Two

114 17 3
                                    

Berlari dengan sekuat tenaga di panasnya terik, Alexis tak memerdulikan peluh membasahi pakaian serta tubuhnya. Yang ada dipikirannya adalah Barra, kekasihnya. Mendapatkan kabar bahwa kekasihnya telah tersadar namun naasnya lelaki itu mengamuk karena keadaannya yang tidak baik-baik saja. Ia pun dapat mendengar teriakan kekasihnya disana dan juga beberapa barang yang dilemparkan hingga hancur lebur.

Tak kuasa mendengar, Alexis langsung pergi dari rumah Rowena tak memerdulikan teriakan dari kakak sepupunya yang sudah bangun lebih dulu. Yang ia pedulikan adalah keselamatan kekasihnya, ia tau bahwa Barra akan menyakiti dirinya sendiri karena ketidak terimaan kondisinya sekarang.

Menghapus jejak pada air matanya, Alexis terus berlari menuju ruangan yang diberitahu oleh petugas rumah sakit. Lelakinya telah dipindahkan di ruang rawat inap vvip dan ada beberapa orang juga telah menjenguk kekasihnya. Tak banyak wicara, si cantik ale langsung bergegas ke ruangan seraya merapalkan doa untuk si lelaki semoga semuanya baik-baik saja.

Terdapat orang tua dan kerabat Barra di dalam ruangan, memerhatikan si lelaki yang menangis keras dalam pelukan sang ibunda. Meratapi nasibnya yang tidak bisa berjalan lagi selamanya, tidak bisa mewujudkan impiannya menjadi pembalap nomor 1 di arena, tidak ada lagi harapan untuknya menggapai cita-citanya yang sudah ia rangkai dari kecil. Mendengar semua raungan itu, Alexis ikut menangis dan menerobos kerumunan orang disana.

"Barra.." panggilnya lembut, mendekati kekasihnya. Si lelaki tampan sejenak berhenti dalam menangis, menatap kekasihnya yang berada disana dengan keadaan berantakan. Memakai baju tidur dengan alas kaki tipis milik rumah. "Ale" gumamnya setelah melepas pelukan itu dari ibunya.

Alexis langsung memeluk erat kekasihnya, menenangkan lelaki itu bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dirinya juga tak berniat meninggalkan lelaki itu meskipun tau keadaannya bagaimana. Barra menangis sejadi-jadinya pada pelukan kekasihnya, meminta maaf bahwa dirinya tidak berguna lagi untuknya sekarang dan juga beberapa impiannya bersama Alexis akan lenyap karena keadaan dirinya yang sudah tak sanggup berjalan. Alexis hanya mendengarkannya saja sangat terpukul, apalagi kekasihnya yang mengalami hal ini.

"Shhtt.. Tak apa sayang, tak apa. Impian kita bisa kita wujudkan lain kali, aku tidak masalah. Asalkan kau sehat seperti ini aku sudah lebih dari cukup, barra. Semuanya tak akan berjalan dengan sempurna tanpamu, aku tidak akan pernah bisa hidup tanpamu. Jadi, jangan khawatirkan sesuatu yang tak pasti lebih baik fokus pada kesehatanmu ya. Aku mencintaimu apapun yang terjadi" ujarnya memegang wajah itu dengan lembut, menantapnya penuh kasih sayang yang tak pernah berkurang sedikitpun. Barra kembali menangis dan memeluk kekasihnya erat.

Memang benar ucapan orang-orang diluar sana mengenai Alexis, ia tidak akan pernah menyesal memiliki gadis ini dalam hidupnya karena ia tahu bahwa Alexis benar-benar tulus mencintainya apapun keadaannya.

"Jangan pernah tinggalkan aku yang cacat ini, ale. Semuanya hancur tak bersisa karena kakiku sudah tak dapat berfungsi sekarang, hanya kau harapanku satu-satunya yang ku punya. Tolong tetap bersamaku sampai kapanpun dan maafkan aku"

Ucapannya terhenti kala bibir plum milik Alexis menyentuh bibir tipis milik kekasihnya. Tak mau mendengar ucapan menyakitkan itu terus terucap dari bibir Barra, membuat si cantik langsung membungkam bibir itu dengan ciumannya. Melumatnya sebentar dan menatap nayanika cokelat tanah milik kekasihnya dalam.

"Apapun keadaannya aku tidak akan pernah meninggalkanmu sampai kapanpun. Cintaku hanya berlabuh di hatimu dan kau tau itu. Jadi jangan takut jika aku akan meninggalkanmu. I'm promise never leave you baby" ujarnya dengan senyuman teduh, Barra ikut tersenyum dengan perasaan tenang meskipun hancur masih menyelimuti dirinya.

Alexis membaringkan lelakinya karena Barra harus banyak istirahat apalagi tadi dirinya sempat mengalami shock yang cukup hebat membuat infus pada lengannya tercopot dan melukai tangannya sampai darah itu tidak menguar kembali. Mengelus surai itu dengan sayang hingga mata indah milik kekasihnya terpejam kembali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE RACE (HAESELLE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang