuk para anak magang. Hatiku hancur, marah sedih, kecewa bercampur jadi satu. 2 bulan magang tanpa hasil, Impian dan kerja kerasku selama ini terasa sia-sia.

Aku kembali ke kosan, menatap sekeliling ruangan yang telah aku tempati selama 2 bulan dengan perasaan hampa. Tangisan yang selama ini kutahan akhirnya pecah, tak bisa kubayangkan apa yang akan terjadi kedepannya.

Tak lama kemudian datanglah Ziva menyusul, melihat diriku yang menangis sesenggukan, Ziva berlari memelukku dengan erat.

"Menangislah biar kamu lega!" Ucap Ziva menenangkan padahal dirinya juga sama hancurnya.

"Kita cari jalan keluarnya sama-sama ya!?" Ucap Ziva lagi, ia melepas pelukannya dan menatap mataku yang sudah sangat merah karena menangis.

Aku mengangguk membalas ucapan Ziva. Aku mencoba untuk ikhlas untuk yang kedua kalinya.

***
Di malam hari

Aku dan Ziva sibuk menjelajah di internet untuk menemukan lowongan pekerjaan yang pas untuk kami berdua. Tak lama kemudian Ziva berteriak memanggil namaku.

"DINDA..." Teriaknya.

Aku yang sedang fokus dengan hpku sontak terkejut mendengar teriakan Ziva.

"Ada apa sih? Jangan teriak-teriak, nanti dimarahin ibu kos." Peringatku.

Ziva hanya terkekeh mendengar perkataanku. "Ini aku udah dapet loker bagus nih." Ucap Ziva sembari menghampiriku dan menunjukkan hpnya padaku.

"Jawa tengah? Kamu yakin?" Tanyaku melihat lokasi loker yang ditunjukkan Ziva berada di Jawa tengah.

The Girl Named DindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang