Kalau aku, aku ingin memesan satu krim vanilla yang kaya rasa dengan sirup dan sesuatu dari bar minuman. Errr, apa yang mau kamu pesan Ikuse-kun?”
“Tidak, ‘makasih, kamu saja.”
Tobio menggeleng.
“Kalau begitu, baiklah.”
Menanggapi perintah Natsume, pelayan itu berjalan menuju dapur.
Setelah pertemuan dengan orang yang tampak seperti Sasaki dan serangan dari si monster kadal, keduanya mengunjungi sebuah restoran keluarga. Natsume telah mengatakan, “Karena ceritanya panjang, mari kita pergi ke tempat lain yang mana tempatnya tenang,” dan membawa Tobio kemari.
Usai dia kembali ke tempat duduknya sehabis memilih minumannya dari bar minuman, Tobio membuka pembicaraan.
“Apa maksudmu?”
“Apa?”
Pada pertanyaan Tobio, Natsume merespon dengan nada ringan. Dengan sikap sedikit kesal, Tobio mengernyitkan alisnya dan bertanya lagi.
“Apa semua itu? Apa cerita di balik ini?”
‘Itu’ jelas mengacu pada pertemuan sebelumnya dengan teman Tobio——insiden dengan Sasaki dan si monster kadal. Monster apa itu? Itulah yang ditanyakan Tobio. Natsume, yang duduk di hadapannya, setidaknya tahu sesuatu tentang monster itu.
“Seperti yang kamu lihat, itu adalah monster dan majikannya.”
Natsume menjawab tanpa ragu. Sebelum Tobio bisa mengajukan pertanyaan lain, dia melanjutkan.
“Makhluk yang tampak seperti teman sekelas kita membuat monster itu, yang disebut ‘Utsusemi’. Dengar, mereka prototipe tipe avatar independen atau begitulah kelihatannya. Mereka dan monster mereka, secara kolektif mereka disebut ‘Utsusemi’.”
Usai dia mengatakan hal itu, dia membasahi jarinya pada segelas kopi dingin dan menulis karakter katakana untuk ‘Utsusemi’ di atas meja.
“Utsusemi?”
Tidak familier dengan kata itu, Tobio bingung.
“Uh huh, Utsusemi. Yah itulah nama resminya.Tapi yah, mereka dan gadis itu juga, semua Utsusemi memiliki sosok para murid kelas dua SMA Ryoukuu yang hilang di hari kecelakaan.”
“Apa!?”
Tobio terdiam. Natsume tetap menatap serius sambil terus bercerita.
“Sementara aku tak tahu persis rincian tersebut, 233 murid yang berada di kecelakaan laut, saat ini, masing-masing dan salah satu dari mereka akan dipasangkan dengan monster seperti yang kita temui sesaat yang lalu.”
Dia hanya terus mengatakan satu hal yang luar biasa setelah yang lain.
Sejak pemakaman bersama, dia bertemu korban lain dari kecelakaan. Tapi sebelumnya dia tidak pernah bertemu dengannya di SMA Ryoukuu.
Bisa bertemu seseorang dengan kondisi yang sama, ini berada di luar kemampuan Tobio pahami.
Melihat ekspresi bingung di wajah Tobio, Natsume menghela napas dan meletakkan tangannya di tasnya.
“Aku tahu itu tampak aneh dan mendadak mengatakan hal-hal aneh begitu. Pokoknya, karena kamu akan mendengar semua itu lagi nanti, untuk sekarang”
Dia mengambil benda bulat putih dari tasnya. Seukuran softball.
“Peranku adalah untuk memastikan memberikan ini pada Ikuse-kun.”
Natsume menempatkan benda bulat putih di atas meja. Tobio mengangkatnya hati-hati.
Tampaknya ini cuma benda bulat biasa. Tapi, dengan segera, benda bulat itu mulai berdenyut dengan detak jantungnya sendiri.
“Uwah”
Berteriak, Tobio menjatuhkan benda bulat itu di atas meja.
“Kamu harus hati-hati. Kamu tidak ingin ia mati.”
Sementara menyendoki sendoknya ke dalam krim vanilla kaya rasa yang pelayan itu bawa, Natsume tanpa ragu mengatakan sesuatu yang tak menyenangkan.
Dengan senang hati dia meraup krim vanilla ke dalam mulutnya.
“Mati, maksudmu?”
Tobio yang cemas memprotes pilihan kata-kata yang tak menyenangkan Natsume.
“Utsusemi, tampaknya, mengarah pada kita para murid yang selamat dari perjalanan itu karena tidak berpartisipasi. Bahkan, bukankah kamu juga tadi ditargetkan? Aku juga telah ditargetkan baru-baru ini.”
“Cerita konyol macam itu, mana mungkin aku bisa percaya?”
“Sangat egois untuk tidak percaya, Ikuse-kun, terutama mengingatmu diserang. Kalau aku tak datang ketika itu, dia mungkin sudah membunuhmu.”
Dia ingat bagaimana Sasaki dan monster itu tiba-tiba menghilang saat dibungkus cahaya dari wujud lingkaran sihir itu.
“cahaya itu membawa mereka.”
“Un. Tak tahu kenapa, setelah mengalahkan monster, menyebabkan si pemilik tak sadarkan diri saat itu terjadi, mereka berdua menghilang bersamaan dengan fenomena bercahaya. Ini seperti fantasi.”
Dia cekikikan dan tertawa. Tobio tiba-tiba merasa mengerti.
Natsume menunjuk sendok padanya.
“Jadi, ‘telur’ itu penting. Bukankah itu menjadi senjata berharga bagi murid SMA yang normal dan tak berdaya seperti kita?”
Natsume memandang ke luar jendela. Mengikuti tatapannya Tobio juga memandang ke luar toko. Di cabang-cabang pepohonan dengan trotoar di mana orang-orang datang dan pergi, burung yang sebelumnya bertengger. Burung itu memandang sekeliling sembil tampak gelisah. Matanya yang tajam bisa melihat jauh.
“Yah, karena kita tak bisa tinggal di dalam selamanya dan elang-chan-ku tidak melihat siapa pun menyelinap di luar, bisa kita pergi segera?”
Natsume, setelah menghabiskan krim vanilla kaya rasanya, berdiri.
“Hei, tunggu!”
Natsume menarik Tobio yang masih memiliki pertanyaan untuknya, dan berdiri menghadapnya. Sambil Tobio merasa malu dengan tindakan tiba-tiba itu, dia menarik mulutnya mendekat telinganya sambil tersenyum puas. Memasuki lubang hidung Tobio, ada aroma manis yang berasal dari rambut Natsume.
“Nanti, aku akan mengunjungimu di rumah.”
Dia membisikkan sesuatu yang mendalam di telinganya dan kemudian pergi.
Tobio yang terpaku, menampar wajah memerahnya. Dia menggeleng untuk membersihkan pikirannya.
“Bentar, dia tahu di mana rumahku berada?”
Menyuarakan pertanyaan seperti itu, ia menatap benda bulat yang dibawanya.
‘Telur’.
Akankah sesuatu lahir dari ini?
Sebelumnya, denyut yang dia rasakan dengan tangannya, sudah cukup jelas.
Dengan pikiran menakutkan, Tobio menempatkan ‘telur’ yang diduga ke dalam tasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa Anjing Jatuh Slashdog
Actionakun sebelah mati, jadi novelnya ku taruh di sini. Dia tak tahu apakah itu mimpi atau visi. Tapi, itu adalah ingatan yang menempel kuat. Selama masa kecilnya--di umur tujuh tahun, dia telah melakukan perjalanan ke beberapa reruntuhan di kota tetangg...